Chapter 30

13 2 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ahli waris?" Beo Anza.

Lourah mengangguk. "Sesuai surat wasiat Mamah Vania buat anak semata wayangnya dan itu berarti lo. Dhivi ngirimin gue file yang lebih jelas, lo bisa baca ini."

Anza menerima tablet yang Lourah sodorkan padanya. Membaca setiap kata dengan teliti. Entah sudah berapa kali Anza dibuat terkejut oleh kebenaran lainnya.

Sebanyak itukah harta yang dirinya miliki? Apakah semua ini milik sang ibunda yang akan diwariskan padanya?

Semakin banyak terkaan Anza pada kebenaran ini. Sulit mengeluarkan suara, Anza menatap Lourah dan Fazzha bergantian.

Air matanya luruh begitu saja. Isak tangis kecil terdengar sangat pilu. Didekapnya tubuh bergetar Anza. Menepuk bahu Anza pelan.

"Gue lebih baik hidup numpang sama kalian dibanding punya harta banyak tapi nyawa gue sebagai gantinya. Buang semua harta ini dan gue gak akan pernah mau nerima semua ini." Desisnya tajam.

"Lo gak boleh ngomong gitu, Mamah Vania susah - susah nyiapin ini semua juga buat lo, kelak beliau pengen lo hidup dengan enak. Mungkin beliau udah ngira kalau hal kayak gini tuh pasti terjadi dan mungkin semua warisan yang beliau kasih. Ini permintaan terakhir Mamah, lo harus nerima ini semua." Jelas Fazzha.

"Alen bener, gue gak masalah kalau lo numpang hidup sama kita tapi pikirin juga buat masa depan lo. Mamah Vania ngebangun usaha ini dari nol tanpa sepengetahuan si Brengsek Varhan demi lo, demi anak gadis yang beliau lahirin. Lo masih gak ngerti juga?" Imbuh Lourah.

Anza terdiam cukup lama. Semua penjelasan dan masukkan dari mereka terekam jelas dalam ingatannya. Terus berputar dan tersetel ulang. Apakah ini saatnya Anza menunjukkan dirinya yang sebenarnya pada dunia? Mengakui dirinya sebagai anak tunggal keluarga Vilhan.

"Gue siap, ajarin gue tentang bisnis dan buat gue jadi pengusaha muda yang sukses. Kalian mau bantu kan?" Wajah Lourah dan Fazzha langsung sumringah.

"Kita siap bantuin lo apapun itu. Karena masih kelas 10, kita pelajarin hal yang mudah dulu. Dimulai pas masalah disini selesai, ok." Kata Lourah yang disetujui Fazzha.

"Sekarang tidur deh, besok jam flight kita pagi banget." Suruh Fazzha.

Alis Lourah mengkerut bertautan. "Loh? Kata siapa kalian flight pagi - pagi?"

"Lo ngusir kita kan kemaren? Jadi ya kita lebih milih sadar diri aja." Dengus Fazzha.

"Hahaha, gak usah baper gitu kenapa sih. Besok kalian gak jadi pergi, gue sengaja pesen tiket dengan jumlah total kita semua karena gue pengen biar mereka aja yang pulang dan kita tetep disini." Ujar Lourah.

Fine, Lourah memang benar - benar menyebalkan. Bahkan waktu sudah dini hari seperti ini, gadis itu sempat bercanda gurau.

"Kita selesaiin masalah disini, gue juga sengaja gak ngebiarin bang Yoel sama Rhean pulang duluan karena pastinya gue butuh banget bantuan dua orang pria berotak besar seperti mereka." Lanjutnya.

L & A  || GO INSANE || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang