18- Bastard

3.4K 418 166
                                    

Part ini jangan ragu buat baca. Nggak ada apa-apanya😂 pelengkap alur aja.

——

"Kau gila, ya?!"

Jennie baru saja membuka mata, lemah, namun bukan nyanyian burung gereja yang menyambut seekor kelinci besar justru bersidakep dengan wajah garang disofa ujung sana. Jelas ia masih ingin terlelap, terjaga secara paksa tidak pernah menyenangkan.

Kalimat itu lagi.

Fyi, mungkin sudah 2865 kali Jennie dikata gila. Tetapi haruskah Jennie mendapatkan kiriman seburuk ini sepagian? Tidak bisa buat nanti saja, kah?

"Hm, aku gila," gumam Jennie tak jelas, malas meladeni Jungkook yang makin sini malah bertindak protektif lebih parah dari ayah.

Jennie bersumpah matanya belum sanggup terbuka walaupun ada dua tongkat menopang disana. Tetapi si badak ini malah naik ke singgasananya, membuat guncangan yang rasanya bisa membuat roboh kasur kesayangan dan mencubit Jennie hingga pedihnya sampai mata.

"Bangun! Bangun tidak? Yak. Bangun sekarang!"

Jennie sudah pernah bilang ingin sekali melempar bocah ini ke Neptunus bukan?

"Gadis sinting! Kubilang bangun!" selimut Jennie ditarik lepas, bantal gulingnya dicampakkan, dan terakhir surga empuk yang menopang kepala diputar balik hingga menutupi wajah.

Semua bencana itu, dilewati.

Hingga dirasa hampir mati sesak napas barulah Jennie bergerak memberontak.

"Aku gila! aku gila!! aku gila!!!" Teriak Jennie murka. Menghirup oksigen rakus. Mengabaikan surai berantakan atau muka penuh dengan sisa residu pagi. "Jika aku waras pasti sudah kuganti password rumahku agar homeless sepertimu tidak bisa masuk! Asshole! Enyah dari rumahku! Sekarang!"

Sementara matanya melihat bagaimana rapper dadakan itu mengambil napas terengah-engah, bibir tipis Jungkook dibiarkan bercelah kecil, cengo.

"Homeless?" Decihan tak terima menguap. Si adik yang dewasa bahkan melotot dengan alis menukik tajam. Lupa alasan marahnya diawal. "Aku lebih kaya darimu, ya, sapi!"

"Lebih kaya? Hah??" Decih dibalas decih kembali. "Gambar jelekmu itu yang beli setahun cuma lima orang, perusahaan juga tidak berkembang juga selama kau pegang."

Gambar jelek? Jungkook makin melebarkan mulut, tak percaya. Apa katanya? Jelek? Gambarnya JELEK?!

Memang jelek, sejelek itu sampai presiden Korea juga tertarik menawar.

"Bagaimana ya, gedung dan interior unit disini, em, maaf kau jadi betah tinggal disini karena design jelek yang kubuat!"

Jennie melirik sinis. Mengabaikan fakta lama yang baru didengarnya barusan, jangan pikir Jennie akan kagum, paling bayaran itu tidak sebanyak tarif manggung Jennie satu kali.

Tunggu, kenapa jadi membahas harta.

Sungguh, perdebatan tanpa makna memang paling sering dilakukannya bersama Jungkook. Cekcok tentang apa, nantinya jadi nyalur meributkan apa.

Jennie menyisir rambut kebelakang menggunakan jemari. Kantuknya lenyap, nyawanya sudah kembali total.

"Ada masalah apa? Kenapa datang pagi sekali?" Jennie bertanya setelah diam cukup lama, ia sudah menancapkan satu stok sabar pada hati.

"Jam sebelas itu bukan pagi lagi," sahut Jungkook nyolot. "Dan, heh, miskin. Berhenti bekerja sampai larut malam. Kau bukan nokturnal, tidurlah pada masa-nya."

"Jadi mau membahas ini?" Alis Jennie naik satu. "Sampaikan keluhanmu pada Yujin, dia yang mengatur jadwal orang miskin ini."

"Sudah."

Me After Him✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang