Atas Nama Siapa?

4.5K 287 24
                                    

Sluuurp!

Suara seruput kopi orang-orang menyambut Saga dan Sasa masuk ke dalam kafe. Di penghujung sore mereka, hujan deras telah berhenti, membuat matahari musim panas kembali menerangi New York dengan sebersit pelangi.

Sasa memang sudah gila mengejar pria itu sampai ke Amerika tapi setelah membaca tulisannya, dilanjut mimpi buruk setelahnya, Sasa bersumpah ia tak pernah separah itu merindukan Saga. Ia tahu ia tak punya waktu banyak, maka itu saat meminta pihak administrasi kantor mengenai info penginapan dan penerbangan pulang Saga ke Indonesia, hal yang Sasa lakukan setelahnya adalah membeli tiket penerbangan tercepat menuju Amerika. Untung Sasa mendapatkannya meski perjalanannya diisi dengan berlari mengejar waktu. Jangankan membawa banyak baju, ia bahkan hanya membawa berkas dan dompet di dalam tas.

Belum lagi saat sampai ke JFK. Awan pekat sudah menjadi penyambutnya. Ia pun menukarkan uang seadanya untuk memesan taksi sampai The Plaza. Ditambah lagi ketika jarak masih sedikit jauh, perjalanan menuju hotel macet panjang. Sasa takut argonya yang meninggi tak mampu Sasa bayar dengan uang seadanya, terpaksa ia turun di tengah jalan dan berlari sampai ke tempat tujuan, yang membuat dirinya basah terguyur hujan.

Namanya juga wanita, sudah bertemu di depan mata justru ia malu melihat Saga. Pelukan di hotel mereka memang mengharukan, tapi setelahnya ia salah tingkah hanya sekedar bertatap-tatapan dengan pria itu.

Seperti saat ini.

Mereka sedang mengantre membeli kopi di salah satu kafe di daerah 5th Avenue. Selama perjalanan Sasa tak mau berpegangan tangan dengan Saga. Saat mengantre pun ia tak mau bersebelahan, tak mau juga ia berdiri di depan Saga karena takut dipandang. Pria itu harus berdiri di depannya dan hanya Sasa yang boleh menyender pundak Saga, tak boleh sebaliknya.

Banyak aturan, pokoknya.

Tak bisa menatap Sasa secara langsung, untungnya ada dinding kaca menggantung di atas kasir yang memantulkan antrean pelanggan. Saga asyik saja melihat Sasa dari atas sana, bahagia melihat Sasa kembali berada di dekatnya.

Ketika Sasa juga menyadari spot cermin di atas, membuat mata mereka tertaut, Sasa langsung memerah menggerutu.

"Apa?!" Ucap perempuan itu lucu.

"Apaan sih orang aku nggak ngapa-ngapain, ye."

Saga tahu betul seberapa salah tingkahnya Sasa. Diperparahnya malu perempuan itu dengan Saga yang menoleh langsung ke belakang.

IHHHHH!!!! "Mau apa siiiih?"

Saga tak kuat melihat Sasa selucu itu. "Ini sebentar lagi kita sampe kasir kamu mau pesen apaaa?"

"Yaudah nggak usah ngeliat ke belakang!"

Menggeleng Saga dibuatnya, ia pun menatap ke depan lagi dengan senyum masih terbentuk di pipinya. Setelahnya Sasa tahu-tahu meletakkan tangan ke pundak Saga, memikirkan pesanan sambil menatap papan-papan menu di depan.

"Tuh nggak adil giliran kamu boleh kayak gini."

"Ya abisnya Bapak!"

"Abisnya apa?"

Saga bahkan tak paham kenapa Sasa belum bisa mengubah panggilan aku-kamu di saat Saga sudah melakukannya setelah mereka berpelukan tadi. Baginya, sudahlah, tak perlu lagi ada yang ditunggu. Ia ingin memberi cinta yang utuh.

"Bapak pesen apa?"

"Americano." Saga langsung menunjuk papan bagian daftar menu harga termurah. "Udah kamu air panas aja kan abis keujanan."

"Enak aja!"

Tepat di waktu yang sama mereka sampai ke kasir, rupanya kasirnya adalah warga negara Indonesia. Kasir tersebut mendengar Saga dan Sasa bicara dari tadi, dan langsung menyapa mereka dengan bahasa Indonesia.

The Proposal | A Romantic ComedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang