24- Eros's arrow

3.5K 462 233
                                    

Yang kemarin unfollow gue angkat tangannya cung😂
Dasar ambekan! Wkwkwk

Btw, tulisanku kaku bgt rasanya. Cuz, aku lg nyabang nulis story taennie selanjutnya. Jadi feel terpecah😭

———

"Aku bersumpah aku bersamanya malam itu! Jadi tidak mungkin mereka melakukannya pada Jennie."

Jisoo mendesah pelan ketika dengan membara gadis diseberang sana membalas ucapannya bersama isak tangis juga kemarahan.

Ia melirik kearah ranjang. Persisnya pada tubuh wanita yang sedang terpejam dengan tenang. Kelihatannya.

Jennie masih tertidur.

Setelah pingsan di apartemen miliknya beberapa waktu lalu.

Mata gadis malang itu setia sembab, air bening masih tersemat diantara celah kelopak matanya. Lalu kadang menetes satu atau dua tetes mengalir lewat sudut mata.

Jennie terkena serangan panik.

Dengan stress karena hal-hal berat yang menimpanya belakangan, kekerasan verbal yang didapat dan juga asmara yang tak kunjung cerah cukup menjadi alasan mengapa psikis Jennie terusik.

"Bukankah aneh? Disana banyak orang. Pesta kelulusan Dion dihadiri banyak orang, video itu cuma rekayasa!"

Rose baru sampai di Norwegia tadi malam. Karena harus menghadiri peresmian cabang perusahaan milik keluarganya disana. Dan jika bisa, Jisoo yakin soulmate Jennie satu itu pasti sudah terbang kembali ke Korea.

Meneriakan dengan lantang bahwa video yang beredar adalah rekayasa.

"Jennie tidak disentuh siapapun." Ujar Rose lagi, lirih.

Tetapi sayangnya, video itu bukan rekayasa.

Jisoo sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh pada Jennie waktu temannya itu pingsan.

"Kau yakin, kau tidak meninggalkan Jennie bersama para lelaki itu sendirian?"

"Eonni! Aku masih waras! Aku tidak mungkin meninggalkannya barang sedetik pun."

"Coba ingat lagi, kau tidak pergi kemanapun?"

"Tidak," sahut Rose terdengar agak ragu.

Maka Jisoo tau kalau memang Rose sempat meninggalkan Jennie.

"Katakan," suruh Jisoo.

"Aku hanya menemui Jimin sebentar karena dia memaksaku pulang bersamanya. Hubungan kami sedang tidak baik waktu itu."

Jisoo kemudian melangkah, mendekati tempat tidur Jennie, memeriksa infus yang menggantung tinggi itu lalu menarik selimut Jennie lebih tinggi.

"Maaf." Kata Rose lirih, amat sangat menyesal. Karena meski ia berkata bahwa video itu rekayasa, otak serta ingatannya tidak demikian. Rose masih ingat betul pakaian apa yang mereka pakai hari itu, dan sialnya. Wanita di video itu memang Jennie.

Jisoo kemudian meletakkan tangan di dahi Jennie. Merasakan suhunya. Sebelum menarik lepas penurun demam yang sejak tadi menempel disana.

"Tidak ada gunanya menyesal. Tak apa."

"That bastard! Akan ku bunuh Dion dengan tanganku sendiri."

"Jungkook mematahkan tiga giginya, dia babak belur, tapi masih hidup. Kau bisa membunuhnya kalau dia sudah agak membaik. Banyak yang ingin membunuhnya juga. Kau dalam antrian."

Saat ini memang bukan saat yang tepat untuk bergurau. Tetapi Jisoo juga tidak mungkin mengucapkan hal-hal yang kemungkinan dapat membuat kekhawatiran menjadi membesar.

Me After Him✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang