Sudah hampir seminggu Saga dan Sasa melalui hari dengan kepergian Mama. Semenjak ditinggal Mama, Saga jauh lebih dingin dari biasanya. Entah karena ia masih beradaptasi dengan rasa sedih, atau memang kerikil-kerikil hidup terus datang silih-berganti.
Dinding pembatas yang Saga bangun dalam dirinya terasa lebih tebal untuk Sasa lewati. Sasa tak berani masuk atau bahkan sekedar mengetuk.
Pernah beberapa kali Sasa mengajak bicara, Saga hanya menjawab seperlunya. Rutinitas Saga dan Sasa yang mulai makan malam bersama pun tidak berjalan lagi karena Saga lebih memilih lembur di kantor hingga bahkan pulang larut malam.
Ketika Sasa tanya kepada JK & Sherin mengenai proposal yang sedang mereka handle saat ini, mereka jawab tidak pernah lembur sampai malam.
"Iya Bu, Pak Saga suka kerja sampe malem jam 10-an di kantor. Kan suka saya temenin. Saya sebenernya bisa aja pulang sama Pak JK-Bu Sherin tapi kasian sama Pak Saga, sendirian. Padahal sih Pak Saga udah nyuruh saya pulang duluan aja." Begitu kata OB yang mendapat shift malam.
Sasa paham Saga memang gila kerja, tapi ia tahu ada perasaan lain yang membuat Saga lebih jarang berada di rumah. Tak mungkin urusan kerja menjadi alasan Saga pulang selarut itu.
Sasa hanya takut perasaan Saga yang berlarut akan membuat kesehatan mentalnya memburuk. Jangankan diterpa masalah kehilangan orang terdekat, urusan kantor pun sedang banyak-banyaknya. Banyak hal yang harus Saga tangani, baik tugas unit maupun tugas pribadi. Saga saja harus dinas ke Inggris beberapa minggu lagi.
Bahkan pada suatu pagi sebelum keduanya berangkat kerja, tau-tau Saga meminta maaf pada Sasa. Ia meminta maaf atas dirinya yang jadi lebih jarang di rumah.
"I don't know, seeing this house, it throws me to feel guilty again. Itu kan rumah yang buat Mama seneng, yang mikir cucunya udah nikah. So it kinda hurt to be here. I need some time to cope."
Sebenarnya saat itu Sasa ingin mencoba menguatkan, banyak untaian kata yang tersusun di otaknya, ia latih untuk diucapkan pada Saga. Tapi pada akhirnya Sasa hanya maju-mundur dengan hipotesis-hipotesisnya.
Should I do that? Should I not? I should, right? Or I should not?
Jadilah Sasa hanya mengangguk paham dan mengatakan 'Iya Pak nggak apa-apa.'
Karena Sasa tahu Saga tak pernah suka ucapan-ucapan manis. Ia tak suka kata-kata sok menguatkan. Sampai sekarang saja Saga tidak memberitahu orang kantor mengenai kepergian Mama.
Yang mana hal tersebut membuat sedikit kekacauan di rapat unit hari ini. Tanpa ada konflik saja rapat unit memang sering 'panas', apalagi hari ini di saat ada benturan data antara Sherin & JK.
"Gila njir Pak Saga!" JK membanting proposalnya ketika rapat selesai. Kebetulan Saga harus mengejar rapat dengan unit logistik di lantai dua, jadilah ia meninggalkan para staff lebih dulu di ruang rapat. "Masa iya gue harus bikin in a span of one day??!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Proposal | A Romantic Comedy
Fanfiction❝ Is it okay to marry the groom before their love bloom? ❞ The Proposal - 2020