Chapter 23

12 1 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Benar saja, keempat mobil itu terus mengikuti mobil yang ditumpagi Anza. Mungkin mereka takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada sahabat mereka yang baru saja keluar dari rumah sakit.

Lima belas menit perjalanan akhirnya kelima mobil itu sudah berada di luar pagar yang menjulang tinggi itu. Tepatnya di depan pekarangn rumah Anza.

"Lo beneran gak mau tinggal bareng kita aja? Asli deh gue khawatir sama lo." Rupanya Reysha masih berusaha untuk membujuk Anza.

Gadis itu menggeleng pelan. "Gue mau disini aja, tinggal sama Mamah sama Vanka juga." Jawabnya.

"Yakan kita bisa tinggal bareng - bareng. Tante Ve sama Vanka juga ikut bareng kita." Sahut Fazzha.

Sudah berkali - kali sahabat - sahabat Anza mencoba untuk memberikan pengertian untuk Anza agar tidak kembali ke rumah rasa neraka itu. Tapi Anza tetaplah Anza yang keras kepala dan tetap berdiri teguh pada keputusan awalnya.

"Udah berapa kali gue nolak permintaa kalian? Gue mau tinggal disini, gue mau tinggal bareng keluarga gue secara utuh walaupun Papah gak akan pernah nganggap gue sebagai anaknya tapi gue tetep mau tinggal disini. Apa penjelasan gue masih kurang?"

Lourah yang tadinya diam akhirnya ikut menyahuti obrolan yang lebih terkesan seperti perdebatan.

"Dengan satu syarat. Salah satu bawahan gue bakal kerja disini sebagai ART dan lo gak boleh nolak. Dia bakal jadi informan kita kalau lo dapet perlakuan yang gak baik dari bokap brengsek lo itu. Dan gue juga masih menghargai keputusan lo itu sebabnya gue bilang ini diawal. Lo gak boleh nolak ataupun marah sama gue."

Bukan tanpa sebab Lourah tetap menggunakan kata 'brengsek' untuk ayahnya Anza di depan Veranda dan Vanka. Lourah hanya ingin sahabatnya itu aman dan terlindungi dari kebengisan pria tua seperti Varhan.

"Gue setuju sama Lourah. Kali ini lo gak boleh nolak ataupun ngasih alasan lain karena yang kita mau itu lo aman. Kita berusaha jauhin lo dari siksaan si brengsek itu. Lo ngerti kan?" Ujar Fazzha.

"Hufft, iya gue ngerti. Makasih ya karena kalian selalu berada selangkah didepan gue demi kebaikan gue. I'll always remember this family, friendship, enemy, and other. I'll always love you guys. Kalau suatu saat nanti dimana gue ngelupain kalian, gue mohon untuk berusaha balikin ingatan itu. Memory yang kita buat bersama."

Ketiganya mengangguk kemudian mereka berpelukan erat menyalurkan segala kehangatan dan perasaan sayang satu sama lainnya. Orang - orang yang sedari tadi melihat bagaimana kisah persahabatan di depan mereka ini berdecak kagum.

"Sekarang gue masuk ya? Besok kita ketemu di sekolahan." Anza melepas pelukannya kemudian beralih memeluk lengan Vanka dan Veranda.

"Kalian pulangnya hati - hati ya! Bang Vian, bang Yoel! Jaga mereka buat gue!" Seru Anza saat pagar tinggi itu sudah menutupi seluruh tubuh Anza.

L & A  || GO INSANE || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang