Keputusan berat

222 10 0
                                    

Tak ada yang tau soal kejadian itu kecuali kami bertiga dan Allah . Semalaman aku memikirkannya, umurku memang sudah mencukupi bila diharuskan menikah . Tapi, bagaimana dengan Dandi . Haruskah aku mengatakan ini, Ah tidak. Nanti malah membuatnya kepikiran .

Didalam kamarnya juga, Arkhan sedang duduk termenung dengan secangkir kopi yang menemaninya . Matanya menatap Chika yang sedang tidur pulas di ranjang yang berjajar dengan ranjangnya, namun pikiran lelaki itu sedang berusaha memutuskan .

Kejadian dirumah sakit, mereka anggap hanya kebetulan dan hanya angan Ibu kos saja . Ia tak benar mengatakannya, mungkin besok beliau sudah lupa . Rasa canggung menyelimuti keduanya, ketika bertemu pun mereka tak lagi saling sapa . Khadijah sengaja meminta bu Sekar untuk menggantikannya sementara di kelas khusus batita, Ia ingin sendiri dan mengajar dikelas Besar .

Kebingungan melanda, Arkhan takut hal itu akan menjauhkan Khadijah darinya . Iapun memutuskan untuk ke rumah sakit, meminta penjelasan atas permintaan sepihak bude yang sudah Ia anggap Ibu kandungnya itu .

" Arkhan, Kamu nggak ke klinik nak ? " Bude baru saja selesai disuapi makan siang oleh perawat

" Nggak bude. Hari ini, nggak ada pasien baru " Keponakannya itu mendekati bude dan memegang tangannya yang hangat dan masih ada selang infus

" Ada yang mau kamu tanyain ya ? "

Bude selalu saja hafal gerak gerikku .

" Soal kemarin it.... " Tiba tiba saja bude batuk, Arkhan sontak mengambilkan minum, setelah meneguk air

" Bude serius, Khadijah itu wanita yang pas untuk bersanding sama kamu nak . Besok bude udah boleh pulang . Mari kita bicarakan ini " senyum tipis nan ambigu Ia tampakkan didepan Budenya, selang beberapa menit dokterpun datang dan kembali mengecek keadaan Bude . Benar saja perkataan Bude, bahwa Ia boleh pulang besok .

⌚⏰⌚

Semalam hingga pagi ini aku terus mencoba melupakan, tetap saja tak bisa . Sampai sampai tak masak dan hanya mengandalkan uang sisa kemarin karena lupa makan malam untuk beli diluar . Sesampainya disekolah, aku lupa bahwa hari ini murid muridku sedang belajar senam . Setidaknya kegiatan hari ini bisa membuatku tersenyum kala melihat kelucuan mereka ketika menirukan gerakan senam .

Chika sedang bermain, Aku menghampirinya dan menyapanya . Lama kelamaan, dia senang berada disini . Selain banyak teman walau terkadang rebutan mainan, Ia juga belajar membaca dan berhitung . Namanya guru taman kanak kanak pasti kami dilatih untuk sabar dalam mengajari mereka .

" Sayang, mau makan roti ? Nih Umma bagi satu satu ya nak " ucapku pada batita dan balita yang ada diruangan itu . Semuanya menatapku lalu berjalan kearah asal makanan itu berada . Aku sangat suka melihat mereka merangkak dan berjalan hingga tertatih tatih jatuh bangun . Lucu, tak satupun dari mereka menangis melainkan tertawa antusias .

Satu persatu sudah kuberikan roti, kini giliran Chika . anak gemas ini berkali kali menepukkan tangannya ke wajahku dan kubalas dengan cubitan lembut dipipinya yang halus .

Dalam hati aku berkata

" Umma gak tau, kenapa ini terjadi . Ini memang sudah ada di lauhul mahfudz pastinya . Namun, kenapa jalannya serumit ini "

Chika yang berada digendonganku tibatiba mendongak ke atas dan menatap wajahku, Ia tersenyum lebar sambil bicara, jelaslah aku tak tau apa yang sedang dibicarakannya .

Ketika menjelang siang, lagi lagi aku pergi kesuatu tempat . Yang jelas tak nampak di ruangan si batita itu berada . Agar tak kutemui pak dokter itu . Beberapa guru seperti Bu sekar dan Bu ratmi bertanya, adapakah denganku . Tolonglah Bu Ibu, aku ini sedang dalam kebingungan . Tak satupun pertanyaan itu ku jawab jujur, aku hanya mengatakan bahwa aku memang ingin melakukan sesuatu, bukan sengaja mau menjauh dari wali Chika itu .

Dalam angan, kasur kosanku sudah melambai lambai ingin aku segera menempatinya . Aku mengebut seribu langkah agar cepat sampai dirumah, tapi kenyataannya angkot memang lama, didepan gerbang kos aku melihat ada mobil terparkir dan tak asing kelihatannya. Diam diam aku memasuki gerbang tapi keduluan.

" Khadijah udah pulang " Suara itu sangat ku kenal . Dan benar saja Ibu kos diatas kursi roda dan dibelakangnya berdiri pak dokter

Astaghfirullah, ternyata dia . Duh, kenapa harus ketahuan sih .

" Boleh bicara bentar nak ? " Ucap Ibu kos dengan wajah yang siapapun tak akan mampu menolaknya . Perlahan, aku masuk kedalam rumah itu

Suasana menegang dan sunyi . Tak seperti biasanya anak kos kamar lain pulang siang tapi kali ini mereka kompak tak ada yang melintas pulang ke kosan . Aku benci situasi kacau ini, dalam hati aku terus menyebut nama Allah agar tenang .

" Jadi, Biar Ibu kenalkan siapa Arkhan ya " Inging sekali ku jawab, Udah kenal bu . Tapi biarkan yang dewasa bicara . Akupun pasrah dan mengangguk

" Dia keponakan Ibu, Ayahnya dia adalah adik kandung Ibu . Namun... " Disana, Arkhan langsung memberikan kode pada Budenya itu agar tak memberitahukan kejadian kelam itu, pasalnya itu Ia anggap sebagai privasi dan hanya orang teristimewanyalah yang akan Ia ceritakan langsung tanpa perantara . Dan Budepun menurutinya

" Karena terlalu baik Ia juga merawat anak kakaknya . Chika, usianya masih 3 tahun tapi imut banget, kapan kapan deh kamu nemuin dia ya " Senyum Ibu mengembang

" Oiya, Ibu sengaja mau menjodohkan kalian . Ibu tau kalian itu cocok dan mungkin inilah rencana terbaik Allah . Gak tau kenapa Bude sangat mengharapkan jika kalian menikah " Oh, Ya Allah Ibu . Aku tau tapi ini mendadak dan aku belum lama mengenalnya juga

" Dan satu lagi, Ibu sangat berharap atas ini. Tolong Arkhan, dan Khadijah . Ini permintaan bude jika suatu saat nanti tiada, maka Bude ingin melihat kalian berdua menikah " Jleb, jika sudah bicara seperti ini kami berdua tak bisa apa apa . Jugaan, kenapa bisa tiba tiba begini, baru saja beliau sadar lalu langsung meminta hal aneh macam itu padahal sebelumnya Beliau tak sama sekali tau jika aku dan Arkhan sering bertemu disekolah, tak lama Arkhanpun angkat bicara

" Bude, sebenarnya kami berdua sudah saling mengenal. Karena Arkhan menitipkan Chika di Sekolah tempat nya bekerja " wajah berseri kembali muncul dari Ibu

" Wah, ya itu . Berati Allah memang sudah menakdirkan kalian bersama "

" Maaf Bu, Bismillah . Jika memang ini sudah jalannya . Mas Arkhan bisa langsung menemui orangtua saya . Saya permisi Bu, Assalamu'alaikum " Kakiku langsung melangkah keluar dari rumah itu, aku memegang dada yang sesak saking deg degan dan keringat dingin didalam sana dan anehnya aku malah bicara begitu padahal tak sama sekali aku menginginkannya . Ya Allah, berikanlah jalan untukku . Jodoh berada ditanganmu tapi aku juga berhak berdoa untuk menentukannya . Setelah ini aku akan sholat istikharah untuk meyakinkan sekaligus menunggu Dandi pulang dan menunggu siapakah yang menemui oranv tuaku lebih dulu

Khadijah, yang sabar ea:v

Heyyu!! Jangan lupa ketuk tombol paling kiri alias vote ya.. Terimakasih:)

Doctor's Feeling 'END'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang