Oria POV
Aku terpaku kayak orang bego saat Fuku mendadak mengenalkan seorang cowok padaku. "Ini pacarku, Oria." Yang katanya pacar sambil senyum-senyum sok manis seakan minggu lalu nggak menangis penuh drama habis patah hati.
Bola mataku sampai turun naik kayak diangkut lift. Cowok itu tinggi sekali, mukanya seram. Kayak penjahat. Banyak bekas luka di mana-mana, dipamerkan seakan bekas luka itu adalah suatu yang layak dibanggakan.
"Viktor, itu namaku."
Aku menelan ludah saat mendengarnya berbicara. Suaranya pun kayak penjahat. Begitu berat mengintimidasi siluman seperti ku.
"Ha-halo ... namaku Oria. Kita berteman baik ya." Jangan sampai jadi musuh. Nanti aku dijadikan dendeng rubah.
"Viktor baik banget! Pertemuan kami kayak takdir. Aku ditolong waktu diganggu sama preman." Belum juga selesai kenalan, Fuku sudah cerita aja. Udah begitu ceritanya mencurigakan.
"Benar tuh? Yakin dia bukan premannya?" tanyaku, berbisik.
"Bukan kok!" Fuku jawabnya pakai suara keras, mengecutkan bibir sok imut. Cowok garang di sampingnya langsung melotot padaku, mengancam tanpa berkata-kata. Bulu silumanku naik semua, berasa kayak kucing habis lihat hantu.
"Dia juga perhatian dan romantis banget!" Pas Fuku begitu, tangan cowok itu ke mana-mana, memeluknya dengan cara yang seperti melecehkan. Pandangan matanya kayak siluman mesum di suatu tempat, sama sekali nggak terlihat romantis.
"Kau mau makan apa? Akan kubelikan." Mendadak Viktor tawarkan makanan. Aku jadi berpikir mungkin ada sisi baiknya, tapi sedetik kemudian aku sadar. Memang yang namanya orang jahat ya jahat saja.
"Apa saja boleh kok."
"Tunggu di sini."
"Iya."
Tampangku sudah super datar, tak tahu dari mana asal kebegoan Fuku. Masa mau-mau aja kasih dompetnya sama Viktor. Nggak kembali lagi gimana? Uangnya diambil semua dong.
"Fuku, itu namanya kau diperas. Pasti bukan cinta, dia mau uangmu saja." Sebagai teman yang baik, aku mencoba memberi tahu. Hasilnya gagal, Fuku tambah sewot padaku.
"Apaan sih! Kamu sendiri tiap hari minta uang sama Hakon!" Soal aku yang dihidupi sama Hakon diungkit-ungkit.
"Aku dan kau itu beda!" Enak saja samakan aku dengan penjahat begitu. Yang kupakai uang Sasage kok. Didapat dari kekuatan siluman. Bukannya aku memeras Hakon.
"Beda di mananya! Pokoknya jangan jelek-jelekan Viktor lagi!" Sekarang aku jadi berasa kayak teman tukang iri yang nggak bisa ikut bahagia saat temanku dapat pacar. Padahal aku hanya cemas. Cowok satu itu sama sekali tidak terlihat peduli pada Fuku.
"Jadi sekarang kau lebih membelanya!" Aku kesal! Kesal! Kesal! Fuku bego!
Fuku tak menjawab. Dia membuang muka sambil bersedekap, melupakan perasaannya begitu saja kepada Tolya demi cowok nggak benar begitu. Entah memang sudah tertipu, atau patah hati membuat otaknya mogok bekerja.
Akhirnya kami diam-diam selama satu jam di sini. Baru akhirnya masuk ke kelas karena sudah jamnya. Cowok itu nggak balik lagi, baliknya habis jam ngampus selesai. Fuku nggak dibelikan apa-apa selain sekaleng jus. Dompetnya dikembalikan nyaris kosong.
Begitu aku pelototi, dia mengacungkan tinju padaku. Parahnya lagi, Fuku seakan tak lihat. Masih saja menatapnya dengan binar-binar penuh kebahagiaan,
"Fuku bodoh!" Aku kabur penuh drama. Kembali ke kampus mau cari Hakon buat mengadu. Masa depan Fuku yang kayaknya bakal suram dan semua itu salah Tolya!
KAMU SEDANG MEMBACA
What Does Fox Want 2 [END]
FantasyRatusan tahun telah berlalu, Sang Dewa telah kembali. Beliau meminta pembuktian kepada Oria, menjadi arwah rubah yang baik, atau diubah menjadi rubah liar. Ujian penuh misteri dan kekocakan untuk diakui sebagai arwah rubah yang sesungguhnya pun dim...