Langit malam sudah ditaburi bintang, bentangan luas venue outdoor sudah diisi lautan manusia, di belakang areal konser terdapat bianglala dengan lampu neon. Baik Saga dan Sasa menghentakkan kaki, berulang kali mengatakan mereka sudah tidak sabar bernyanyi.
Getaran speaker besar sudah mulai bersuara, mengeluarkan deru intro lagu pembuka konser. Layar besar bernuansa merah membuat antusiasme penonton semakin meningkat, apalagi saat asap panggung tercurat, mereka semua berteriak penuh semangat.
Intro yang mulai dimainkan membuat semua orang mengeluarkan ponsel. Asap di sekitar panggung secara ritmik mengikuti melodi penyambut artis keluar. Alunan yang didominasi suara drum membuat para penonton menunggu penuh debar.
"Good evening America!" Benar saja, saat empat personel band naik menampakkan diri, seluruh fans langsung histeris berteriak kencang.
Sasa sendiri langsung menyender ke depan pagar merekam momen itu. Beruntungnya ia dan Saga datang tepat waktu sehingga bisa mendapat spot nyaman. Ditambah lagi suasana santai para penonton yang tak berdesak-desakan, konser tersebut terlalu indah untuk tak diabadikan.
I'M WAKING UP
I FEEL IT IN MY BONES
"AAAAAAAAAAAA!"
Para penonton menyambut lagu pertama dengan berteriak kencang.
***
[Brenda]: Haha tenang Mba, itu obat muanjur betul aku pernah kasih ke pasangan yang belum hamil 8 taun langsung tokcer
Ketika lagu alternative indie rock menjadi peneman Saga dan Sasa, justru mentari pagi menjadi peneman ibu curhat dengan Tante Brenda. Belakangan, doa ibu bertambah agar cepat dapat cucu pertama. Padahal anaknya di bentangan dunia lain sedang menghentakkan kaki tak terpikirkan hubungan seksual sama sekali. Anak perempuannya sedang merasa bersyukur diberi teman hidup seperti Saga Pradipta.
Jika saat di perjalanan ke venue konser Saga terlihat banyak menggoda, sesampainya mereka di lokasi justru Saga kembali pada mode bertanggungjawabnya—Dan Sasa justru lebih lemah lagi menghadapi sisi Saga yang satu itu.
Sejak pertama kali jalan di parkiran, Saga selalu mengingatkan Sasa, "Kalo gerah, bilang."
Pria itu masih terlalu takut akibat insiden sauna. Ketika tadi mereka sampai di spot nyaman dengan pemandangan terbaik pun, Saga berdiri di belakang Sasa, bukan di sampingnya. Ia kerap meraih pundak perempuan itu dari belakang, takut kalau Sasa tersenggol penonton lain.
Akibat itu Sasa berpikir bahwa Saga berhak mendapat titel 'Teman Hidup' dibanding suami. Karena jika dipikir lagi, pria itu lebih dari sekedar seseorang yang Sasa cintai. Pria itu adalah sosok yang membuat Sasa merasa ia memiliki orang baru untuk menemani.
I'm a hopeless crash collision
'Cause I'm a hostage to my pride
And by my own volition
I've been a saint, I've been the truth, I've been the lie
Saat Sasa merekam Dan Reynolds menyanyikan lagu Yesterday, tiba-tiba ada video call dari Ibu.
"PAK, ANGKAT JANGAN?" Semenjak konser dimulai, Saga dan Sasa berbicara berteriak karena suara speaker yang menggelegar. Terkadang keduanya harus mendekatkan diri ke badan masing-masing untuk menjelaskan ucapan yang mereka lontarkan.
"ANGKAT AJA." Saga menjawab sambil tertawa. "LUCU KAYAKNYA KALO IBU LIAT KITA LAGI KAYAK GINI."
Sasa pun menggeser tombol hijau dan ia kaget melihat Ibu di seberang telepon sudah memegang mikrofon portable.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Proposal | A Romantic Comedy
Fiksi Penggemar❝ Is it okay to marry the groom before their love bloom? ❞ The Proposal - 2020