Sauna Room

4.9K 496 38
                                    

Tidak. Tidak. Tidak.

Sasa tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya mengingat apa yang terjadi di kapal. Ia malu bukan kepalang. Bukan hanya atas dirinya, tapi atas Saga juga. Betapa memalukannya membawa wanita yang jauh dari kata elegan seperti Sasa?

Sekuat tenaga Sasa melupakan kejadian itu, tetap saja otaknya kembali mengingat. Ia yakin insiden itu tidak terjadi karena mabok laut, jika demikian harusnya ia muntah saat kapal sedang berjalan. Kenapa ia malah muntah saat pengendara kapal bahkan sedang bersama mereka melihat pancingan?

Tapi Sasa juga tak mau mengakui jika mualnya itu karena Saga yang menguncir rambutnya. Ia masih mengelak kalau Saga memiliki kekuatan sebesar itu pada dirinya.

Awak kapal juga untungnya memahami kondisi Sasa. Mereka bilang banyak tamu yang juga muntah saat naik kapal, tak tahu memang begitu kenyataannya atau mereka tak ingin membuat Sasa malu saja.

Usai ke kamar mandi untuk bersih-bersih kemarin, Sasa langsung tidur di dalam kamar kapal. Rasanya sudah seperti orang gila saja ia, merenung menatap laut dari jendela kamar dengan tatapan kosong. Sebenarnya mualnya sudah hilang, tapi ia mengatakan ia ingin mencoba tidur siang. Ia tak ingin bertemu Saga.

Maka saat pria itu mengetuk pintu kamar kemarin, Sasa sudah seperti cacing kepanasan.

"Can I come in?" Suara Saga di luar kamar membuat Sasa gila sendiri. Sampai bolak-balik ia berdiri, duduk, tiduran, merapikan ram-but, duduk, dan berdiri lagi.

Cklek!

"Y-y-ya?"

Mata mereka tertaut hanya beberapa detik karena perhatian Sasa terpecah pada gelas yang Saga pegang. Pria itu membawa teh hangat dan biskuit di tangannya.

"Feeling better?" Saga bertanya seraya meletakkan gelas ke meja kecil di samping kasur.

"Y-y-ya." Sasa diam-diam menggigit bibir tegang. "Sorry though, for the inconvenience..."

"Nggak apa-apa." Saga tersenyum.

Pria itu lalu menekan kasur dengan kepalan tangannya, seperti ingin tahu seberapa empuk per kasur tersebut. "Kamarnya enak nggak? You can try another room kalo di sini pusing, di sana posisi kamarnya lebih di atas."

"N-no. I'm alright." Sasa duduk di kepala kasur, mengambil gelas tadi untuk diminum agar tidak terlihat terlalu canggung.

Sayangnya Saga juga mencoba duduk di kasur, membuat Sasa semakin salah tingkah. "Saya jadi kepikiran cancel tiket pertandingan besok berhubung kondisi kamu lagi kurang baik..."

IYA! PLEASE CANCEL PAK SAYA NGGAK BISA BAYANGIN JALAN BERDUA SAMA BAPAK SETELAH APA YANG BAPAK LAKUIN TADI! "B-b-boleh, Pak."

"Oke nanti saya tanya customer service kalo refund dua tiket—"

"Jangan!" Sasa menggeleng cepat. "Tiket saya aja yang dibatalin, Bapak jangan."

"But Yankees—"

"No I'm ok." Sasa berujar dengan nada yakin. "Bapak kan mau rasain nonton di stadion, dulu saya udah pernah nonton langsung. Besok saya mau di hotel aja."

Padahal kebetulan tim yang akan tanding adalah LA Dodgers melawan NY Yankees. Sesuai pesanan Sasa juga Saga sudah memesan bangku keduanya di ujung tribun yang berbeda. Mengetahui Saga, Sasa yakin bisa saja di stadion nanti pria itu melakukan hal yang membuat Sasa salah tingkah lagi. Sasa ingin sendirian, untuk menetralisir otaknya, untuk menguatkan hatinya, untuk menahan dirinya yang sepertinya mulai menaruh rasa pada Saga.

The Proposal | A Romantic ComedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang