Oria POV
Aku nggak tahu sudah berapa lama di kuil Dewa Air. Tahu-tahu saja Hakon dan Sasage udah kelihatan aja. Mereka datang muka masam, melihatku dengan tatapan menuduh.
"Apalagi yang kaulakukan, Oria?" tanya Hakon curigaan.
"Mengantarkan pesan saja tak becus. Dasar bodoh." Sasage komentar macam sial. Korek kuping pasang muka malas. Itu tuh yang namanya Dewa mencurigakan, kelakuan tak meyakinkan.
Aku hentak-hentak kaki depan tak senang, mendengus keras-keras kurang ajar. "Aku tak tahu apa-apa! Kalaupun ada yang salah, itu mah salah Hakon! Aku, kan tak mengerti. Mereka marah aja begitu, bilang manusia tak seharusnya jadi arwah penjaga kuil!" Pokoknya aku tak mau tahu! Yang salah tuh Hakon, bukan aku! Aku hanya korban!
"Kenapa kau bilang-bilang, itu rahasia," balas Hakon. Masih tak mau mengaku salah, malahan balik marah padaku.
"Ketahuan sendiri. Dewa Shirage tuh hebat, nggak kayak seseorang!" Aku buang muka, menyindir Sasage.
"Makanya sudah kukatakan kalau Oria tak bisa, Hakon." Sasage pura-pura tuli disindir, dia malah bahas hal lain dengan Hakon.
"Tidak ada hubungannya, Tuan. Mau Oria atau anak cucu Rio yang lain, Tuan tetap harus mengurus prosedur yang sama." Hakon juga ikutan cueki aku, mereka sibuk sendiri bicarakan entah apa.
"Tapi aku tidak menyukainya. Tampangnya bodoh sekali," balas Sasage, mengeluh.
"Tuan mengatakan memberi kami waktu 10 tahun, jangan tarik kata-katamu sendiri."
"Kalau sudah ketahuan Shirage apa boleh buat. Bukan wewenangku lagi untuk memutuskan."
Mereka sungguhan bikin geram. Ingin rasanya aku menggigit mereka satu per satu. Omongi orang kok terang-terangan! Entah apa pula yang dibahasnya.
"Kalian bicarakan apa sih?" Oke, aku tanya aja. Malas tebak-tebakan segala.
Sasage menghela napas lagi. Dia bilang, "Mengatakannya padamu juga percuma." Kan sialan! Memangnya dia pikir nasib siapa yang berada di ujung tanduk sekarang?
"Hakon, lihat kelakuan bosmu!" Aku mengadu pada Hakon, mengira dia akan memahami maksudku.
"Aku sependapat dengan Tuan Sasage. Kamu sulit diharapkan, Oria. Lagian tidak mungkin Tuan Shirage langsung memeriksamu tanpa alasan. Pasti kau yang melingkari janjimu lebih dulu." Akan tetapi, Hakon lagi jahat hari ini. Dia ikut mengomeliku, menuduh tak jelas.
"Nggak tuh! Aku hanya antarakan gulungan biasa aja. Ketemu sama Shi lalu diseret ke sini, suruh temui Tuan Shirage!" Aku membela diri dong.
Tahu-tahu saja Hakon menangkapku, kepalaku yang imut dicengkeram dengan keras. Diangkat kayak binatang liar habis ketahuan merusak kebun.
"Kamu menyentuh mereka. Sudah kukatakan jangan sentuh binatang kecil di luar kuil! Lupa, hah!?"
Hakon punya mata ajaib! Kelakuanku ketahuan, padahal saksi matanya tak ada. Shi juga belum muncul dari tadi.
Glup!
Aku jadi berkeringat dingin. Buang muka, bungkam seketika.
"Oria ... sifat bebalmu sudah keterlaluan. Ratusan kali kuingatkan dan hanya sekali kamu pergi tanpa ku, sudah membuat masalah." Hakon makin menjadi deh, omeli aku lagi.
"Salah siapa yang nggak kasih tahu dengan benar." Aku misuh-misuh tak senang.
"Jadi kalian sudah datang. Tuan Shirage sudah menantikan kedatanganmu, Tuan Sasage." Pas itu, Aoi dan Shi muncul dari pintu masuk kuil, menyambut kedatangan Sasage dengan sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Does Fox Want 2 [END]
FantasyRatusan tahun telah berlalu, Sang Dewa telah kembali. Beliau meminta pembuktian kepada Oria, menjadi arwah rubah yang baik, atau diubah menjadi rubah liar. Ujian penuh misteri dan kekocakan untuk diakui sebagai arwah rubah yang sesungguhnya pun dim...