His Side of Story

4K 306 117
                                    

He is a true thinker. A critical thinker.
But beyond that, he's a fighter. A timid one, after that night.
He may far from being a villain, but he's skeptical of being saint.
That night was a disease. As if he was poisoned.
Scarier than a spell, he was poisoned by a betrayal.
He then realize, the reason why betrayal is so dangerous is because it never came from the enemies.

It came from the people that one believes the most.

Sejak malam dingin di tengah musim semi di Seoul itu, yang Saga tahu dalam hidupnya hanyalah bekerja. Mungkin jika tak ada malam dan siang ia tak akan tahu apa perbedaan keduanya. Seperti gadis yang asyik membaca novel, buku hidupnya ia babat habis hanya tinggal tunggu lembarannya selesai sampai halaman terakhir.

Ia selalu mencari uang tak kenal waktu. Fokusnya itu selalu ia jadikan prioritas nomor satu. Ia mengubur cinta yang masuk ke dalam hidupnya, hampir saja ia tak tahu makna cinta jika tidak ada keluarga yang tersisa untuknya. Bahkan jika tiga perempuan pilarnya tidak ada mungkin hanya bersama uang saja ia menikmati sisa hidupnya.

Oh, kawan, uang adalah segalanya, bukan?

Ia sulit sekali membuka cinta di hatinya. Jangankan cinta, ia bahkan sulit memercayai orang begitu saja. Tidak mampu wanita-wanita membuka kristal dalam hati Saga yang sudah mengeras tak mudah terlintas. Mana peduli Saga dengan wanita. Jika menikahi uang tidaklah aneh mungkin sejak dulu Saga sudah ke KUA.

Apalagi di saat bisnisnya mulai berkembang. Peningkatan pendapatan yang awalnya tersendat-sendat lambat laun bisa dobel dalam hitungan minggu. Pundi-pundi uang itu sudah tak terkira berapa banyaknya. Saga pun pernah masuk ke dalam lingkungan metropolis ibu kota, pilih wanita berbagai macam tipe bisa ia lakukan dengan sekali tatapan mata. Jika ia tak ingat Mama dan dua adiknya, mungkin hasrat bercinta sudah membutakannya.

Setiap mengingat Olivia, Saga hanya tahu dendam yang mengintainya. Saga yang andal membentuk rencana terus saja merancang jalan terbaik untuk menampar perempuan itu tanpa perlu melakukannya dengan tangan. Sampai mati Saga bersumpah hanya itu yang ia ingin lakukan meski hanya sekali seumur hidupnya.

Kristal itu semakin mengeras semakin hari. Saga paksa timbun dalam heningnya lautan es di dalam diri agar siapapun tak perlu tahu Saga hanyalah pria menyedihkan yang memiliki penyakit hati.

Ia sempat tak mengenal dirinya sendiri—atau mungkin ia tak mau memahami lukanya di dalam hati. Lambat laun ia sadar, semua ambisi itu berakar pada ia yang ingin membuktikan bahwa Olivia salah, bahwa wanita itu akan kalah. Saga ingin menunjukkan hidupnya jauh lebih baik setelah perempuan itu tiada.

Masalahnya, di waktu yang sama, cobaan yang datang menjadi berbeda. Dengan kekayaan yang ada, banyak wanita gila harta mengham-pirinya. Ada yang memang mengejar uang Saga saja, ada juga yang ingin merasakan badannya.

Anya adalah satu-satunya yang beruntung dari banyaknya wanita yang mengintainya. Saga merupakan pria yang sangat pemilih setelah putus dari Olivia. Cukup sering Saga bertatap muka dengan Anya, Saga berpikir sepertinya perempuan itu bisa ia jadikan pengganti Olivia. Apalagi Anya terkenal materialistis berhubung keluarganya juga datang dari keluarga kaya. Jika kelak Saga dan Olivia kembali bersinggungan, dan Saga memiliki Anya di dalam genggaman, Saga berpikir mungkin bagi Olivia itu bisa menjadi sebuah tamparan. Bahwa jika saja cintanya tulus, ia bisa berada di posisi Anya.

Maka dari itu ia mulai bertukar aku-cinta-kamu dengan Anya, merasa sepertinya menjadikan wanita tersebut sebagai kelinci percobaan tak akan salah juga. Jadilah untuk pertama kali setelah sekian lama, Saga kembali berpacaran meski tak merasakan cinta saat berkencan.

Awalnya Saga merasa mungkin ia dapat mencintai Anya. Memberikan ini-itu, membelikan barang-barang yang ia suka, Saga pikir seru juga berpacaran dengan bermain harta. Namun lama-lama ia jadi merasa tak ada guna melakukan itu semua. Hubungan mereka hanya berputar pada poros yang sama, yang tak akan pernah ada habisnya. Karena uang erat hubungannya dengan nominal dan manusia selalu haus melihat barang yang mahal. Maka ia tak henti mencari harga tinggi hanya untuk pembuktian diri.

The Proposal | A Romantic ComedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang