One Thing After Another, After Another, After Another

4.1K 337 44
                                    

"Halo Saya Daniel."

Akhir pekan Saga dan Sasa memang berlangsung buruk akibat insiden mobil sepulang gathering, namun di kantor, Saga pandai men-distraksi dirinya dengan pekerjaan di saat wajah Sasa masih sama murungnya seperti hari terakhir mereka bertemu.

Saga kurang tidur beberapa hari ke belakang. Meski sudah tidur di rumah, dengan kasur kamar yang dapat membuat ia merasakan kehangatan Mama, tetap saja ia tidak mudah tidur begitu saja. Untung saja awal minggu ini unit mereka disambut staf baru yang sepertinya lucu.

Staf baru bernama Daniel tersebut merupakan staf yang dipindahkan dari cabang kota lain, yang memiliki track record sama baiknya dengan Jek. Seluruh staf Business Service menyambutnya dengan ramah. Hana sampai gemas melihat Daniel, mengatakan, "Kalo gue belum punya suami gue genitin lu!"

Sampai Saga menuntun Daniel ke kubikelnya, wajah kesal masih terukir di wajah Sasa. Sejak awal bahkan ia seperti tak menggubris keberadaan Saga. Ia hanya menyapa Daniel dengan wajah sedikit muram. Hal tersebut membuat paradigma tersendiri bagi si karyawan baru hingga ketika ia masuk ke ruangan Saga, Daniel bertanya, "Mba Sasa emang jutek ya Pak orangnya?"

Saga menggeleng sambil tertawa kecil. "Lucu banget kok asli-nya, moodnya lagi jelek aja. Dia istri saya."

"Eh??" kikuk Daniel mendengarnya.

Saga pun menepuk pundak junior itu. "Nggak-apa-apa", begitu mulutnya berbicara tanpa suara.

Sudah sampai jam makan siang, pikiran Saga masih tetap berpusat pada istrinya yang mengenakan blazer itu. Sesekali ia melihat Sasa dari ruangannya. Saga ingin membicarakan semuanya dengan Sasa tapi ia pun ingin menyelesaikan urusan-urusannya dulu dengan Olivia. Saga tak ingin menyelesaikan masalah Sasa dan Olivia di waktu yang sama. Jika ditanya mengenai prioritas, Saga sudah membulatkan keputusan. Urusan Olivia harus ia dahulukan. Semoga Sasa bisa paham.

Tok tok tok

Saga yang sedang fokus dengan layar komputer langsung menoleh, mendapati orang yang memenuhi pikirannya mengetuk pintu ruang Saga dan membukanya. Pekerjaan yang sedang Saga kerjakan pun langsung ia anggurkan.

"Ya?"

Mata mereka saling menatap, tapi Saga sedang tak ingin banyak drama di tengah kerja. Di lain sisi Sasa juga tak mau berlama-lama, ia hanya akan memberikan beberapa berkas yang ia pegang dan kembali keluar ruangan. Jadilah ia hanya meletakkan sekumpulan berkas di sudut meja Saga.

Ketika Saga membuka berkas yang baru Sasa berikan,

Surat Pernyataan Pengunduran Diri Kerja

Surat Permohonan Cerai

"Saya mohon kerjasamanya ya Pak." Dengan itu, Sasa kembali berjalan ke luar pintu.

***

"Sherin!"

Sherin sedang berada di depan kafe luar kantor saat Kahfi menyapanya. Di tangan si pria terdapat segelas minuman dingin yang juga baru Sherin beli. Melihat mata Sherin yang sedikit membengkak akibat tangis, Kahfi jadi menduga-duga. Sherin kan nggak pernah beli minum-minuman begini? Jangan-jangan ini cewek nangis semaleman makanya butuh kopi.

"Tumben lu beli kopi," Kahfi menunjuk gelas di tangan kiri Sherin. "Abis nonton drama Korea lu? Mata sampe agak bengkak gitu."

Malas basa-basi, Sherin pun hanya memutar bola mata lalu melangkah pergi ke arah gedung kantor, "Duluan ya F—"

"Eh, eh, tunggu dulu dong," Kahfi meraih lengan Sherin. "Ngobrol bentar sini Sher. Duduk."

Sherin tahu jika sudah berbicara dengan Kahfi, pasti obrolan mereka tak akan jauh dari Jericho. Sudah bukan rahasia lagi Kahfi dan Jericho adalah sohib di unit mereka.

The Proposal | A Romantic ComedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang