Chapter 1

64 5 0
                                    

Dengan gontainya Vanza atau akrabnya di panggil Anza ini turun dari kamarnya menuju meja makan. Anza akhirnya berhenti tepat di depan meja makan. Dilihatnya meja makan itu sepi dan tak ada seorang pun untuk sarapan bersama kecuali Anza sendiri dan Bibi pembantu rumah tangganya.

Kecewa? Tentu saja, bukan?

Anza adalah seorang gadis biasa yang hanya ingin makan pagi semeja dengan orang tuanya yang hanya tersisa ayah saja tergolong sangat susah.

Bibinya pun mendekati dan kemudian bertanya pada Anza. "Non, apa mau bibi bawakan bekal saja?" Tanya Bi Hanum dengan penuh kasih sayang.

"Gak usah bi, nanti aku makan di kantin aja." Kata Anza yang sudah menaiki salah satu anak tangga kamarnya.

Anza turun dengan gitar kesayangannya dan kemudian pamit pada Bi Hanum.

"Yaudah Bi, aku jalan sekolah dulu ya." Ucapnya sembari menyalami tangan Bi Hanum.

Anza memasuki mobil hitamnya, namun tiba - tiba saja air matanya turun merembes membasahi pipinya. Kedua tangannya mengepal kuat memegang setir. Tangisnya semakin menjadi. Selang beberapa menit Anza menancapkan gasnya melewati batas rata - rata kecepatan mobil. Dirinya tak perduli lagi jika ada suara sirine polisi yang setia mengikutinya.

15 menit lamanya perjalanan menuju sekolah, Anza akhirnya sampai tepat pada waktunya. Mobil hitamnya sudah terparkir rapi dan manis tanpa polisi yang tadi mengikutinya.

Anza keluar dari mobilnya dengan tas gitarnya menuju ruang ekskul seni, langkahnya terhenti seketika karena beberapa perempuan menghalangi jalannya.

Dengan malas Anza melewati mereka tanpa banyak bicara. Gadis - gadis itu pun tak terima diperlakukan seperti ini oleh Anza. Lourah, salah satu anak geng motor Anza memulai pembicaraan tak terarah itu.

"Anza! Lo kenapa sih? Lo sakit ya? Mata lo bengkak tuh." Ucapnya dengan jari telunjuk yang menunjuk mata merah dan sembab Anza. Dua gadis lainnya menggangguk mengiyakan ucapan lourah.

Anza tak banyak bicara dan kemudian kembali melanjutkan jalannya yang sempat terhenti karena tunjukan Lourah pada matanya.

"Oi, lo kenapa sih Za?" Tanya gadis dengan pakaian yang sedikit berantakan.

Dan tetap saja hasilnya nihil. Tidak ada jawaban dari Anza. Mereka berdua Sudah menyerah karena Anza tetap tidak ingin bersuara.


Dan kemudian.....


"Anza, lo bukan anak kecil lagi, lo tau itu kan? Mata lo ngebuktiin yang sebenarnya, lo punya masalah, tapi kalau lo belum siap cerita its ok, kita selalu ada buat lo ok." Fazzha hanya bisa tersenyum menatap Anza setelah selesai bicara.

Lourah dan Reysha saling menatap. Menunggu jawaban Anza akan seperti apa.

Terdengar ciri khas suara orang yang baru saja menangis dari mulut Anza. Kepalanya tertunduk untuk menahan tangisannya lagi. Tubuhnya mulai bergetar hebat saat mereka memeluk Anza dengan hangat dan penuh kasih sayang.

"Gu-gue gak tau harus apa? Mereka-" Ucap Anza tersengal karena tangisannya yang coba ia tahan.

"Orang tua lo lagi? Hei Anza look at me. Lo tau 'kan kenapa kita bisa sahabatan dari jaman SD sampai sekarang ini?" Anza mengangguk paham.

"Dan lo pasti tau kenapa kita bisa kayak sekarang ini, iya kan?" Desakan Fazzha semakin kuat terhadap Anza.

"Nah itu dia Za! Kita bisa sampe sekarang ini karena latar belakang kita, inget pas graduate kita waktu smp? Mereka yang kita panggil mamah sama papah, seharusnya mereka ada buat kita, ucapan selamat, pelukan hangat, kalimat kebanggaan. Ah tapi semua itu apa artinya kan? Kalian semua udah gue anggep seperti saudara gue sendiri. Jadi kalau ada apa - apa langsung sharing, ok." Fazzha memberi penjelasan yang membuat ketiga manusia itu terpelongo akan kedewasaannya.

L & A  || GO INSANE || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang