Arms

5.3K 795 24
                                    

Seminggu menuju pernikahan, kantor terasa canggung bagi Sasa. Ia menjalani hari dengan hanya fokus pada kerjaan dan kerjaan.

Kalau bagi anak-anak BPM Unit, mereka jadi lebih takut untuk membercandakan Pak Saga di belakangnya. Seorang Hasbi yang merupakan saudara jauh Sasa pun jadi takut berbicara aneh-aneh. Padahal sudah Sasa bilang ia tidak akan mengadu apa-apa ke Saga.

Perubahan-perubahan kecil ini membuat Sasa rasanya ingin jujur saja bahwa mereka dijodohkan. Sasa rindu dengan kebodohan-kebodohan yang dilakukan Hasbi dan JK.

Kalau di unit Asset Management, Hana paling tak habis pikir mengapa ia tak mengendus bau gosip ini sejak jauh hari. Sedangkan yang paling terpukul dari kartu undangan Saga & Sasa adalah Somi. Sampai habis perempuan tersebut diledeki Kahfi.

Hari ini di pernikahan Sasa dan Saga pun perempuan itu tak menampakkan diri. Kalau dari gosip yang Hana dengar, "Si Somi pengen bikin Pak Saga tau dia sangat-amat sakit hati."  

Saga sendiri tak ambil pusing, ia dan Sasa tersenyum lebar menyambut semua tamu undangan yang datang.

¶ You're my endless love... ¶

Ya, hari pernikahan Sasa dan Saga akhirnya datang juga. Tak ada yang spesial, bahkan di saat keduanya berpikir mungkin saja ada secercah perasaan muncul di hari besar ini, rupanya dua-duanya salah.

Jika orang hanya melihat tampilan luarnya saja, sesungguhnya pernikahan ini hampir sempurna. Diadakan di hotel ternama, dengan salah satu EO terbaik ibukota. Padahal dalam hati, mereka hanya ingin cepat-cepat ke rumah.

Bukan, bukan untuk malam pertama. Melainkan untuk tidur dan menikmati 'kos' baru mereka.

Tadi malam Sasa berimajinasi, "Mungkin pas sungkeman besok gue tau-tau baper sama Pak Saga". Ternyata sampai sungkeman hingga prosesi akad, perasaan keduanya masih datar-datar saja.

Kedua pihak keluarga menangis, tapi justru si anak tidak terharu sama sekali. Sasa sampai meringis dalam hati saat salim dengan Saga, tak lagi-lagi ia mau melakukannya.

Semua prosesi terasa berlalu begitu saja, seperti pernikahan-pernikahan pada umumnya. Tak ada rasa jantung berdebar muncul, tak ada yang berbeda, pokoknya.

Bahkan justru yang terkenang lekat dalam benak Sasa adalah saat Mama—nenek Saga—bernyanyi di penghujung acara.

"Lagu yang akan saya nyanyikan adalah Arms milik Christina Perri. Memang lagunya nggak terlalu cocok sama pernikahan, tapi ini lagu kesukaan Saya dan Gaga, kita suka nyanyi lagu ini setiap minggu pagi. Pertama kali Gaga kasih tau saya waktu dia masih tinggal di Korea. That time, I told him I miss him dan tetiba, dia kirim voice notes dia main piano sama anak didiknya—yes, dulu dia kerja part time jadi pengajar musik juga di sana." Saga tak pernah melihat mata Mama sangat berbinar seperti malam ini. "I clearly remember his message. He said 'Wait a little longer Ma, your arms are the first one I'm reaching when I'm back'. How sweet of him."

Sesi menyanyi ini adalah request Mama yang telah dibicarakan dengan Saga dari H-2 pernikahan mereka. Saga bermain piano dan Mama bernyanyi. Rupanya suara Mama indah sekali, membuat semua tamu terkesima.

¶ ... You put your arms around me,
And I'm home ... ¶

Yang membuat Sasa terenyuh adalah saat Mama menyebut namanya di dalam speech.

"The reason why I chose this song, is because Gaga now have 'new arms' he could reach to whenever he seeks embrace. One and only, Sarah Anjani."

Ada dentuman besar timbul saat Mama mengatakan itu. Bukan cinta, bukan kehangatan.

Melainkan rasa bersalah telah menyepelekan harapan besar seorang wanita yang melepas 'anaknya'. Mempermainkan perasaan, meremehkan angan. Dan untuk pertama kali, baik Saga dan Sasa bersedih, andai saja pernikahan ini terikat cinta dan bukan sekedar perjodohan.

The Proposal | A Romantic ComedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang