Chapter 9

3 3 0
                                    

Setelah mendengar keputusan terakhir dari Kevin, Anza menjadi gusar dan tidak bisa diam. Pikirannya kacau kemana - mana saat mendengar omong kosong itu.

Anza kembali teringat dengan ucapan Kevin beberapa saat yang lalu.

'Dia bakal duet sama gue'

Persetan dengan hal duet. Dirinya tidak mungkin untuk menampilkan sesuatu di depan tamu undangan terlebih lagi dirinya akan melakukan duet dengan si ketua kelas yang dingin dan cuek itu.

"Ah sial! Kenapa gue harus berurusan sama dia sih?! Udah jelas - jelas gue lagi sibuk buat tanding basket sekolah internasional, dia malah nambah - nambahin kerjaan gue." Sungut Anza menendang batu kecil.

Saat ini Anza duduk di bangku taman belakang sekolah. Mencoba untuk mengosongkan segala beban dipikirannya.

Tiba - tiba rasa dingin yang menyengat kulit pipinya membuat Anza melihat siapa yang telah menganggu waktu sendirinya.

Niat awal ingin marah tapi tidak jadi karena orang ini sudah pernah menolongnya.

"Lo ada masalah?" Pertanyaan dari pria itu membuat Anza de javu.

"Banyak bang, pusing kepala gue. Acara sekolah sebentar lagi, terus bu Lyla minta kita ikut buat ngisi acara. Gue males kalau harus ikut begituan. Urusan osis aja udah buat gue stres setengah hidup." Anza mengeluarkan semua unek - unek nya pada pria yang duduk di samping nya.

"Lo andil dalam hal apa?" Tanya pria itu.

"Gue di paksa buat duet sama Kevin. Gue paling gak suka bang kalau di paksa - paksa kayak gitu. Kesel banget sumpah." Dengus Anza tak santai saat menyebut nama Kevin.

Si pria tersenyum manis saat mendengar ocehan dari gadis yang sudah ia anggap seperti adik sendiri. Tangan si pria terulur untuk mengusap lembut pucuk kepala Anza. Si gadis menolehkan kepalanya.

"Gak usah marah - marah terus. Makin imut nanti. Lo pengen banget ya kalau gue kena diabetes?" Anza melebarkan pupil matanya, maksudnya apa?

"Bang Yoel apaan sih? Kalau ngomong tuh yang bener! Mau mati muda emangnya?" Ancam Anza.

Yoel terkekeh gemas dengan adik kelas nya ini. Suka sekali berteriak dan marah - marah. Kadang cuek dan dingin lalu tiba - tiba banyak bicara seperti saat ini.

"Iya - iya enggak lagi deh, kalau gue mati duluan yang jagain adek kecil gue ini siapa? Gue gak percaya orang luar." Ucapan Yoel mampu membuat hati Anza menghangat.

Anza memberikan senyuman manisnya untuk Yoel. Yoel sudah menganggap dirinya sebagai adik. Ingin rasa nya Anza berteriak pada dunia kalau sekarang dia memiliki kakak laki - laki yang siap menjaga dan menolongnya dalam keadaan apapun.

Tanpa di duga, Yoel mendapatkan pelukan hangat. Tangan besar Yoel juga membalas pelukan Anza yang tiba - tiba. Saling menyalurkan kehangatan yang ada.

"Jangan lupain gue Za, lo masih punya gue di sini sebagai kakak kelas dan abang lo. So, kalau lo punya masalah tinggal bilang aja sama gue, jangan takut buat cerita sama gue. Inget kata - kata gue Za." Jelas Yoel tersenyum hangat.

Anza menganggukkan kepalanya. Membalas senyuman Yoel tak kalah manis.

"Lo gak akan ninggalin gue kan? Lo harus selalu ada di sisi gue bang. Gue adek lo kan? Jadi lo harus selalu ada buat gue." Tanya Anza memastikan semuanya.

"Gemes banget sih. Gue gak akan ngasih janji ke lo, gue bakal buktiin kalau semua ucapan gue itu nyata bukan fake." Jawab Yoel yakin.

Mereka berdua dilanda keheningan. Tak tahu harus berbicara apa Anza berdiri dari duduk nya.

L & A  || GO INSANE || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang