Loving you was sunshine, safe and sound, a steady place to let down my defenses. But loving you had Consequences.
———
"Dia sangat suka lili setelah kau memberi bunga itu padanya."
Seorang gadis tersenyum mendengar kalimat itu. Kalimat pertama penyambung hening. Bersama tawa kecil mengalir satu jemarinya memindahkan anak rambut kebelakang telinga. Sama halnya para gadis diluar sana, ia pun kini lebih bahagia ketika melihat Lilac setelah seseorang memberikan bunga itu padanya.
"Terdengar romantis," ujar Jennie sekenanya.
Lantai lima pada gedung tinggi yang sejak lima menit lalu disinggahi ini seakan menyetujui pernyataan yang dibuat seorang Adam disana. Bergema, tak banyak orang yang datang.
Pria berhoodie biru muda dengan jeans hitam itu mengangguk-angguk pelan. "Yah, dan aku cemburu."
Bersamaan dengan bunga putih dengan empat kelopak itu ditaruh pelan, menempel indah pada kotak kaca yang berisi guci ukuran sedang didalamnya itu sebuah kalimat kembali mengalir dari mulut Jennie.
"Sudah lama aku tidak kemari," kata gadis itu, matanya tak luput mengeja kembali ukiran nama berarti pengharapan di guci sana.
Terasa sekali. Dua tahun ia tidak berkunjung.
Beberapa orang mungkin berharap manusia yang mereka sayang agar tetap hidup lebih lama, menjalani hari juga bersama sampai tua, namun bagi Jennie, kepergian Sojung memberi satu ikhlas tersendiri.
Kakak perempuan itu sudah terlalu lama kesakitan, dan saat sakit itu hilang pergi bersama nafas yang berhenti. Jennie pikir, tidak ada yang lebih benar dari semua kehendak Tuhan.
Seokjin kemudian berdehem pelan. Menyadarkan Jennie dari lamunan. "Hm, dia merindukanmu."
Dibalik masker yang menutupi mulutnya Jennie berdecak. "Kupikir setidaknya kalian akan punya anak saat aku kembali, mengingat seberapa tuanya dirimu."
Sembari menjejalkan tangan kedalam saku celana Seokjin menjawab. "Kau tidak akan muda selamanya, Jen."
Hm. Seokjin berubah total.
Dari pria rupawan berkemeja dengan apron hitam menjadi lelaki rumahan dengan kaos atau hoodie. Penampilan yang lebih kasual dari yang Jennie tau. Semuanya berubah setelah Sojung pergi.
Tentu, ini bukan hal yang buruk. Sama sekali. Karena Seokjin terlihat baik-baik saja.
Ini hari kedua dari hari libur yang mereka janjikan, dan Jisoo juga ikut.
"Sudah enam tahun, jadi katakan kenapa kau memilih jadi artis?"
Tiba-tiba Seokjin menanyakan kembali pertanyaan yang beberapa tahun lalu ditanyakan, ketika itu Jennie menjawab 'tanyakan nanti' karena merasa belum bisa menjawab dengan benar.
"Tidak ada alasan." Masih sambil memandang bingkai potret Sojung, Jennie menggeleng pelan. Untuk semua hal yang ia lakukan dan dipertanyakan orang. "hanya ingin."
"Aku punya ponsel,"
Belakangan kepribadian Seokjin juga berubah. Menjadi sedikit sulit dimengerti.
Jennie mengerjap, memiringkan kepala, sepenuhnya tak paham. Kenapa Seokjin tiba-tiba mengalihkan topik amat jauh.
Pria berhoodie biru itu kemudian menatap dalam foto Sojung lebih lama. Pamit. Sebuah tanda kalau ia akan segera pergi. "Ada koneksi internet juga."
Bosan menyirit bingung Jennie langsung bertanya. "Lalu?"
Tentu setau Jennie koneksi internet bukan sesuatu yang harus dipamerkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After Him✅
Fanfiction"Kisah ini, bukan lagi tentang Jennie si gadis pendiam yang ingin ditaklukan. Kisah ini hanya tentang bagaimana Jennie hidup setelah Kim Taehyung ada di hidupnya." Wajah cantik berpoles make up tipis itu mendongak. "It's all about Me after Him." ...