Dandi keluar dari rumah itu dengan perasaan campur aduk, kesal, marah, sedih, kecewa dan juga rindu . Mendadak apa yang sudah dirangkainya jauh jauh hari sirna begitu saja . Malahan sekarang dia ingin sekali bertemu laki laki yang merebut cinta pertamanya itu . Tega memang, bagaimana bisa Khadijah menikah tanpa memberti tahu Dandi . Pikiran itu terus muncul yang membuatnya ingin sekali melampiaskan kekesalan . Hanya ada tembok didepan matanya kini, sudah bonyok tangan karena berulang kali menonjok tembok .
" Arrghh! Ra. Kenapa si kamu giniin aku . Harapanku hancur Ra. Kenapa gak dari dulu aja aku ngelamar kamu Ra. Pasti gak bakal jadi gini akhirnya . Liat aja, aku bakal dapetin kamu lagi Ra. " Dia menyebut nya janji, padahal itu salah besar . Dandi terus menonjok tembok yang tak bersalah hingga didengar adiknya dari kamar sebelah. Ia berlari, menemui kakaknya dengan jari tangan yang sudah berlumuran darah
" Kakak!! Kakak kenapa sih . " Panik, Ia mengambil kota P3K dan menarik tangan Dandi untuk diobati
" Diem, Hen. Kamu tu gak tau apa apa ! Pergi sana . "
" Abah, Ib..... "
" Husstttt, jangan panggil mereka. Tutup pintu buruan tutup " Pinta Dandi memaksa, Henipun menuruti permintaan kakaknya .
Kalut, wajah meneduhkan itu sudah hilang . Rambut yang biasanya rapih kini sudah acak acakan . Sebegini buruknya kah keadaanmu kak, ungkap Heni memandangi luka kakaknya .
Dia sudah tak ada malu menampakkan wajah kesedihannya pada Heni, apalagi cuma gara gara perempuan . Heni sudah menebak nebak, pasti ini soal Khadijah si perempuan yang menyihir kakaknya sampai begini . Dia wanita baik, tapi Heni juga tak terima jika kakaknya diperlakukan seperti ini. Jahat, kata itu melekat pada ingatan kalo mendengar nama Khadijah .
" Udah sana keluar ! " Adik cantik Dandi nurut, seketika Ia membereskan kotak obat lalu pergi .
⌚🕛⌚
Tak disangka esok adalah hari kepulangan ku dan mas Arkhan . Kalau dipikir, itu cuma mimpi karena sekejap saja . Pengennya sih, tiap hari berlibur gini . Tapi tidak, demi kelangsungan hidup dan tanggung jawab aku harus kerja . Kangen juga sama anak anak, pasti Arkhan juga kangen sama hewan hewan kesayangannya di klinik .
" Ufa, Besok kan kita pulang . Gimana, kalo malem ini kita ngobrol di balkon rumah kan sejuk tuh, sekalian makan malam disana. Ya ? "
" Iya, Mas. Kayaknya masak mie rebus enak deh . " Balasan Arkhan cukup aneh, dia malah mencubit hidungku yang mancung ini
" Sayang, makan mie boleh kalo buat sendiri . Tapi kalo instan, kayaknya harus dijadwalin deh . Misal 2 minggu sekali aja, kan kemaren kamu udah makan mie rebus " plak! Aku memukul jidat, lupa jika kemarin udah makan mie rebus ekstra cabai dan perutku jadi sakit .
" Hmmmh, Iya deh " Sebenarnya tak rela jika aku jauh dari mie. Dari kecil aku sangat suka, maklum anak indomie. Semenjak aku bekerja, aku mengurangi konsumsiku hingga sekarang suami sendiri pun melarang makan mie kalo sering sering
Aku dan dia berbagi tugas, aku memasak dan dia entah menyiapkan apa dibalkon itu . Hari ini, bahan masakanku berasal dari kebun warga yang baik hati memberiku sayuran . Ada bunga kol dan beberapa sayuran hijau, tanganku sudah siap mengolahnya hingga menjadi beberapa masakan .
" Ufaira ? " Panggilnya, padahal dekat tapi berteriak
" Iya beb ? " Ups!
" Jangan buka pintu balkon ya, ntar malem aja kalo udah siap semua " Aku mengangkat kedua alis bergantian, rasanya ingin tertawa tapi bingung dengan kepolosannya . Dalam satu atap tapi dia menyiapkan kejutan dan berharap aku tak mengetahuinya . Okelah, aku memang tak tau . Mari kita lihat nanti apa yang dia siapkan untukku .
Heyyu! Jangan lupa ketuk tombol paling kiri alias vote ya.. Terimakasih:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor's Feeling 'END'
General FictionArkhan Hamid, Seorang Dokter hewan yang mengabdikan diri di sebuah klinik miliknya, hingga Ia bertemu seorang gadis bernama Khadijah Ufaira seorang guru anak usia dini yang berlokasi didaerah yang sama Bagaimana mereka bisa bertemu dan saling menge...