Rumah sakit

326 23 2
                                    

Sore hari Chika sudah bisa dibawa pulang, dari tadi pagi aku menunggunya dirumah sakit . Tak terlihat satupun keluarga yang mengunjunginya, ingin bertanya tapi apa urusannya denganku . Malahan, pihak sekolah seperti Kepala sekolah dan beberapa guru menjenguk batita ini

Rasanya seharian ada dirumah sakit, aku jadi tau bagaimana keluarga para pasien sangat bergantung pada dokter . Walau beberapa orang berkali kali ke tempat Ibadah untuk berdoa pada tuhannya .

Arkhan masih belum datang, lagi lagi aku dibiarkan sendiri tanpa kepastian. Akupun mengajak batita imut untuk mengobrol dan sedikit bermain nyanyian agar Ia tak bosan .

*Jegrek

Suara pintu terbuka, ternyata seorang laki laki dengan nafas ngos ngosan sedang menatap sendu kami . Wajah lelaki itu pucat nampak kelelahan . Akupun memberikannya air mineral

" Pak, sepertinya anda lelah " satu botol air itu sudah ku arahkan pada lelaki itu, lagi lagi Ia menatapku

" T-terimakasih, Bu . " Ia segera meneguk air itu sampai tersisa sedikit. Sepertinya memang kelelahan dan juga kepikiran keponakannya ini

" Oiya, maaf saya lancang . Saya dengar Anda guru termuda di sekolah itu ? " Aku berjalan menuju sofa dan mempersilahkan Pak dokter untuk duduk dikursi samping Chika

" Alhamdulillah, Iya pak. " Wajahnya makin penasaran

" Sepertinya juga kita seumuran " Sontak aku menoleh ke arahnya padahal tadinya tertunduk

" Saya masih berumur 22 tahun, Bu. " Bibirnya menuai senyum kearah Chika yang sedang memperhatikannya

Dia ada satu tingkat diatasku ? Benarkah . Pantes aja, memang wajahnya memperlihatkan jika Ia adalah Dokter Muda -Batinku

" O-oh iya, Pak "

Drrtttttt.. drrtttt..drrrttt

Ponsel yang tadinya sengaja ku silent pun bergetar, ternyata Dandi yang menelpon . Akupun pamit keluar sebentar untuk menjawabnya

" Assalamu'alaikum Dan ? "

" Waalaikumussalam. Dimana ? "

" Dirumah sakit . Kenapa ? "

" Ya Allah kamu sakit Ra ? Kenapa gak bilang sih ? Dirumah sakit mana ? Aku kesana sekarang ya . "

Mulai deh ( Bola mataku memutar karena paham ini akan terjadi )

" Muridku yang sakit Dan, aku gak papa kok. Eh bentar bentar, Astaghfirullah aku lupa . Kemarinkan kamu ajak aku keluar ya ? Duh maaf Dan aku lupa banget " Ocehku tanpa berhenti

" Laah, udah Ra udah . Gak papa lah santai aja . Kayak sama siapa aja, yaudah nanti malem aja ya " Aku mulai berpikir, lalu mengiyakan ajakan itu . Telpon dimatikan, aku kembali keruangan sunyi nan menenangkan

Dua orang itu sudah terlihat ceria dengan canda tawa yang mereka ukir bersama, bahkan wajah pucat dokter itu sudah normal . Itu semua tak luput dari Allah yang maha besar dan maha penyayang .

Aku sudah bersiap siap mengambil tas lalu melangkah untuk pamit pulang, namun dicegah oleh suara serak, nampaknya itu dari atas kasur dan siapalagi kalo bukan Chika

" Umma " Ucapnya lembut

Chika memang baru bisa melafalkan beberapa kata dengan jelas jadi tak semudah itu bisa mengerti apa yang sedang Ia katakan . Tapi kali ini Ia menyebut kata Umma dengan sangat halus dan nyaring hingganya Khadijah terhenti lalu menghampiri tempat anak itu berbaring

" Iya nak ? "

Anak itu memegang erat tangan Khadijah dan menampakkan kesedihan . Tak tega, Khadijah pun mengurungkan niatnya untuk pulang dan tetap berada disisi anak itu

Pak dokter yang melihatnya hanya diam sambil memainkan ponselnya yang terus berdering dan beberapa saat kemudian Ia menjawab telpon itu

" Iya bude ? " Samar samar terdengar ditelinga Khadijah

" Alhamdulillah Chika nggak papa kok, cuma kecapekan aja bude . Ini aja udah boleh dibawa pulang kok " sepertinya itu budenya, jelas saja orang dia memanggil orang itu dengan sebutan 'bude' .

" Iya bude, terimakasih. Besok Aku mampir deh. Iya, waalaikumussalam bude " sudah terputus, Iapun kembali duduk disebelah Chika .

Kini jariku juga sedang mengotak atik keyboard lalu mengirimkan pesan ke pada guru guru sebagai permintaan maaf jika tadi seharian aku tak ada disana . Namun, aku terkejut dengan balasan mereka yang malah memberiku semangat dan beberapa motivasi . Maka dari itu aku sangat bersyukur bisa bekerja disana, dimana tempat orang orang penuh keceriaan, pengertian dan toleransi yang tak akan ditemukan di tempat lain, ku rasa .

Heyyu, ketuk tanda paling kiri ya alias vote!
Terimakasih:)

Doctor's Feeling 'END'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang