7 - Never not

3.6K 508 188
                                    

Cuma butuh jk Twitter update, weverse spam, dan ampun bgt v live Solonya. But, ternyata dia nyiapin something yang lebih special. Still with you. Mau nangis jadinya.

Happy reading.

———

"Belum mau pulang?"

Detik itu juga lamunannya pecah. Pikirkan mengganggu yang sedari tadi menghantui hingga membuatnya fokus pada bayangan gelas ditangan seketika menguar.

Pada ruas detik arloji yang hendak mendekati angka tiga saat langit amat gelap ini Taehyung masih setia bersimpuh dalam kebimbangan. Menelan sendiri bulat-bulat kegundahan setelah apa yang terjadi padanya empat jam lalu.

Bukan sesuatu yang bagus, namun bukan juga sebuah petaka, mungkin bisa disebut tabu.

Setelah beberapa bulan belakangan ia sebisa mungkin tidak bertatap muka, menghindar, sampai-sampai Taehyung bersedia menunda bertemu Kei saat putrinya sakit hanya karena Namjoon bilang bahwa Jennie ada bersama mereka. Namun tanpa sangka netra coklat yang selama ini dijauhinya malah justru melekat dalam bayang mata. Taehyung tentu tak akan bisa lupa. Ia ingat, tiap sekon yang ia lewati bersama gadis berambut hitam sepunggung itu. Semuanya.

Terlalu ingat.

Hingga menyesakan.

Taehyung sampai merasa tak sehat. Tidak waras.

Lebih-lebih setelah semua perubahan Jennie yang ia lihat. Bukan, Taehyung tidak mempermasalahkan penampilan gadis itu, betapa manik Jennie berubah atraktif atau sweater hitam tebal yang berubah jadi gaun minim, Taehyung tidak memikirkan itu. Hanya saja. Gadis musim semi itu berani mencium dirinya didepan banyak orang. Ingatkah bahwa skinship antara Taehyung dan Jennie dulu tidak lebih dari sebuah genggaman tangan? Oke, memang Taehyung bisa mencium aroma alkohol dari bibir Jennie kala itu, kemungkinan besar Jennie mabuk.

Dan juga sejak kapan sebuah kecupan bisa membuatnya gundah hampir semalaman?

Daripada kecupan. Kata-kata yang Jennie ucapkan justru lebih membuat pening. Seluruhnya.

Berawal dari kontrak kerja dan ancaman Namjoon yang membuat semua jadi sialan. Atau memang hubungan mereka sudah runyam dari awal.

"Jatuh cinta ya?"

Taehyung tersentak lagi. Menoleh. Disebelahnya ada Jimin, dan Taehyung yakin sahabatnya itu tengah sekuat tenaga menahan sabar.

Taehyung tersenyum tipis. Mengangkat gelasnya kembali, menegak sedikit alkohol digelas kaca. Mungkin jika hari biasa Jimin akan menahan tangan Taehyung, namun tidak untuk hari ini. Sebagai orang yang sedikit banyak tau masalah yang sebenarnya kecil namun dibesar-besarkan oleh sahabatnya itu, jimin hanya bisa memaklumi.

"Aku tidak percaya ini." Jimin berdecak seraya menyugar rambut. Tipikal lelaki itu. Memutar mata jengah sebelum berkata lebih banyak. "Ingat umur tidak? Kita hampir tiga puluh tahun dan kau bisa galau cuma karena diberi kecupan oleh seorang gadis?"

Dengkusan terdengar. Tawa kecil juga mengalir dari si pria dewasa bersurai hijau, ia mungkin masih merasa seperti anak belasan tahun jika tidak diingatkan Jimin. Taehyung mendesah. Ia memang sudah tua, Kei sudah empat tahun bulan depan. Dan setahun lagi, putrinya akan bersekolah.

Tapi Taehyung masih sempat galau-galauan?

"Awalnya kupikir, setelah datangnya Irish dan hadirnya Kei diantara kalian, Jennie sudah tidak punya posisi lagi di hidupmu." Ujar Jimin serius. "Namun sepertinya aku salah. Ratu itu selalu bertahta." Lanjut Jimin sambil menepuk pelan dada kiri Taehyung. "Disini."

Pada awalnya, dulu waktu bumi kebasahan saat ibu Taehyung selesai dimakamkan, Jimin pikir Taehyung akan menggila setelah menerima satu carik kertas perpisahan yang dibawa Jisoo kala itu, paling tidak, karena melihat usaha Taehyung dalam mendekati Jennie dulu sangat jauh dari kata main-main. Taehyung amat serius, dan itu pertama kalinya Taehyung seserius itu pada seorang gadis. Namun, jangankan menggila, Jimin rasa hari itu setelah pulang kerumah Taehyung bahkan tidak pernah lagi menyebut nama Jennie dengan mulutnya.

Me After Him✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang