Hana memutuskan untuk kembali ke kediamannya. Namun ia terkejut saat mendapat Tuan Jeon dan sang istri di sana.
Nyonya Jeon berlari panik melihat Hana pulang dalam keadaan menangis dan terlihat kacau.
"Sayang... apa yang terjadi? kenapa kau menangis uhm?" ucap Nyonya Jeon sambil mengusap lembut air mata Hana.
Hana berjalan ke arah Tuan Jeon dan tiba-tiba ia berlutut.
"Oh... Hana-ya!" seru Tuan Jeon sambil berusaha menarik Hana. Nyonya Jeon pun membantu Hana bangkit lalu membelai rambut gadis itu.
"Appanim.... hiks... aku ingin mengakhiri perjanjian itu... aku ingin pergi dari sini... hiks... kumohon." ujar Hana sambil menangis.
Tuan Jeon pun menghela nafasnya karena tak tega melihat Hana. Namun ia juga tak bisa memaksa dan membuat Hana seperti ini terus.
"Kau tidak perlu mengakhiri kontrak itu... aku mengijinkanmu pergi... dan kau bisa kembali kapan pun kau mau." ujar Tuan Jeon.
Hana pun membungkukan tubuhnya lalu ia bergegas menuju kamarnya untuk memberesi semua pakaian dan barang-barangnya. Saat itu, Jimin pun menghubungi Hana.
Hana mengambil ponselnya yang tergeletak di atas ranjang lalu menerima panggilan telepon tersebut.
"Hiks... h-halo?" - HN
Jimin yang sedang di apartemennya pun beranjak berdiri dari sofa saat mendengar suara isakan Hana.
"Hana-ya... gwaenchana?" - ucap Jimin sedikit panik.
"Hiks... Oppa... bisakah kau menjemputku di rumah? tolong hiks... tolong bawa aku pergi dari sini... hiks." - HN
"Ah baiklah aku akan segera kesana... tunggu sebentar uhm?"
Jimin pun mengakhiri panggilannya dan bergegas untuk menjemput Hana.
Sedangkan di kediaman Hana, tak lama Jungkook baru saja pulang dengan wajah dingin namun terlihat lesu.
"Appa... Eomma..." sapa Jungkook yang melihat keberadaan kedua orang tuanya di ruang tamu.
Tepat saat itu, Hana turun dari sambil membawa kopernya, lalu boneka dan juga lampu kesayangan dalam pelukannya. Kemudia ia menarik kopernya tersebut. Jungkook mengerinyatkan dahi saat melihat Hana membawa koper besar seperti hendak pergi jauh.
"A-aku pamit." ucap Hana gemetar lalu membungkukan badannya.
Ia pun melangkah keluar, baru saja melangkah, kakinya terasa lemas. Ia berjongkok dan menangis sejadi-jadinya di halaman depan. Tepat saat itu, mobil Jimin pun datang dan Jimin sendiri langsung masuk ke area depan dengan wajah cemas.
Mendengar suara gerbang yang terbuka, Hana pun menoleh ke arah gerbang. Hana dan Jimin saling bertatapan sejenak.
Lalu Hana bangkit dan berlari ke arah Jimin lalu memeluknya erat. Menumpahkan semua perasaan dan tangisannya dalam pelukan Jimin.
"Menangislah... aku disini, gwaencahana." ujar Jimin sambil membelai rambut Hana.
Adegan itu pun di lihat oleh Jungkook melalui kaca jendela. Perasaannya kembali kacau melihat Hana menangis seperti itu terlebih itu karena ulahnya.
"Bagaimana perasaanmu melihat Hana menumpahkan tangisannya di pelukan pria lain? apa kau menyesal sekarang?" ujar Tuan Jeon.
Jungkook hanya diam dan masih menatap ke arah halaman depan.
"Hana sudah pergi, kini perjuangan eomma dan appa untuk menyatukan kalian pun sia-sia karena kelakuanmu!" ucap Nyonya Jeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌷Just One Day
FanfictionHanya satu hari saja dari 365 hari menjalani kontrak dengan seorang pria bernama Jeon Jungkook. Cuman itu yang di inginkan seorang Min Hana. Tak ada keinginan lain dalam benaknya selama ia mengenal pria dingin itu. Senyum indahnya kini pudar setelah...