3.8K 276 45
                                    

Suara burung bercicit berbunyi dari luar jendela, mengetuk kacanya pelan menyambut Sasa yang ketiduran di atas meja. Matahari yang berwarna jingga membuat Sasa berpikir harinya baru saja berganti menjadi pagi, namun ketika ia melihat jam weker yang berada tak jauh darinya, rupanya saat itu baru pukul empat sore.

"Hoaaam!"

Sasa baru tertidur beberapa jam. Tangisnya dari pagi membuat ia kelewat lelah hingga akhirnya tertidur dengan sendirinya. Proposal di depannya bahkan sudah sedikit terkerut akibat tertiban tangan Sasa.

Dibukanya kembali lembaran-lembaran kertas itu, tak menyang-ka kumpulan kertas dapat membuat Sasa menangis lebih hebat dari drama Korea. Tinta hitam di atas kertas itu dapat membuat Sasa merasakan tulus yang sesungguhnya yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Sasa pun menyenderkan badan ke bangku, merenung sambil menengadahkan kepalanya. Kini pandangannya fokus pada langit-langit kamar, tangisan yang tak ada hentinya semalaman membuat kepalanya pusing, ia bahkan hanya dapat diam tak bergeming.

Sasa tahu Saga memang memiliki kekurangannya sendiri, namun membaca proposal pemberian Saga membuat Sasa mengerti, ia pun memiliki kekurangan dan hanya Saga yang mampu melengkapinya. Sasa terlalu tak sabaran dan tergesa-gesa, tepat benar Tuhan memberikan Saga untuknya. Membaca proposal itu membuat Sasa tersadar ia tak mau kehilangan Saga lagi, ia tak mau membiarkan pria itu pergi.

Masih dengan kepala yang sedikit berat, Sasa mencoba ke sisi lain dari kamarnya, mengambil ponsel dan berjalan ke pantry untuk melepas rasa haus. Rasanya benar-benar lelah menangis sepanjang hari, jika ia bertemu dengan Saga ia akan mengatakan bahwa tak ingin hal seperti ini terjadi lagi.

Sambil melangkahkan kaki Sasa berpikir bagaimana caranya membuka hubungan lagi dengan Saga. Sasa tak mau Saga kembali mengingat masa lalu dan membuka lagi luka lamanya. Sasa sudah mengerti semuanya, biar saja yang lalu-lalu ia kubur di belakang mereka.

Sasa pun meneguk air putihnya sambil berjalan. Berpikir kira-kira bagaimana baiknya ia menyambut Saga di Indonesia? Apakah lebih baik Sasa menjemputnya ke bandara? Atau mendatangi rumah lamanya, bercerita dengan Yerika dan Zia sambil menunggu pulangnya?

Dinyalakannya TV yang kini memapangkan berita headline news. Namun tetap saja dengan menonton TV tak membuat pikiran Sasa fokus.

Drrrttt

Drrrttt

Hingga saat Zia meneleponnya, Sasa langsung mengambil ponsel dan mengangkat telepon tersebut.

"Halo, Zi?"

"Mba..." Sasa kaget mendengar Zia menangis hebat di seberang telepon. "Mas Saga kecelakaan pesawat..."

***

The Proposal | A Romantic ComedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang