4 - Just me

3.4K 533 128
                                    

Annyeong!!!

Apa kabar semuanya? Puasa lancar?

Semangat dong! Bp keknya mau comeback nih, bts jg lagi nyiapin kejutan, kita tinggal tunggu.

Aku update, disponsori oleh live Mphi sama Juki yang bikin bando jengger ayam sama kembang, puas sejam seperempat aku ngeliatin Nochu kebingungan buat begituan. Run ep kemarin juga lawak parah bikin imun naik.

Never not juga bikin gak bisa tidur! Tattonya dia apa lagi! Tenggelam naneun!

Pokoknya. Happy reading!

———

"Kau gila, ya?"

Jennie pikir setelah jemari putih tangannya menutup pintu apartment berhasil mengusir seorang pria pergi, ia akan memasuki kamar dan duduk membaca naskah skit drama special ditemani segelas rose tea tanpa gula dengan damai. Mungkin yang tersisa cuma sedikit pikiran mengganggu yang akan hanyut bersama satu atau dua teguk wine.

Namun sepertinya ia terlalu berharap banyak.

Jennie lupa ia memelihara pria menyebalkan lain di unit apartement miliknya.

Jennie menggeming. Memuat tubuh menatap pria berkaos abu tua dibelakangnya, tepat pada dinding berkeramik coklat Jungkook bersandar dengan tangan terlipat di dada.

"Kau tau apa yang katakan tadi?" Jungkook menunjuk arah pintu, matanya melebar dengan kening menyirit tanda tak suka.

Tidak mengerti sama sekali.

"Dan kenapa dia bisa kemari? Kau memberi alamatmu padanya?" Jungkook melanjutkan tanpa menunggu Jennie menjawab. Pertanyaan yang ia sampaikan tidak butuh sebuah jawab. "Sejak kapan kalian mulai bertemu?"

Jungkook kembali bertanya, seakan tak puas melempari kakak perempuannya dengan berbagai macam penghakiman. "Kenapa kau tak bilang aku kalau Hyung datang?"

Jennie mengalihkan pandangannya kearah kaca yang menampilkan keseluruhan kota, ia rasanya ingin keluar, menikmati sedikit gigil menusuk hingga tulang kemungkinan bisa menjadikan suasana hatinya menjadi lebih baik. Karena, hujan diluar serta gurat sinar dilangit seakan mendukung aksi marah Jungkook saat ini.

Jennie pikir ia harus merasakan petir jika ingin bisa tau bagaimana dirinya dari sudut pandang Jungkook.

Sedangkan Jungkook masih dalam kekelabuan yang sama. Waktu seakan menelantarkan sabar yang selama ini ia pelihara. Jungkook selalu menemani Jennie, sabar, mengerti, apapun itu masalahnya, bahkan jika memang Jungkook tidak tau ia akan sebisanya mencoba mengerti. Tetapi bukan untuk ini.

"Memang apa susahnya melupakan?" Jungkook melangkah, sampai pada jarak jangkau terbilang dekat didepan Jennie. "Kau tidak bisa hidup seperti terus, Noona."

Jungkook menggeleng lirih. "Aku melarangnya. Aku tidak suka."

Sejatinya, kelemahan Jennie memang ada pada tiap pribadi yang ia sayang. Melihat Jungkook memasang raut sedih membuat Jennie rasanya ingin memaki, ia lebih baik melihat seringai Jungkook ketika adiknya itu merusuhi kamar atau seisi apartment miliknya daripada harus diberi raut wajah begini.

Jennie tersenyum, senyum yang dulu sangat jarang terlihat dan kini senyum itu seakan jadi identitas baginya. "Tidak lihat barusan aku mengusirnya?"

Dan yang Jungkook lakukan cuma mengerjap, menghapus kerut didahi serta menenangkan mata besar miliknya.

"Jangan khawatir, aku tau apa yang kulakukan."

Me After Him✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang