2 - Everyone Has A Story

471 60 1
                                    

Bertemu dengan teman-teman lama memang sangat menyenangkan. Bercerita ulang tentang keseruan masa lalu atau sekedar menceritakan apa yang terjadi selama berpisah. Bagian yang tidak menyenangkan adalah ketika keadaan kita tidak sebagus itu untuk diceritakan pada orang lain. Seperti keadaan Ale saat ini.

Pandangannya tertuju pada Hellena, Cassy, dan Maya. Mereka semua sudah menikah. Bahkan, Maya sudah mempunyai dua anak. Mereka bercerita tentang keseruan setelah menikah dan kehebohan setelah mempunyai anak. Sementara yang dilakukan Ale hanyalah menjadi pendengar yang baik. Dia tidak memiliki hal apapun yang bisa dia ceritakan pada teman-temannya, kecuali kesendiriannya saat umurnya sudah lebih dari 30 tahun.

"Le."

Ale tergagap dari lamunannya. Dia menatap ketiga temannya yang sedang menatapnya juga dengan bingung.

"Diem aja sih, Le, dari tadi?" tanya Cassy.

Ale memaksakan senyumnya. "Lagi banyak kerjaan aja di kantor."

"Apa ini bukan waktu yang pas buat reuni?" Maya pun ikut bertanya.

Ale menggeleng cepat. "It's okay. Sampai dimana kita tadi?" Ale membenarkan duduknya.

"Mungkin kita bisa ketemu lagi kapan-kapan." Helena ikut bersuara. Dia tersenyum ke arah Ale.

Maya dan Cassy mengangguk. Mereka lalu beranjak dari tempat duduknya. Setelah berpamitan, mereka meninggalkan kafe dan menyisakan Ale bersama Hellena.

"Kamu tidak nyaman dengan obrolan kita, Le?" tanya Hellena setelah tinggal mereka berdua di meja.

"Enggak apa-apa kok, Na." Ale mengambil gelas punch miliknya dan meminumnya sedikit.

"Yang sudah menikah juga tidak selalu bahagia, kok. Yang sudah punya anak juga belum tentu se-antusias itu. Yang diceritakan hanyalah bagian-bagian yang membuat orang lain tertarik saja. Sisanya, cukup diri sendiri saja yang tahu." Hellena bercerita dengan senyum tersungging tipis di bibirnya. Sejak SMA, Hellena memang yang paling bijaksana di antara kami berempat.

"Tapi, tidak ada yang bisa diceritakan dariku dan bisa membuat orang tertarik." Ale terdengar pesimis.

"Kamu punya karir yang bagus, Le. Sementara kami tidak punya. Kamu adalah satu-satunya dari kami berempat yang bisa bekerja dan sukses di Jakarta. Coba kamu lihat Cassy. Dia hanya ibu rumah tangga sementara suaminya hanya seorang PNS. Kamu lihat Maya? Dia pekerja kantoran yang tiap hari sibuk mencari uang karena suaminya baru saja di-PHK. Kami hanya tidak ingin menceritakan bagian yang tidak enak itu."

"Tetapi setidaknya kalian sudah menikah, Na. Sementara aku? Aku belum menikah padahal umur sudah lebih dari 30 tahun."

Hellena kali ini tertawa. "Kamu pikir menikah adalah dasar ukuran seseorang bahagia, Le? Kamu salah. Justru setelah menikah, masalahmu menjadi semakin kompleks. Kamu juga tidak lagi bisa menjadi egois karena ada orang lain yang harus kamu pikirkan. Terlalu banyak orang yang akan terlibat dalam hidupmu setelah kamu menikah. Bahagia? Mungkin iya, karena akhirnya kamu punya seseorang yang akan menjadi alasan kamu pulang. Tetapi tidak selalu bahagia. Jangan berekspektasi terlalu besar dengan pernikahan."

Ale diam. Apa yang dikatakan Hellena mungkin saja benar. Ale sendiri tidak tahu karena dia belum pernah pada posisi itu. Tetapi, sepertinya ada sesuatu yang menjadi alasan Hellena mengatakannya.

"Aku pulang dulu ya, Le. Sudah malam. Sebentar lagi suamiku pulang dan aku harus sudah berada di rumah sebelum itu." Helena beranjak dari tempat duduknya.

"Mau aku antar, Na? Setidaknya kamu bisa lebih cepat sampai daripada menggunakan taksi."

Hellena menyetujuinya. Mereka berdua lalu berjalan ke luar kafe.

Selama di dalam mobil, Hellena hanya diam saja. Pandangannya hanya tertuju pada sisi jendela mobil. Sesekali tangannya meremas jari-jarinya. Sesuatu jelas mengganggu pikirannya.

Mobil berhenti tepat di depan sebuah rumah minimalis bercat abu-abu terang. Ada taman kecil di depan rumah.

"Suamiku sudah pulang. Aku masuk dulu ya." Hellena buru-buru keluar dari mobil dan dengan setengah berlari dia masuk ke rumah. Ale menatap bangunan rumah yang asri itu sesaat lalu menjalankan mobilnya lagi. Mobil berjalan lambat dan sesekali dia melihat rumah Hellena dari balik kaca spion mobilnya. Matanya melihat seseorang keluar dari rumah dengan tergesa-gesa dan masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan. Mobil itu lalu melesat mendahului mobil Ale. Sekilas, Ale sempat melihat seorang laki-laki di dalam mobil itu. Dimana Hellena? Apakah sesuatu terjadi?

Keingintahuan Ale akhirnya membawanya mengikuti mobil laki-laki tadi. Mungkin, laki-laki itu adalah suami Hellena. Mobil melaju dengan cepat dan membuat Ale harus ikut mengebut. Hingga akhirnya, mobil itu berhenti tepat di depan sebuah bar. Seorang perempuan yang berdiri di depan bar itu lalu masuk ke dalam mobil. Mobil itu melaju lagi meninggalkan bar dan berakhir di sebuah hotel. Perempuan tadi keluar dengan suami Hellena. Mereka terlihat sangat mesra. Bahkan, perempuan itu tampak bergelayut manja di lengan suami Hellena.

Sesuatu berkecamuk di dalam hati Ale. Apakah ini yang dimaksud Hellena bahwa belum tentu seseorang akan bahagia setelah menikah? Apakah laki-laki selalu menjadi makhluk yang mudah sekali berpaling hati? Ingatan Ale memutar kembali masa lalunya. Sesuatu yang sudah terkubur dalam karena terlalu sakit untuk diingat.

-00-

Same Sky Different WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang