Chapter 10

6 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara alunan musik lembut memenuhi ruang studio. Setiap balok not yang di mainkan berubah menjadi nada yang sangat indah. Mencoba untuk menyelaraskan lirik dengan nadanya. Suara lembut mulai terdengar di setiap nada yang mengalun.

Setiap lirik yang di nyanyikan mengartikan betapa pedihnya kehidupan seorang Vanza Michella. Menjalani kehidupan yang rumit dan menyedihkan.

Nada yang seirama dengan liriknya mulai berhenti. Menatap nanar piano yang menjadi saksi bisu atas kesedihannya.

Semua orang menganggap kehidupan seorang Vanza Michella itu sangat bahagia karena hidupnya bergelimang harta.

"Bosen banget sih! Ajakin bang Yoel jalan aja deh, dari pada gue begini Modelannya." Monolog Anza.

Baru saja ingin menelfon si pria tiba - tiba saja tenggorokannya kering dan membutuhkan air minum untuk menghilangkan kekeringan ini. Berjalan menuruni tangga menuju dapur. Sudah selesai dengan misi untuk meminum air Anza berjalan kearah pintu utama rumah mewah itu. Langkahnya terhenti karena suara bariton khas milik seseorang yang sangat di kenalnya memanggil namanya keras.

"Vanza!" Teriaknya.

Anza diam tidak menyahuti atau melihat siapa yang telah memanggil namanya.

"Kamu mau kemana hah?! Anak gadis tidak boleh keluar di jam larut seperti ini. Cepat kembali ke kamarmu!" Ucapnya masih berteriak.

"Mau ketemu sama temen." Jawab Anza malas menghadapi ayahnya saat ini.

Sang ayah semakin kesal karena semua perkataannya tidak di dengar oleh si anak.

"Saya bilang ke kamar kamu sekarang! Tidak ada penolakan apapun itu." Finalnya tetapi Anza masih saja diam di tempatnya.

Anza seakan tidak takut dengan apa yang di ucapkan ayahnya itu Anza kembali melanjutkan jalannya.

Sang ayah tidak tinggal diam dengan kelakuan si anak. Menghampiri si anak lalu menamparnya dengan keras.

"Jangan ngebantah! Kamu di sini cuma numpang. Jadi jangan harap kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau." Anza menyentuh pipinya yang terasa seperti terbakar.

Tanpa pikir panjang Anza langsung menatap nyalang pria yang di sebut sebut sebagai ayahnya. Manik matanya bertubrukan dengan mata tajam milik ayahnya.

"Ini hidup saya, terserah saya mau ngapain dan anda tidak berhak untuk ikut campur karena bagi saya ayah kandung saya sudah tiada! Dan anda hanya seorang pria tua yang suka memerintah tidak jelas." Desis Anza.

"Dasar anak tidak tau diuntung, tidak berguna! Bagaimana bisa istriku melahirkan seorang gadis jalang seperti mu? Ini kesialan untukku." Hinaan yang keluar dari mulut sang ayah membuat Anza mengeluarkan cairan bening dari matanya.

L & A  || GO INSANE || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang