12- Good day

2.8K 454 70
                                    

"Dasar plin-plan." Celetuk Lisa. Sedari tadi ia tak bosan-bosan mendesah mendengar celotehan asmara dari dua gadis disampingnya. "Katanya sudah menyerah, tetapi kenapa sekarang senang sekali dia ikut kemari?"

Kalimat itu ditujukan tepat untuk Jennie. Bukan sebab Jennie amat riang dengan bercerita tentang apa yang ia bicarakan dengan Taehyung dipesawat tadi, Jennie bahkan tidak membuka mulut sedikitpun, hanya saja, Lisa melihatnya. Gadis jangkung itu melihat bagaimana raut wajah Jennie tampak seperti remaja kasmaran yang tak lelah menatap lelaki pujaan.

Dan itu menggelikan.

Memang. Nyatanya, seperti orang lainnya, hati Jennie pun kadang mudah berubah, tak dapat didikte, kurang mau mendengarkan apa yang tuannya inginkan.

Penolakan kecil oleh Taehyung bisa langsung membuat Jennie tertunduk hingga jurang, sampai ia berpikir dalam, ingin berhenti. Namun, diperlakukan manis sekecil itu pun Jennie tak kuasa untuk tidak merasa bungah, ia kembali jatuh untuk kesekian kalinya.

"Lis, berhentilah menghakimi perasaan orang lain." Rose menyela, sembari membenahi pakaian dalam koper sesekali melirik gadis yang tengah berbaring di ranjangnya.

"Aku cuma mengingatkan." Jawab Lisa. "Kalau kemarin lusa dia barusaja dibuat galau oleh pria itu."

"Dan apa kau mau Jennie terus-menerus galau?" Balas Rose sembari menutup kopernya. "Itu bagus karena dia bisa berhenti memikirkan hal-hal sedih."

"Kata-kataku susah dipahami ya? Lisa menggeleng frustasi. "Aku cuma mau bilang, hari ini mungkin dia bahagia tetapi itu berarti dia juga bisa kembali disakiti oleh Taehyung. Seperti yang sudah-sudah."

"Tidak ada yang salah dengan itu."

"Yah, dan mereka akan mengulang siklus itu sampai kapan? Tarik ulur tanpa kejelasan."

"Itu urusan mereka. Jangan terlalu ikut campur."

"Hei, berkaca, kaulah yang paling ikut campur. Tidak sadar?"

"Aku?" Rose menunjuk dirinya sendiri. Menganga tak percaya kemudian terkekeh sinis. "Jelas-jelas kau yang selalu menyuruh Jennie untuk berhenti dengan menjelek-jelekkan Taehyung."

"Iya kau. Kau yang mengajak budak cintamu itu kemari dan satu soulmatenya." Balas Lisa tak kalah sinis. "Dan soal aku menjelekannya, yang aku ucapkan adalah nyata."

"Aku tidak mengajaknya!"

Jennie hanya memutar mata. Jengah. Sebenarnya heran juga. Mereka sudah tidak berada di usia yang pantas untuk meributkan hal sekecil ini, sudah mampu berpikir karena memang dua-duanya sudah dewasa. Bukankah bercerita tentang hal yang membuat mereka tertarik belakangan merupakan hal bagus? Daripada debat, dan akan berakhir dengan perang dingin, tak mau bertegur sapa sampai dua minggu.

Mereka baru sampai Male dua jam lalu setelah menempuh perjalanan jauh, langsung menuju hotel yang dipesan Rose sebelumnya, dan Jimin pergi hotel berbeda. Bukankah terlalu melelahkan untuk ribut?

Jennie tidak mengatakan apapun. Yang Lisa ucapan tidak salah, Rose juga ada benarnya. Namun alih-alih memihak salah satu gadis cantik itu memilih angkat kaki untuk pergi keluar, melihat sekeliling resort. Dimana air berwarna biru langsung terlihat begitu ia keluar, sepoi angin menyapa lembut kulitnya, serta deretan pohon kelapa.

Jennie memejam sebentar, gadis bersetelan kaos putih longgar dan celana training panjang itu kemudian memegang tepian beranda. Menikmati sedikit rasa nyaman ketika rasa sejuk menghampiri kulit, membuat rambut coklatnya berombak indah. Jennie menyirit sekilas, ketika ponsel disakunya bergetar. Kemudian ia tersenyum agak lebar, melihat sederet list nama-nama barang yang ibunya titipkan sebagai oleh-oleh.

Me After Him✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang