32. Conversation

1.6K 266 33
                                    

Makasih supportnya chingudeul💜 edisi Mateng langsung publish! Merry Christmas and happy new year!

Mau tau nih kalian dari kota mana?

--

Baik atau buruknya seseorang merupakan sebuah penilaian yang besifat objektif. Karena dalam kebanyakan kasus yang sudah Taehyung saksikan, tak seperti dalam drama, orang tidak mudah terpengaruh dengan apa yang orang lainnya sampaikan.

Peran seorang penjahat bisa saja menjadi malaikat di hidup orang lain. Setiap yang hidup pasti punya mata. Dan mata orang-orang menyaksikan hal yang sama namun dalam sudut pandang berbeda.

Begitulah.

Tidak mudah dipahami? Oke. Maka akan Taehyung beri sebuah contoh. Beberapa orang yang mengenal Taehyung akan beranggapan bahwa Taehyung adalah seorang pria lugas tak banyak bicara yang selalu menghadap depan dengan satu tujuan pasti, namun berbeda lagi ceritanya kalau orang tersebut sudah mengenal Taehyung dengan betul.

Mungkin bagi Jennie, Taehyung tetap lelaki musim seminya mau apapun yang terjadi, seburuk apapun keadaan atau hal yang sudah Taehyung lakukan, Jennie tetap menempatkan Taehyung pada posisi khusus dalam hatinya karena Taehyung amat pernah membuatnya bahagia.

Namun lain lagi untuk Jungkook.
Taehyung tidak lebih dari sekedar mimpi buruk. Dari masa muda yang polos, dihancurkan karena penghianatan, diremukan oleh orang kepercayaan, tentu tidak mudah bagi Jungkook menerima atau bahkan melihat presesi Taehyung dengan lapang dada, apalagi kalau harus melihat Taehyung kembali bersama dengan kakaknya.

"Kau sadar kan kalau aku tidak pernah suka kehadiranmu kembali, kan?"

Di depan unit dengan pintu besi tertutup rapat itu Taehyung menoleh, ia masih menggunakan kemejanya yang basah, diusir karena jika Taehyung di dalam unit apartment Jennie lebih lama akan terjadi pertumpahan darah di depan mata.

Mereka menaiki lift dan turun, setelah sampai pada lantai satu keduanya seakan tak mempunyai masalah apa-apa. Hingga kemudian Jungkook tak tahan untuk membuka mulutnya.

Taehyung mengangguk tanpa tau malu, lorong apartment ini terasa lebih sepi, pria tampan itu menghembuskan napas sebelum memasukan tangan ke dalam kantong celana.

Mereka bahkan pernah lebih dari sekedar baku hantam saat remaja. Tak perlu kata untuk Taehyung tau seberapa Jungkook membencinya.

"Aku tau," balas Taehyung.

Jungkook mengangguk-anggukan kepala, lelaki dengan tubuh matang dengan tattoo disepanjang lengan kanan itu menatap pria di depannya dengan tajam. Ia kemudian mendengkus.

"Setidaknya kau masih tau diri," tutur Jungkook. Sekali kelam tetaplah kelam. Setelah mengatakan itu rupanya masih ada hal yang ingin Jungkook katakana pada Taehyung. Jungkook terlihat menarik napas. "Tetapi kemarin ibuku bilang kalau Jennie mengatakan sesuatu yang terdengar gila bagiku."

Taehyung mendengarkan.

“Jennie mengatakan semacam ijin yang terdengar seperti permintaan,” ujar Jungkook lagi, dari tempatnya berdiri sekarang Taehyung bisa melihat rahang adik Jennie yang mengeras marah. “Setelah satu pria trouble maker memberinya sebuah janji yang agaknya akan sukar ditepati.”

Taehyung tak bergeming. Ia tak bisa melakukan apapun selain mendengarkan. Lebih-lebih Taehyung memang perlu mendengarkan Jungkook untuk saat ini.

Tiba-tiba Jungkook terlihat menahan tawa. Dia menggeleng lalu dua detik kemudian melirik Taehyung dengan tatapan tajam, tawanya benar-benar hilang.

"Menikah?" sarkas Jungkook dengan desis serius, mengingat apa yang ibunya katakan kemarin sore. "Kau sinting?"

Taehyung menarik napas dengan tenang.  Ia kemudian menganggukan kepala. “Apa pendapatmu setelah mendengarnya?”

Me After Him✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang