Creepy

180 8 2
                                    

Kebetulan cuaca memburuk, angin bertiup kencang hingga dedaunan berterbangan kemana mana bahkan sampai teras penuh sampah pepohonan . Selama ini aku tak pernah berada dirumah sendirian, apalagi hujan lebat seperti ini . Ku ambil ponsel, aku menelpon Ibu

" Assalamu'alaikum Bu . Chika sama Bulek ada disana ? Kok dirumah sepi ? "

" Iya, m-mereka disini "

Kok suara Ibu aneh si, apa beliau ada diluar rumah ya.

" Yaudah Bu, alhamdulillah kalo gitu . Hmm, mas A... "

" Ibu gak tau Arkhan dimana, yaudah ya. Daaaahh..  "

Hah, kenapa spontan begitu . Terus mas Arkhan dimana ya, atau masih di klinik. Coba deh aku telpon, eh nggak nggak. Pasti bakal canggung . Yaudahlah, biarin aja dia pasti gak lupa pulang kan

Aku sengaja menunggu Arkhan, semua lampu ku hidupkan karena kondisi gelap karena mendung . Tubuhku merinding ketakutan dengan suara petir . Sofa mendadak jadi dingin, aku bergegas masuk ke kamar Chika dan mengambil selimut. Ya, semenjak Arkhan diam padaku beberapa hari ini dan tidur membelakangiku, aku tak berani masuk ke kamar penuh kenangan itu . Dimana tawa kerap kali muncul, candaan demi candaan dan juga kejahilan Arkhan.

Rasa rasanya Chika pasti akan lama, aku sungguh ketakutan diruangan hampa ini . Sepi tak ada orang, suara petir dan kilat yang menyambar menambah creepy suasana.

Tok..tokk..tokk..

Arkhan pulang, pikirku. Aku segera membukakan pintu

" Loh, kok gaada siapa siapa "

Aku memalingkan tubuh, menutup pintu rapat lalu menguncinya dan berlari menuju sofa. Aku takut! Pekikku dalam hati . Sama halnya anak kecil yang ketakutan, ya seperti itulah diriku saat ini. Selimut menutupi seluruh tubuh kecuali wajah, aku menelpon Ibu berkali kali tapi tak dijawab, ponsel bulek mati dan kalo menghubungi orangtuaku akan butuh waktu sangat lama kemari. 

Kreeeeekkkk

Astaghfirullah, sekarang jantungku yang mulai tak beraturan . Arrghh, tidak! Siapapun itu manusia atau bukan aku gak takut . Gemetar dan bulu kuduk yang sudah berdiri aku menuju lantai atas dimana kamarku berada . Aku meyakinkan diri untuk berani . Perlahan tanganku memegang gagang pintu

Deg! Ada apa ini

Kenapa kamar ini penuh hiasan, lilin lilin disusun sedemikian rupa dan lampu yang sengaja dimatikan agar tercipta keromantisan .

" BARAKALLAH FI UMRIK DIJAH!!!!! "

Semua keluar dari tempat persembuyian, keluargaku lengkap semuanya hadir . Bahkan, pakde bude dan kak Ergi juga tapi aku tak melihat keberadaan Arkhan disana. Ntah aku yang tak melihat atau dia benar benar tidak ada .

" Sayang, selamat yaa.. diumurmu ini kamu udah jadi isteri yang baik sekaligus Ibu untuk Chika " Mama memelukku erat disusul oleh Papa dan seluruh kerabat yang hadir. Mereka menarikku sana sini untuk diucapkan doa dan mengobrol. Ibu tau aku mencari sesuatu, dia memberiku isyarat bahwa aku harus pergi ke kamar Chika . Why ? Kok kamar Chika .

Okedeh, aku melangkah ragu menuju kamar itu. Sejujurnya, aku masih canggung berhadapan dengan Arkhan . Kini, aku sudah melihat punggung nya, dengan jaket dokter dipergelangan tangan

" Gamau meluk ? "

" Haah ? "

Aku melongo, apa dia amnesia .

" Sayang, Barakallah atas umurmu yang baru. Semog..... "

" Mas ? Ini beneran kamu? "

Jeglek! Ini sudah direncanakan sepertinya. Masa pintu tiba tiba mengunci sendiri

" Maafin aku ya "

" Gamau. Kamu kira beberapa hari ini aku gak stres apa ?! Dasar nyebelin. "

Aku marah, duduk ditepian kasur membelakanginya . Kamar utama sudah ramai sanak saudara bahkan kini dimeja makan penuh dengan santapan. Dasar, mereka semua sudah sekongkol ternyata

" Tapi seneng kan ? "

" Pak dokter untung aja aku kuat. Kalo enggak, udah dari kemaren aku ninggalin kamu ya. " Dia merangkulku, mencubit gemas wajah semua merah ini

" Aku ngelakuin ini demi kesuksesan acara sayang "

" Tapi gak gitu juga, Mas.. hiks hiks " Ah cengeng, aku malah menangis dihadapannya

" Iya deh, maafin aku ya.. "

" Tap... soal Dan.... "

" Husst, besok aku ceritain ya. Sekarang kita berdoa bersama dulu atas umurmu "

" Tetap jadi istri terbaik buatku ya, Ufaira.. "

Kami berpelukan, melepas rindu setelah beberapa hari sandiwara ini berlangsung . Aku masih kesal padanya, ku kira dia akan mencari wanita lain . Siapa yang tak mau dengan dokter tampan seperti dia. Iya, ini ulangtahun ku. Bahkan aku saja lupa dengan hari ini . Perasaanku hari ini campur aduk, aku sangat bahagia .

" Terimakasih, udah percaya sama aku, Mas. "

" Ketika aku mengucap janji suci saat pernikahan, disitu aku sudah yakin Kalo kamu itu pilihan terbaik Allah . Dan, aku tak pernah sedikitpun meragukan cintamu Sayang "

Huaaa, rasanya aku ingin berteriak. Terus apa Dandi juga hanya sandiwara saja . Ku rasa tidak mungkin, begitu nyata dihadapanku. Dimana dia, kenapa dia tak hadir. Ah, sudahlah aku harus bersabar menunggu esok hari dan Arkhan akan menjelaskan semuanya

Detik detik akhir nih:(

Heyyu!! Jangan lupa ketuk tombol paling kiri alias Vote ya.. terimakasih:)

Doctor's Feeling 'END'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang