Here we come... Come with me... There's a world out there that we should see... Take my hand... Close your eyes
Skyline tour merupakan agenda yang tak pernah terbesit dalam otak Sasa ketika ia berpikiran untuk datang lagi ke Amerika. Kegiatan itu terlalu mahal bagi dirinya.
Namun kini, Saga, dengan entengnya mengeluarkan salah satu kartu dari dompetnya dan memesan helikopter yang berkemungkinan akan berangkat 15 menit dari sekarang. Hanya untuk mereka berdua. Deluxe Class.
Untuk pertama kali Sasa menyetujui ucapan Hasbi dulu. This man INDEED has good taste.
Kini mereka sudah berada di Manhattan Helicopters berjalan ke helipad di luar. Sasa tak pernah seumur hidup terpikirkan untuk merasakan naik helikopter eksklusif hanya untuk melihat pemandangan New York di malam hari. Suara baling-baling besar menggema hingga ke tempat Saga dan Sasa berada saat ini, beradu dengan lagu Rocketeer milik Far East Movement yang diputar di dalam gedung.
Sejak awal Saga membawa Sasa ke tempat tur helikopter ini, perempuan itu diam membisu. Padahal bukan Saga yang pernah tinggal di New York, tapi destinasi dadakan ini membuat Sasa seakan pendatang baru. Karena Sasa sendiri pun tak tahu dimana-mana saja lokasi penyewaan helikopter. Bisa-bisanya bertanya dengan tukang valet saat mengeluarkan mobil tadi Saga mendapat tempat penyewaan helikopter.
Jantung Sasa berdegup tak menentu. Masalahnya ini kali pertama Sasa merasakan naik helikopter, terlebih di malam hari, ia tak bisa membayangkan seindah apa pernak-pernik kota di atas sana, lampu-lampu pencakar langit, jalanan yang tak pernah sepi, taksi yang tak henti mengitari kota...
"Are you ok?" Saga kerap memerhatikan wajah Sasa yang mendadak pucat sejak tadi. "Wear your jacket it's windy up there."
Dan jaket Yves Saint Laurent yang juga pria itu belikan untuk Sasa. Saat menjemput Sasa di depan gedung Empire State tadi, pria itu tau-tau sudah membawa shopping bag berisikan jaket untuknya. Mengatakan bahwa naik helikopter sebaiknya mengenakan baju yang tertutup, sedangkan mereka tak punya banyak waktu sehingga Saga memutuskan untuk membelikan Sasa saja dibanding harus belanja bersama dulu. 'Berhubung waktu kita sedikit tadi saya langsung ambil yang keliatan aja.'
That leads him to buy this soft-blue jacket that costs more than two thousand dollars.
More. Than. Two. Thousand. Dollars.
Lebih tepatnya Tiga. Puluh. Empat. Juta. Rupiah.
Hanya untuk sebuah jaket.
Sebagai individu yang pernah menjadi New Yorker saja Sasa tidak rela membuang uang sebanyak ini hanya untuk satu baju! Bahkan sewa perorang untuk naik helikopter ini saja hanya sepuluh juta! Bayangkan semahal apa baju luaran yang Sasa kenakan ini! Dan berarti, setidaknya untuk menaiki helikopter dan jaket Sasa, Saga sudah mengeluarkan uang lebih dari 50 juta rupiah.
"Sa are you really ok??
"Y-y-yes." Sasa yang sedari tadi termangu langsung kembali ke alam sadarnya. Buru-buru ia memakai jaketnya sebelum mereka melangkah keluar. "I-I-I'm ok."
Kapten yang menemani mereka tersenyum menatap Sasa saat mereka sudah tepat di depan pintu menuju helipad.
Dan saat kapten membuka pintu, jantung Sasa berdebar tak menentu.
With you right here I'm a rocketeer
LET'S FLY~
Sasa benar-benar terkesima melihat gagahnya helikopter berwarna hitam yang akan mereka naiki di depan sana. Angin kencang yang menusuk pori-pori membuat Sasa merapatkan jaketnya.
"Welcome, this is Airbus EC130," Sambil berjalan menuju tengah helipad, Kapten yang bernama George Wellington itu mulai menjelaskan mengenai perjalanan mereka. "We will fly across the city for about one hour and half. I hope you will enjoy the whirlwind sightseeing tour of New York City from bird-view Liberty Statue to World Trade Center from afar."
Sejak awal di dalam tadi, pria bermata biru itu sungguh ramah dan selalu mencoba mengajak mereka bicara. Namun karena Sasa hanyut dalam pikirannya hanya Saga saja yang berbicara berdua dengan si kapten.
Beberapa petugas helikopter menyambut kedatangan Saga dan Sasa dengan senyum lebar. Angin yang semakin kencang sehubungan dengan mereka yang berjalan ke tengah helipad membuat baju Sasa berkibas ke belakang. Untung saja dress yang Sasa kenakan malam ini sepanjang mata kaki. Jika ia mengenakan pakaian yang setidaknya sepanjang lutut saja, angin helikopter mungkin membuat bajunya terbang ke atas.
Tonight suddenly feels too magical. Lived as an ordinary girl, chased her dreams in The Big Apple for years, did a part-time job at Applebee's, finally made it to come back home in Jakarta with an excellent GPA, coming back to New York touring with helicopter felt too Anastasia Steele.
And this man whom she married to isn't even close to how Christian Grey behaves.
Terus melangkahkan kaki, badan Sasa bergemetar saat sudah di depan pintu helikopter, membuat Saga lagi-lagi meraih tangannya. Kali ini membantu Sasa naik ke dalam helikopter.
"It's ok, it will be fun." Setelah duduk di dalam pun pria itu tak juga melepas genggaman Sasa, bahkan ia mengelus punggung tangannya. Sedikit khawatir dengan pandangan Sasa yang menatap keluar penuh rasa takut.
"Is the princess alright?" Ketika Kapten George yang duduk di bangku depan bertanya pun Sasa tak juga menjawab, membuat Saga mengangkat jempol menjawab untuknya.
"Yea all good." Saat itu Sasa kembali ke alam sadarnya, baru menyadari kalau tangan mereka berdua tertaut. Dan saat itu Saga melepaskan genggamannya, melihat raut wajah Sasa mulai baik-baik saja. Di sebelahnya, Saga masih berbicara dengan Kapten. "It's her first time."
Mendengarnya Sasa bingung, "It's not your first time?"
"No." Jawab Saga, membuat pria itu menatap Sasa. "My first helicopter tour was in London, waktu sama Anya."
Seketika ada yang retak dalam hati Sasa saat mendengarnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Proposal | A Romantic Comedy
Fanfiction❝ Is it okay to marry the groom before their love bloom? ❞ The Proposal - 2020