Lembaran baru

180 9 0
                                    

Pulang dari masjid, Arkhan segera mendekatiku . Menanyakan kak Gio yang tadi ku sebut agar di doakan . Mungkin kali ini aku harus cerita dan mencari solusi biar bisa ngelupain

" Sayang "

Aku menoleh,

" Hmm ? "

" Kak Gio itu.. "

" Duduk mas " Aku mempersilahkan dia duduk, selagi menunggu aku merapihkan baju baju di lemari

" Kak Gio itu kakakku, aku belum cerita ini . Aku juga gak ngebolehin mama dan Papa buat ceritain ini . " Lagi lagi suasana menjadi serius, sunyi, hanya suara desiran angin dan ranting yang bergesekan .

Aku mengulur waktu, mempersiapkan diri tuk berkata dan menyeka air mata . Nyatanya, aku tak berhasil . Memori itu langsung terputar kembali, dimana dia pergi dan orangtuaku yang menutupi . Rasanya masih sakit sekali, senyumnya selalu terbayang . Itulah alasan kenapa aku tak bisa melupakan . Tangan Arkhan merangkul pundakku, ibu jarinya mulai mengusap setetes dua tetes air mata yang turun

" Kamu perempuan kuat yang aku kenal " Tatapan itu melekat, hingga aku kembali tenang dan melanjutkan cerita yang terhenti, sebelumnya aku menghela nafas

" Maaf ya, Mas dari tadi aku nangis mulu . Cengeng banget "

" Gak papa, aku yang bakal buat tangisan itu jadi tawa, yaudah pelan pelan lanjutin ceritanya "

" Hehe, makasih mas "

Siang itu sempurna dan akan selalu begitu disetiap harinya . Benar, mulai hari ini aku mencintainya . Mungkin aku adalah wanita beruntung yang mendapatkan seorang Arkhan, laki laki dengan kepribadian yang tak dimiliki banyak orang . Dia berbeda, lebih tepatnya istimewa . Udah kayak martabak nggak tuh.

" Mas, bantu aku ya.. Bismillah.. husstt, gausah dijawab . Aku lanjutin ceritanya, jadi kak Gio itu laki kaki terbaik menurutku setelah Papa . Dia selalu ada buat ku dimanapun dan kapanpun, pokoknya dia itu segalanya . Sampai pada suatu hari dia pamit buat balik ke kampus dan aku juga sempet nganter dia yang gak disangka itu adalah pertemuan terakhirku . Dia meninggal dalam kecelakaan pesawat 4 tahun lalu lebih beberapa bulan hiks hiks... "

Berulang kali hidung ini menahan agar ingus tak keluar tapi tetap saja . Ah aku jadi malu sendiri dihadapan Arkhan . Bukannya jijik atau apa dia malah tersenyum, mengusap ingus beningku ini dengan tangannya . Ya Allah mas, kalo boleh aja sekarang aku dah kabur karena malu banget . Tapi dia tetap tenang dengan wajah teduhnya, membiarkanku melanjutkan cerita

" Pas Kak Gio meninggal dalam kecelakaan aku gak dikasih tau mas, bahkan dikasih taunya pas aku selesai UNBK alasan Mama Papa katanya biar aku fokus . Tapi mereka salah mas, itu buat aku terluka sampe sekarang . Aku kangen kak Gio, sampe sekarangpun aku belum sempet jenguk ke makamnya . Aku sampe gak berani pulang kerumah atau dirumah sendiri, karena ketika aku inget kenangan sama dia pasti disini tu rasanya sesak dan perih banget " Kini giliran pundak Arkhan yang menjadi sandaranku, rasanya nyaman . Berbeda dari biasanya aku selalu menangis sendirian, kini dia menemani ku dengan senyum dan sesekali mengusap bahuku tanpa berkata apapun .

" Ufaira " Lirih lembutnya

" Besok kalo kita pulang, beresin kamar kakak ya.. Kita tata ulang kenangan yang kamu mau lupakan. Gak baik kamu terus larut dalam penyesalan dan kesedihan . Mas temenin, kamu harus bangkit. Kasian orang tuamu juga, mereka hanya ingin yang terbaik. Kak Gio pasti sekarang lagi senyum deh disana ngeliat adiknya tumbuh secantik dan setegar ini . Bismillah, Mas akan selalu ada buatmu. Ayo, sama sama kita tutup kisah sedih dan buka lembaran baru . Cukuplah mereka jadi kenangan terindah buat kita, yang sedih dibuang aja . Mereka gak akan suka kalo kita mengingat itu terus " ntah mengapa kata kata itu membangunkanku, sekejap aku mencernanya . Benar juga yang Ia ucapkan, selama ini selain orangtuaku tak ada satupun teman yang menasehatiku ataupun memberikan masukan tentang hidupku karena memang aku tak mau mereka tau .

Ma sya Allah, otakku serasa segar kembali setelah Mas Arkhan mengatakan itu . Semoga ini adalah yang terbaik, sudah saat nya aku bangkit menjadi adik berbakti . Kamar yang mungkin sekarang sudah lusuh akan ku bersihkan . Aku berjanji, jika kelak memiliki seorang anak biarlah dia yang menempati kamar itu . Memanglah suami adalah imam bagi makmumnya, Allah datangkan pertolongan lewat dia . Allah the only one in my heart, terimakasih telah datangkan Dokter hewan ini untukku .

Sekarang, aku menatapnya. Senyumanku mengembang .

" Makasih mas, In sya Allah mulai hari ini Aku akan lupain kejadian itu dan memikirkan yang baik dan bahagia aja. Kamu juga janji, kita tata masa depan sama sama ya mas. " Mungkin Ia gemas, jemarinya kini mencubit kedua pipiku .

" Kalo libur lagi, kita ke makam Ayah, Bunda sama kakakku . Abis itu kita ke jawa ya, ngunjungin makam kak Gio . Aku janji "

Waktu menuju sore, aku menyiapkan makanan untuk berbuka suamiku . Menu sore ini adalah sayur sop, ikan goreng dan sambal . Segar, cocok disuasana seperti ini . Sambil menunggu, Arkhan jalan jalan keliling desa sambil mengambil beberapa foto untuk diabadikan . Dia juga mengobrol dengan beberapa warga, dan mengecek ternak yang dipelihara . Wajarlah, insting dokternya selalu ada dimanapun

Bahagia dulu aja sekarang mah :v

Heyyu!! Jangan lupa ketuk tombol paling kiri alias vote ya.. terimakasih:)

Doctor's Feeling 'END'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang