Jakarta

3.7K 240 11
                                    

Kalau begini
Akupun jadi sibuk
Berusaha
Mengejar-ngejar dia

Di Jakarta, Sherin sedang mencuci piring ketika adiknya menonton Crayon Sinchan di TV. Ibu Sherin baru saja pulang belanja dari pasar, dengan banyak sayuran dan daging yang dimasukkan ke kulkas. Sherin pun turut membantu jika adiknya tidak tiba-tiba memanggil.

"Kak, ada yang nyamper tuh."

"Hah? Siapa?"

"Mana gua tau kan temen lo?"

Ibu sedikit melirik Sherin. Biasanya Jericho sering datang setiap akhir pekan, dan adik Sherin pun kenal dengan mantannya itu. Tetapi melihat adiknya bahkan berbalik tanya, Sherin jadi bingung. Siapa yang dateng?

Sherin pun berjalan keluar. Menuju teras rumah, ia melap tangannya ke kaos dan menguncir rambutnya. Hingga suara tawa yang ia kenal membuat matanya membulat.

"Hehehe."

ANJIR!?

Baru beberapa detik Sherin berdiri di teras, ia langsung bersembunyi lagi di balik pintu. Pelan-pelan ia menunjukkan setengah kepalanya mengintip pria yang juga menatapnya.

Ya, pria itu adalah Jek.

Jek tak pernah sama sekali main ke rumah Sherin jika bukan untuk sekedar mengantar perempuan itu pulang. Tentu Sherin kaget melihat pria itu tahu-tahu bertengger di depan dengan bingkisan di tangan, bercelana pendek dengan kaos hitam dan sepatu berwarna sama.

"Misi paket." Bisa-bisanya pria itu masih bercanda. "Atas nama Sherin Dayana."

"Ngapain lo dateng ke sini?!"

"Keluar dulu kek! Jauh-jauh nih gue dateng!"

"Gue belum mandi, gilaaa!"

Sherin senang bukan kepalang didatangi pujaan hati. Namun ia melangkah keluar dengan wajah sebal sambil menutup mukanya dengan tangan. Bagaimana tidak malu? Ia saja baru selesai merapikan rumah. Lengan pendek kaosnya saja masih setengah tergulung ke atas.

Juniornya itu justru semakin tersenyum. Diulurnya plastik besar yang sepertinya berisi kue. "Untuk Om dan Tante."

"Idih, najong." Walau bergumam demikian tetap saja air wajah Sherin tak bisa berbohong. Ia sangat bahagia. Tetap diambilnya juga plastik dari Jek. "Ngapain sih dateng?! Ngomong dulu kek??!!"

"CFD yuk?"

"Udah jam delapan anjir!" Seru Sherin. "Kesiangan lo! Di sana bentar doang jatohnya!!"

"Ya justru itu!! Larinya nggak usah lama-lama yang penting berduanya."

Ashelole.

"Kak, itu suruh masuk temennya!"

Tiba-tiba Mama sudah berada di ambang pintu, memotong pandangan keduanya. Mama Sherin berdiri dengan gagang sapu di tangan, sedikit penasaran siapa yang datang dan langsung pergi ke pagar untuk membuka gerbang.

"Tante..."

Jek tersenyum yang disambut senyuman juga oleh Mama Sherin. Si anak perempuan sendiri masih malu-malu. Kalau Mama sudah ikut bergabung berarti ia sudah kelewat penasaran dengan urusan anaknya.

"Kak, gimana sih temennya dateng bukannya disuruh masuk!!" Ucap Mama sambil disalimi oleh Jek. "Kamu belum pernah dateng ke sini ya kayaknya."

"Iya Tante baru pertama kali..."

"Siapa nama kamu...?"

"Jon Tante..."

IDIHHHHHH!!! "Panggil 'Si Jek' aja udah Ma."

"Ayo-ayo masuk..!"

"Sebenernya mau ngajak Sherin olahraga sih Tante... Tapi katanya Sherin males olahraga."

"Ah dasar males si Kakak! Cepet sana siap-siap!" Mama mendelik ke arah Sherin dan langsung meraih lengan Jek. "Kamu masuk aja dulu ayuk."

Sesuai perintah, pria itu masuk ke dalam mengikuti langkah calon-ibu-mertua. Sambil memeletkan lidah, Jek meninggalkan Sherin sendiri.

Dan satu jam setelahnya, mereka sudah di Bundaran HI olahraga berdua.

Banyak anak-anak yang masih bermain sepatu roda dengan orang tua. Ada juga keluarga yang olahraga bersepeda. Banyak juga yang di pinggir air mancur berfoto satu keluarga. Namun bagi Sherin dan Jek, semua itu hanyalah figuran karena merekalah pemeran utamanya. Keduanya berjalan santai sambil berbicara tak jelas dan kadang menertawai sekeliling mereka. Namanya sedang jatuh cinta, melihat kucing lewat saja bisa jadi bahan canda tawa.

Sherin tak menyangka dari panjangnya perjalanan cinta ia dengan mantan kekasih, justru takdir membawanya pada rasa nyaman dengan junior sendiri. Sepertinya memang itu makna jodoh-tak-akan-kemana. Mau dicari kemanapun, mereka akan muncul dengan sendirinya. Semua hanya tentang diri saja yang mau menerima atau tidak.

"Sher, makan yuk?"

"Kenapa waktu nunggu gue siap-siap tadi lo nggak makan sih?! Kan ditawarin nyokap makan?!"

Ye orang maunya makan berdua. "Tadi kan seru nonton Sinchan sama adek lo!"

"Alesan." Sherin memicing. "Btw lo harusnya manggil gue pake 'Mba' ya!!"

"Kan udah nggak satu kantor!! Wleee." Jek mencibir.

Ledekan itu anehnya membuat Sherin malah salah tingkah. Ia jadi ingat alasan pria itu pindah kantor adalah karena dirinya.

Tak mau terlihat memerah, Sherin mengalihkan topik. "Yaudah mau makan apa?"

"Bubur yuk? Tapi agak jauh, harus naik motor dulu."

Sherin pun mengangguk dan mereka langsung berjalan ke arah motor, hanya untuk makan bubur rekomendasi Jek. Padahal pedagang kaki lima di daerah mereka olahraga pun masih buka.

Rasanya indah sekali sekedar naik motor ditemani mentari pagi. Selama perjalanan, sepoi-sepoi angin begitu membahagiakan bagi keduanya. Sengaja Jek memutar-mutar perjalanan agar jarak tempur yang diarungi lebih jauh dari yang semestinya.

Jek juga memberi satu earpodnya ke Sherin agar mereka men-dengarkan lagu bersama menyusuri kota. Sudah lama ia menyiap-kan playlist hanya untuk didengarkan bersama wanita itu berdua.

Sebenarnya playlist nya banyak berisi lagu-lagu indie, mengenai jatuh cinta dan suasana Kota Jakarta. Namun setelah tadi pagi, pria itu menambahkan satu lagu lagi yang entah mengapa terasa ikonik baginya.

Lagu Crayon Sinchan yang ia tonton kala menunggu wanita itu siap-siap berolahraga.

Seluruh kota
Merupakan tempat bermain yang asyik
Oh senangnya
Aku senang sekali...

***

The Proposal | A Romantic ComedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang