Chapter 56

936 103 48
                                    

Oria POV

Hakon dan Sasage bohong padaku. Kami nggak dikasih jalan-jalan. Langsung saja diseret pulang gitu habis perayaan. Aku kesal! Merajuk! Marah, tapi masih saja Sasage pasang tampang masa bodoh.

"Ini, kirimkan ke Kuil Dewa Air." Aku disuruh jadi kurir lagi, antarkan bingkisan mencurigakan.

"Nggak mau!" Aku buang muka. Ingat banget sama janji Sasage yang bilang aku boleh malas-malasan kalau menang. Baru juga sehari, udah mau memperbudak lagi.

"Kau ini tak tahu terima kasih ya? Sudah ditolong oleh Aoi dan Shi. Setidaknya tunjukan bentuk terima kasihmu. Kirimkan hadiah ini." Bisa kirim sendiri kok, masih suruh-suruh aku.

"Hadiahku mana?" Buluku sudah botak dan kulitku sudah lecet, tapi masa aku nggak dikasih hadiah? Hakon aja dikasih kipas baru. Gara-gara kipasnya aku rusak.

"Bermalas-malasan itu hadiahmu, rubah show."

"Itu ganti rugi buluku yang rusak!"

"Tiga tahun lagi juga tumbuh."

Masih lama dan Sasage nggak peduli. Kekuatannya yang katanya hebat itu nggak bisa menumbuhkan buluku lagi. Tahunya hanya bisa ngomel-ngomel, garuk-garuk kaki kayak om-om jorok.

"Kamu terlihat tampan dengan sosok ini," kata Hakon sok-sokan menyambung. Dia senang tuh, lihat bentukku yang super ganteng. Jadi bisa curi kesempatan mesum-mesumi aku. Aku doang yang nggak senang, stres terjebak dalam sosok arwah.

"Aku mau mau jadi gumpalan bulu lucu!"

"Berubah saja. Susah amat," kata Sasage.

Berubah nggak susah, tapi aku nggak kuat lihat tampangku sekarang. Jangankan lucu, malah kelihatan kayak binatang terlantar nggak terawat. Ekor indahku nggak punya sehelai bulu pun, mirip ekor tikus yang kurus. Bulu badan pun pitak-pitak. Hanya bagian kepala yang masih super menggemaskan.

"KALIAN JAHAT!" Aku malu, teringat dengan sosok jelekku. Lalu kabur meninggalkan kuil. Nggak mau menemani orang-orang jahat yang nggak memahami perasaanku yang sedang berkabung pada buluku.

Brak!

Gara-gara lari penuh drama, aku nggak sengaja menabrak seseorang. Itu si ular. Datang-datang tampangnya udah masam. "Hei, hati-hati, Oria." Terus aku ditegur, kayak jalan nggak pakai mata.

"Aoi, Sasage dan Hakon jahat padaku! Mereka bersenang-senang lihat buluku botak!" Aku mah nggak dengar. Tahu-tahu saja sudah mulai menangis, merasa sedikit senang punya tempat mengadu.

"Tinggal ditumbuhkan lagi, kan. Ribut-ribut soal hal kecil memang hobimu ya." Saudara tirinya tambah satu. Shi jahat yang berpihak pada Hakon.

"Ini masalah serius! Sasage nggak bisa tumbuhkan lagi, apalagi aku!" Aku memeluk saudaranya, marah-marah pada ular bermulut tajam itu.

"Kau idiot? Bagaimana mungkin seorang Dewa tidak bisa melakukan hal sekecil itu. Membuatkanmu sejuta tubuh baru saja bisa." Apa? Kok Hakon nggak bilang apa-apa waktu Sasage bilang nggak bisa dan menyuruhku bersabar menunggu tumbuh sendiri?

Kalau aku ingat-ingat kembali, semua penjaga kuil yang sekarat langsung sembuh kayak baru lahir begitu Dewa mereka menyentuhnya. Kami yang udah kucel, lemah, lesu, langsung segar bugar disembuhkan oleh Sasage. Cuma entah kenapa hanya buluku yang buruk dan katanya nggak bisa diapa-apakan lagi.

"Kita ini hanya arwah tanpa jasad. Saat tubuh kita mati, roh kita ikut hancur, tapi kalau Dewa memberikan atau memperbaiki tubuh kita sebelum penuhnya hancur, kita bisa tetap hidup. Memangnya Hakon tidak mengajarkan padamu?" Penjelasan Aoi membuat otakku jalan. Sadar kalau Hakon dan Sasage berkomplot menipuku. Tubuh rubahku hanya diperbaiki bagian dalam saja, luarnya dibiarkan tetap buruk biar aku mengambil sosok arwah yang ganteng ini.

What Does Fox Want 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang