Saga dan Sasa sedang sarapan nasi goreng bersama saat pria tersebut membaca kembali chatnya bersama Mama tadi malam. Rasanya seperti disindir, padahal ia tau Mama memang benar senang dengan pernikahan ini.
Pagi ini, untuk pertama kalinya, Saga dan Sasa duduk di pantry sarapan bersama. Semenjak mereka merasa pengeluaran untuk GoFood cukup mahal dan berhubung keduanya jago masak, jadilah mereka memutuskan untuk makan makanan rumah saja.
"Nenek bapak mau ke sini lagi Pak minggu ini?" Sasa yang sudah selesai dengan makannya bertanya.
Memang akibat kedatangan Mama minggu lalu, Saga dan Sasa jadi was-was menyambut hari sabtu dan minggu. Mereka takut kalau sedang asyik di kamar masing-masing tau-tau keluarga satu sama lain datang di depan pintu.
"Knowing her, most likely yes, sih. Be prepared aja abis ini pindah-pindahin baju kamu lagi. Kemaren Mama dateng jam 11-an kan."
"Iya. So like we have 2 hours-ish lah ya." Sasa membawa piringnya ke westafel. Saga sebenarnya sudah lebih dulu selesai makan dari perempuan itu, tapi setelah minum ia memilih untuk berdiam dulu sambil bermain HP.
Alasan Saga dari tadi berkutat dengan HP-nya adalah karena ia sedang memilih tempat penginapan yang baik untuk liburan keluarga.
Menyambut ulangtahun Mama, Saga selalu terpikirkan untuk jalan-jalan bersama. Apalagi suami Yerika baru pulang dinas beberapa hari yang lalu. Momen langka di hari ulangtahun, Mama dapat dikelilingi anak lengkap.
"Sa, sebentar lagi Mama ulangtahun. Saya rencana nya mau kasih surprise ngajak liburan di Pulau Seribu gitu, since she likes beach. Nanti saya ngide cewek-cowok pisah kamar aja, alesannya supaya Mama nggak left behind masa dia sendiri anaknya pada pasang-pasangan. Jadi kita nggak bakal sekamar. Gimana?"
Oh gitu, lumayan juga idenya. "Boleh. Saya juga udah lama nggak ke pantai."
Sasa yang selesai mencuci piringnya pun mengambil piring Saga untuk ia cuci juga, hitung-hitung kepalang basah. Toh juga tadi Saga sudah masak, gantian sekarang Sasa yang membersihkan.
"Makasih Sa."
Sasa menjawab dengan anggukan kepala. "Oh iya Pak, nenek bapak suka apa? Saya jadi mikir mau beli sesuatu buat kado ulangtahun tapi belum tau kesukaan nenek bapak."
"She likes..." Saga terdiam lama. "Your time?"
Eh? Sasa terenyuh sendiri mendengarnya.
"Dia orangnya puitis gitu, suka dikasih hal yang sincere. Kayak surat, kumpulan foto-foto bareng, ngajak jalan biasa juga seneng, asal bisa quality time."
Hmm.. such a pure soul.
"Eh ini Yerika nelfon. Jangan-jangan Mama dateng hari ini ngajak Yerika sama suaminya." Saga mengerjap lalu mengangkat telfon. "Halo?"
Di lain sisi Sasa masih merenung membelakangi Saga. Ia yang sedang menyuci piring bahkan berputar-putar memberi sabun saking ia melamunnya.
Jika memberi foto, Sasa dan Mama saja belum banyak foto bersama. Jika memberi surat rasanya terlalu sederhana. Jika memberi waktu, kan mereka memang ingin liburan.
Apa ajak jalan-jalan lagi ya sendiri? Hang out gitu? Atau masak? Atau minta ajarin ngerajut?
"Sa."
Panggilan Saga membuyarkan lamunan Sasa. Berhubung cuci piringnya sudah selesai, Sasa pun menjawab sambil berbalik badan. "Ya?"
Namun melihat Saga, ia mendapati wajah pria tersebut memerah.
"Mama meninggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Proposal | A Romantic Comedy
Fiksi Penggemar❝ Is it okay to marry the groom before their love bloom? ❞ The Proposal - 2020