Bali Ratih & Pie Susu

3.3K 276 48
                                    

Kantor tak pernah terasa seperti neraka bagi Sasa. Suaminya itu akan pergi ke kantor Olivia, dan seberapapun Sasa terlihat keras di depan Saga semalam, ia tetap menyimpan harap Saga tak akan macam-macam di belakangnya.

"Sa." Sampai tiba-tiba Saga meminta Sasa masuk ke ruangannya untuk membicarakan tugas, Sasa kembali menarik napas dalam-dalam.

Padahal tugas yang dibicarakan tak penting, diinformasikan lewat email seperti biasa pun bisa. Demi nama profesionalitas, jadilah Sasa tetap masuk ke ruangan manajernya itu. Di dalam, ia mendapati ada raut sedih di wajah Saga. Kali ini pria itu benar tak pandai menutup perasaannya.

Selama duduk berhadapan dengan Saga, ucapannya tak jauh dari kata-kata ok, ya, yes, ok. Saga pun sama gusarnya dengan Sasa. Seperti tak berani menatap matanya, Saga berbicara dengan wajah sedikit menunduk.

"Sa."

Saat Sasa hendak keluar, Saga kembali memanggilnya yang sukses membuatnya terhenti. Sasa hanya menoleh, tak menjawab panggilan tersebut dengan kata-kata. Ada jeda lama dalam hening sebelum Saga akhirnya buka suara.

"Saya bakal ketemu Olivia hari ini."

Mendengar namanya saja sudah membuat Sasa kesal.

Di lain sisi, Saga menggigit bibirnya sebelum melanjutkan. "Nanti kita cuma rapat—"

"Bukan urusan saya." Ditunjuknya map amplop yang terakhir Sasa berikan di pojok meja Saga. "Saya cuma butuh tanda tangan Bapak. Nggak lebih."

Dengan itu ia pun langsung pergi keluar ruangan.

***

[Yerika]: Mba Sasaaa

Iya Yerikaaa

[Yerika]: Lagi apaa hehehee

Lagi makan siang niiih kamu lagiapaa

[Yerika]: Oooh hehehe ganggu nggak niiih

Nggak kok ada apaa yeeerr

[Yerika]: Hehehee :>

[Yerika]: Kalo gak keberatan yeri mau nitip sesuatuuu

[Yerika]: Bisa nggak Mbaaa?

[Yerika]: Pengen nitip pie susu empat boxxx

[Yerika]: Sama parfum Bali Ratih yang stroberi 4 jugaa

[Yerika]: Kalo gabisa gaapapa kooo, makasih banyak ya Mbaa :> kalo misal bisa, nanti kabarin aja uangnya berapa nanti aku trff

[Yerika]: Hehe maaf rada banyak ya mba soalnya mumpung mba lagi di Baliii hehehee


"Ah ilah bangkeee!"

Sasa sedang bingung membaca pesan dari Yerika ketika Hasbi datang dengan makan siang di tangannya. Dongkolan Hasbi tersebut sontak membuat Sherin dan Sasa langsung mengernyit.

Saat makan siang, Rena pasti menghabiskan waktu berdua dengan Eugene. Daniel si karyawan baru lebih memilih makan berdua dengan pacarnya karyawan kantor sebelah. Jadilah Sasa hanya berdua dengan Sherin di pantry. Hasbi yang kini duduk di antara keduanya tak berhenti menggerutu. Meski sudah membuka makanan ia terus saja marah.

"Kenapa lu?"

"Jangan ganggu. Gue lagi laper."

Sasa dan Sherin pun langsung kembali fokus pada ponsel mereka. Memang sebelum Hasbi datang keduanya hanya memainkan ponsel. Sherin asyik melihat Insta story Jek sedang Sasa sedang bingung membaca pesan Yerika.

Sasa kaget ketika jam sebelas Yerika tahu-tahu menitip oleh-oleh khas Bali di saat Sasa bahkan tidak pergi ke pulau dewata.

Bali Ratih? Pie susu???

Sasa jadi curiga Saga bohong kepada Yerika bahwa Sasa pergi ke Bali. Pria itu mungkin butuh alasan untuk bermalam ke rumah lamanya selain karena alasan bertengkar. Geleng-geleng kepala Sasa memikirkan jawaban yang tepat untuk adik iparnya itu.

Tapi, Sa, berarti senggaknya dia sama sekali nggak nginep di hotel Olivia. Lo nya aja yang terlalu mikir buruk ke dia.

"Oke gue mau cerita." Hasbi yang sudah menghabiskan setengah makanannya kini menunjuk-nunjuk wajah Sasa. "Suami lu tuh Sa, emang kadang nggak ada otak."

Deg

Sasa baru ingat, Hasbi baru saja pulang dari rapat bersama Saga ke Qebex Jakarta. Sasa tidak siap mendengar tuturan yang akan keluar dari mulutnya.

"Udah tau kita rapat mepet jam makan siang, kantor mereka jauh pula, masa Pak Saga tetep mau langsung ke kantor abis rapat?! Nggak ada tuh dia mau makan di daerah sana. Gua kan laper anjiir! Padahal ditawarin makan siang sama orang mereka. Gila kesel banget gua?!" Wajah Hasbi sudah memerah kesal campur kepedasan. "Alhasil gua cuma bisa beli batagor di depan kantor! Ini juga gue nyalip dua orang karena takut nggak keburu! Untung gue udah akrab ama abangnya."

"Tenang Bi tenang." Sherin berujar.

"Tenang gimana anjir lagi kesel banget gua!" Sisa-sisa bumbu kacang tetap ia sendok. "Baru kali ini gue rapat bareng dia di luar kantor, dia nggak kepikiran buat makan di deket tempat meeting! Kalo kayak gini kan harus ngejar shalat dzuhur, jam satu udah harus meeting sama Pak Juna, perut juga masih begah! Kan enak kalo makan di sana, sekalian shalat di restoran biar di mobil bisa ngadem nyampe sini bisa pas langsung ke ruang rapat."

Selesai makan satu piring, Hasbi kini mengambil gorengan yang juga ia beli. "Pak Juna juga ngapain sih segala ngajak rapat BPM begini?! Biasanya juga dia sama Pak Saga doang, kalo rapat divisi besar baru ngajak staf, lagi pada nyusahin dah head officer! Gua denger-denger dari Hana si Koko juga lagi bucin bawaannya pulang cepet mulu gara-gara lagi sayang-sayangnya sama anak. Liat aja kalo gua naik pangkat nggak bakal gua jadi bos yang jahat!"

Sherin sampai tertawa melihat Hasbi berbicara dengan makanan yang keluar dari mulutnya. "Kunyah dulu tuh bakwan."

Sambil bergumam 'Ah elah laper anjir' Hasbi melap dahinya dengan sapu tangan. "Sa, btw suami lu belagu banget anjir."

Nah. Topik sepertinya akan menjorok ke pembicaraan yang Sasa takutkan.

"Kenapa?" Sasa hanya bertanya demikian.

"Jadi kan tadi rapat sama enam orangan gitu kan, nah salah satunya tuh yang waktu itu pernah rapat daring sama kita, yang namanya Olivia yang temen Pak Saga. Aslinya cantik banget anjir! Kayaknya tuh cewek demen ama Pak Saga. Dari awal aja dia nyosor mulu lah pokoknya. Duduk sebelahan, nanya ini itu, ngajak makan siang pula! Tapi Pak Saga tolak anjir. Maunya apa sih suami lu? Ama lu nggak mau cinta-cintaan, ama cewek lain juga kagak napsuan. Dia homo nggak sih Sa?"

Ya Tuhan.

Ibarat hati Sasa ada rongganya, angin besar langsung meniupnya kencang. Tak kuasa ia tersenyum kecil mendengarnya. Sherin yang sedang bermain ponsel juga langsung diam-diam memerhatikan Sasa. Sedang Hasbi yang tak tahu-menahu dengan kondisi Sasa langsung meletakkan piringnya ke westafel dan bergegas pergi.

"Gue shalat dzuhur dulu ya!"

***

The Proposal | A Romantic ComedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang