Chapter 19

9 1 0
                                    

Veranda terlihat sedang mencari sesuatu. Anak gadisnya itu tidak ikut sarapan.

Vanka? Tentu saja bukan.

Veranda tengah mencari Anza di satu rumahnya. Setelah mengetahui sesuatu dari anaknya yang lain yaitu Vanka, Veranda langsung mencari ke kamar Anza.

Terlihat sepi dan rapi. Tempat tidurnya pun seperti tidak di tiduri oleh si pemilik. Veranda merasa tenang karena mendengar suara percikan air dari dalam kamar mandi, mungkin wanita itu berpikir kalau Anza sedang mandi dan bangun kesiangan hingga tidak ikut sarapan.

Veranda memilih untuk menunggu Anza sampai kegiatan gadis itu di dalam kamar mandi selesai.

Sudah satu jam lebih Veranda berada di kamar Anza dan sudah satu jam pula Anza belum keluar dari dalam kamar mandi. Tentu saja Veranda khawatir pada putrinya.

Mengambil langkah cepat, Veranda menemui Bi Hanum di dapur.

"Bi! Kunci duplikat kamar Anza mana?" Tanya Veranda cepat.

Bi Hanum memberikan tiga buah kunci yang di susun jadi satu.

"Kunci kamar mandi yang mana?!" Tanya Veranda tergesa - gesa.

"Kunci yang kecil itu, nyonya." Jawab Bi Hanum menunjuk kunci kecil dengan warna silver.

Veranda meninggalkan Bi Hanum yang kebingungan. Untuk apa mencari kunci duplikat milik kamar nona mudanya?

Bergegas kembali ke kamar putrinya, sesuatu yang buruk mengganjal pikirannya saat Anza belum juga keluar dari kamar mandi.

Kunci kecil yang di tunjukkan Bi Hanum, Veranda gunakan untuk membuka pintu kamar mandi yang terkunci dari dalam.

Di rumah itu hanya tersisa Veranda dan para pelayan rumah lainnya. Vanka serta suaminya sudah pergi.

Pintu kamar mandi sudah berhasil terbuka. Mata Veranda serasa ingin keluar dari tempatnya saat ini. Melihat pemandangan yang menyayat hati, Veranda menangis lalu mendekap kuat tubuh Anza yang basah dan dingin.

Wanita itu tidak perduli jika tubuh dan pakaiannya juga ikut basah. Rasanya seperti di cambuk melihat keadaan Anza yang sangat memprihatinkan. Veranda baru menyadari kalau air yang mengalir di lantai kamar mandi berwarna merah.

Manik matanya menyengit saat tangannya juga ikut terkena cairan merah tersebut.

Entah sudah berapa kali Anza mengejutkan Veranda. Darah segar mengalir deras dari pergelangan tangan Anza. Seluruh lengan Anza tersayat oleh benda tajam. Tangan Veranda bergetar hebat saat meraih lengan Anza yang penuh dengan luka sayatan.

Tangisan Veranda terdengar sampai lantai bawah. Bi Hanum menghampiri dari mana asal suara itu datang. Betapa sungguh terkejut dirinya melihat keadaan putri dari majikannya yang sangat mengenaskan.

Veranda menyadari keberadaan Bi Hanum, segara saja Veranda meminta bantuan Bi Hanum untuk membawa Anza ke mobil.

Sebelum di bawa ke mobil, Veranda memakaikan jaket tebal pada tubuh dingin Anza.

Veranda tidak bisa tenang selama mengemudikan mobilnya. Ketakutannya semakin bertambah setelah melihat tubuh Anza yang membiru.

Mobil Veranda sudah memasuki area rumah sakit. Tanpa di parkir dengan benar, Veranda mencari perawat untuk membantunya memapah Anza.

Anza dibawa menggunakan brankar rumah sakit ditemani oleh perawat dan Dokter.

Kini Anza sudah lagi ditangani oleh seorang dokter muda yang handal. Perasaan Veranda campur aduk saat dokter belum keluar dari ruangan Anza. Haruskah Veranda menghubungi suaminya?

L & A  || GO INSANE || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang