Sasa menatap HP-nya dengan gusar. Chat izin tak hadir datang ke gathering kantor tak juga dibalas sejak tadi malam. Apalagi Saga tak menyalakan fitur 'read', Sasa tak tahu pesannya sudah dibaca atau belum.
Apalagi Sasa sudah ketawan liburan ke Bali. Semakin tak enak lagi ia izin hari ini. Yah abis mau gimana? Ibu ngatur ketemu nya hari ini.
Hari ini Sasa mandi dan berdandan dengan perasaan campur aduk. Ada perasaan sedih, tapi terharu melihat ibu sampai menangis, tapi excited juga bertemu si gagah, tapi takut juga kalau realita zonk tak sebanding dengan ekspektasi.
Saking bingungnya, bahkan Sasa belum menelepon pria tersebut. Toh ibu sudah heboh menjelaskan tempat mereka bertemu, jenis bajunya, jam berapa pertemuannya dan ciri-cirinya.
Nanti aja pas mau ketemu basa-basi tanya duduk dimana.
Pokoknya Sasa tak mau banyak tahu tentang pria tersebut. Biar saja matanya nanti menjadi penilai validasi pertama Sasa, whether she wants to continue it or not.
×××
"AAAARGHHHHH!!!!!"
Tak lama setelahnya, Sasa tau-tau mendapat pesan dari pria yang ia takutkan.
Apa-apaan, izin pergi dari gathering malah diberi tugas??!! Bahkan Pak Saga belum bales chat izin gue!!!!
Apalagi kalau sudah memberi folder Google Drive. Ibarat tag fanfic, tugasnya sudah masuk kategori HEAVY ANGST, MAJOR CHARACTER DEATH. BIKIN NANGIS!
"NGGAK POKOKNYA LO NGGAK BOLEH GANGGU GUE HARI INI!!!"
Buru-buru Sasa mematikan HP nya. Biasanya kalau Saga sudah memberi tugas dadakan, pasti setelahnya ia akan menelepon Sasa.Hari ini tak akan Sasa gunakan HP-nya. Biar saja ia menggunakan HP butut satunya yang hanya bisa telepon & SMS. Seketika mood Sasa hancur dengan bayang-bayang 'Si gagah'.
Di lain sisi, si Ibu terus saja mengoceh dari tadi. Mengatakan detil pria yang ingin dijodohkan dengan Sasa, 'Dek neneknya bilang dia pake baju kemeja abu-abu.. celana jeans...terus—'
"IYA IBU IYAAAAA. SASA INGEETT IBU KAN NGOMONG ITU TERUS DARI TADII."
Sasa yang naik darah langsung ingin buru-buru keluar rumah agar memiliki alasan jika tidak bisa mengerjakan tugas Saga sekarang. Buru-buru ia menyisir rambutnya dan pergi ke luar.
"Mba itu rambutnya disisir yang bener!"
Bodoamat sekalian muka gue buluk biar gagal nih perjodohan AAAGRHHH!!! Sasa bahkan melempar sepatunya sebelum dipakai.
Benar-benar langsung sehancur itu moodnya. Belum saja Sasa menangis.
Gimana gue bisa hidup tenang sih kalo lo terus gentayangan??!!Perjalanan menuju restoran selama di taksi online pun terasa ambyar. Jangankan memikirkan penampilan, Sasa saja bolak-balik berpikir ingin pulang. Saking takutnya, Sasa bermonolog sendiri.
Duh apa gue ambil laptop aja ya ke rumah?
Yakali?! Mau dibilang freak lu ama ni cowok?! Pertemuan pertama udah bawa-bawa kerjaan?!
Tapi kalo ternyata tugasnya penting banget gimana??!!
Yaudah suruh Pak Saga kerjain aja sendiri!
YOU ARE his staff for a reason, Sa!
"AH UDAH UDAH UDAH!" Sasa sampai bergumam sendiri menggelengkan kepalanya. Membuat pak sopir bingung.
"Iya Mba, emang udah sampe."
"Eh???" Sasa menoleh ke kanan-kiri dan rupanya ia telah sampai ke restoran outdoor tempat mereka dijanjikan bertemu.
"Makasih ya pak." Membayar dengan cash, Sasa pun keluar. Jantungnya semakin berdegup kencang. Sudah bayang-bayang Pak Saga menghantuinya, kini kakinya juga gemetar bertemu dengan mungkin-saja-jodohnya.
Kemeja abu-abu, celana jeans, duduk di pinggiran balkon restoran ngadep taman belakang.
Oke, udah sampe TKP, kayaknya ini waktu yang pas buat nelfon.
Sebagai pemanasan, Sasa melatih dirinya, 'pokoknya kenalin diri... Terus tanya nama... terus pura-pura tanya ciri-cirinya walaupun udah tau.'
Sasa lalu naik tangga ke satu-satunya balkon di restoran."Halo... Ini Sasa.. yang mau dikenalin sama Nenek kamu.." Sasa melatih mulutnya sambil mengambil kertas nomor HP yang mama tulis.
Tapi saat ia hendak menelepon, matanya jatuh kepada sosok yang ia kenal.
Kemeja abu-abu... Celana jeans... Duduk tepat di balkon menghadap taman belakang restoran...
Sasa langsung membeku. Buru-buru ia menelepon nomor di kertas tangannya.
Sampe cowok itu yang ngangkat telfon... Sasa menggantungkan HP nya di telinga.
Nit... Nit...
"Halo?"
Dan, ya, benar. Pria tersebut yang mengangkat teleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Proposal | A Romantic Comedy
Fiksi Penggemar❝ Is it okay to marry the groom before their love bloom? ❞ The Proposal - 2020