21- Liar

3.2K 495 190
                                    

Huuuammmmm!!!
Hibernasi selesai. Terimakasih sudah menunggu.

Chapter ini baru mateng ya gaes dan mohon fullkan kolom komennya, kasih bintang kecil juga chinggudeul.
Selamat membaca...

--

Jennie tak ingat seberapa banyak ia membawa nama angin untuk menjabarkan perasaannya agar terlihat hidup. Menyinggung kembali koneksi antara cinta juga udara.

Satu kali pula hari ini.

Ditemani beberapa anak rambut yang menari, bersama mata basah juga kepala kalut sedari malam kemarin.

Ia baru sadar. Ternyata Seoul masih teramat sangat menyebalkan. Bukan ini tujuannya kabur dari desa kecil tanpa berpamitan.

Lampu-lampu gedung tinggi juga konspirasi kerlip bintang dan kenangan lagi-lagi berhasil membawa satu-satunya nama yang ingin dihapus oleh hati.

Dan Jennie tidak suka itu.

Sesekali tirta bening dari matanya mengalir keluar tanpa isak, merah sembab terpampang tanpa usapan berarti. Hal-hal bodoh tak diinginkan yang terjadi karena satu orang.

Jennie bersumpah dalam refleksi cermin yang beberapa menit lalu dilihatnya, tidak ada barang sepercik wajah sendu. Hanya ada raut dingin yang selalu Jennie miliki, maka tidak masuk akal karena dengan wajah ini matanya malah terus menerus berair.

Mungkin sudah tiga kali tangan putihnya terangkat keluar dari saku hanya untuk mengusap pipi.

Menghembuskan nafas mengepul putih lalu sesekali memutar mata, menyembunyikan wajah kala ada satu dua orang melewatinya. Duduk di taman sepi dekat apartment miliknya tanpa satu bahan penyamaran sama sekali.

Sudah cukup malam, angin juga tanpa kasihan bertambah dingin.

Bersamaan dengan angin yang berhembus detik itu, dering ponsel yang Jennie simpan dalam saku cardigan membuyarkan segala lamunan.

Dan sekali lagi pula, setelah melihat nama yang tertera, Jennie kembali menolak panggilan itu tanpa ragu.

Nama Ruby Jane tengah amat berkibar di Korea Selatan hari ini. Setelah publik mendapatkan satu dua informasi pribadi. Dan Jennie sama sekali tidak ada hasrat untuk berterima kasih pada penulis artikel tentang dirinya. Sama sekali. Tidak ada orang waras yang akan berterimakasih untuk hal serupa itu.

"Kenapa?"

Bosan karena orang yang sama tak bosan-bosan memanggilnya Jennie akhirnya mengangkat panggilan.

"Kau gila! Jangan lagi menolak panggilan dariku! Apalagi disaat genting seperti ini. Kau baik-baik saja? Dimana kau sekarang?"

Jennie sedikit memejamkan mata sebelum menghela nafas pendek. Tanpa niat ia membalas.

"Tanyakan satu persatu," sahut gadis musim semi itu dengan tenang. "Kalau mau memarahi aku, maka marahi saja. Jangan dicampur dengan pertanyaan berbau kekhawatiran."

Rasanya Jennie tidak perlu mengira-ngira kenapa Yujin diseberang sana mengudarakan satu decakan kesal. Wajar kalau kakak menejernya sefrustasi itu.

"Dimana sekarang?"

Jennie tidak langsung menjawab. Ia menunduk lebih dalam karena beberapa orang berlalu membawa kamera, kali ini Jennie tidak menahan helaan panjang keluar dari mulutnya. Ia pikir apartemen ini cukup mahal untuk membayar keamanan yang handal, kenapa reporter bisa masuk.

"Jangan khawatir, aku akan pulang ke rumahku."

"Yak! Bagaimana aku tidak khawatir, hah? Berita perselingkuhanmu dengan Taehyung menjadi headline disetiap portal berita! Aku gila kalau diam saja!"

Me After Him✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang