manE

21.6K 1.9K 65
                                    

"Pembunuh?"

Aldo mengangguk. "Oma meninggalkan karena dia, Mama kamu juga pernah koma gara-gara dia. Uncle pajang foto itu biar bisa selalu ingat sama kejahatannya."

Mata Lea memandang lamat-lamat foto wanita itu. Merasa tak asing dengan wajah serta senyuman yang tergambar di sana. "Tante itu jahat! Dimana Tante itu sekarang, Uncle? Dia harus dihukum!" geram Lea.

"Sudah mati," balas Aldo.

"Ohya? Kenapa bisa mati?" penasarannya.

"Udah belasan tahun dia gak ada kabar, jadi kita semua pikir dia udah meninggal," jelas Aldo.

"Dia pasti sudah terbakar di neraka," tambah Lea.

Pintu terbuka tiba-tiba, menampilkan Leo yang terlihat begitu panik. Ia berjalan menarik adiknya. "Uncle, Opa masuk rumah sakit. Papi baru aja telefon dan bilang kalau Opa kena serangan jantung."

Aldo segera berdiri, menggendong anak perempuannya yang masih tertidur dengan sigap dan segera berjalan keluar mengikuti Leo serta Lea yang sudah pergi lebih dulu.

Saat memasuki mobil sang Kakak, jantung Lea memompa tak karuan. Kukunya ia gigit berharap bisa menghentikan rasa takutnya.

Opa Stevano sangat baik, Opa lah yang selalu menolongnya jika ia terus di jahili oleh Leo. Ya, saat kecil Leo lah yang sangat-sangat usil. Lea bahkan pernah tak ingin bertemu sang Kakak sangking takutnya.

Leo pernah mencubitnya beberapa kali hanya karena Lea pernah berkata jika ia ingin menjadi kuat. Jika ia bisa tahan dengan cubitan itu artinya Lea sudah kuat.

Mereka masih kecil, belum begitu paham jika itu akan berakibat fatal. Kulit Lea jadi biru-biru keesokan harinya hingga tak ingin bertemu lagi dengan Leo, takut dicubit lagi.

Satu lagi yang tak bisa Lea lupakan, pernah saat itu Rena membelikan sebuah sayap peri seperti yang ada di televisi lengkap dengan tongkat ajaibnya. Waktu itu Lea tengah asik bermain di teras rumah, tak lama Leo datang. Kakaknya itu menatapnya dengan wajah tertekuk.

Lea tak peduli, ia masih asik dengan mainan barunya. Leo kemudian mendekat dan berbisik pada Lea, kakaknya itu mengatakan jika Lea naik ke lantai dua dan melompat dari balkon, sayap itu akan bergerak dengan sendirinya hingga membuat Lea terbang.

Dengan wajah polos Lea menyanggupi, ia berlari menaiki tangga dan segera menuju balkon. Sampai di sana ia memanjat pagar besi penghalang yang cukup tinggi untuknya di umur yang masih berusia lima tahun.

Satu kakinya sudah menggapai bagian atas railing balkon sebelum akhirnya tubuh mungil itu melayang akibat digendong oleh sang Papi.

Arga memarahinya habis-habisan, itu pertamakali Lea melihat sang Ayah begitu marah, bahkan Leo pun terkena imbasnya.

Dan yang menolongnya hanya Opa. Opa Stevano memeluknya, membawa Lea membeli makanan manis agar ia tak menangis lagi.

"Abang, Opa hiks gak apa-apa, kan?" tanyanya yang kini telah menangis.

Satu tangan Leo bergerak mengusap rambut sang adik menenangkan dan tangan yang lain memegang setir mobil. "Opa pasti gak apa-apa, Opa kan kuat."

Mungkin keberuntungan memang tak berpihak pada mereka, macet menghalangi semuanya. Membuat Lea dan Leo benar-benar terlambat sampai ke rumah sakit.

***
Jerry berjalan tergesa-gesa meninggalkan kantornya. Setelah mendapat kabar dari Arga ia segera beranjak mengabaikan pekerjaannya untuk segera pergi ke rumah sakit.

Tempat itu sangat jauh, butuh waktu satu jam agar bisa sampai. Jerry benar-benar tak tau lagi harus melakukan apa jika hal buruk sampai menimpa Ayah Arga, orang yang sudah ia anggap sebagai Ayahnya juga.

Ayah Arga lah yang ada di balik kesuksesannya sekarang, jika pria itu tak memberinya kepercayaan untuk memimpin perusahaan cabang milik Arga, mungkin ia tak akan bisa mengumpulkan uangnya untuk dijadikan modal dan mewujudkan impiannya menjadi seorang pengusaha sukses.

Dengan gusar ia mengendarai mobil, tetap berhati-hati meski dalam keadaan panik. Lelahnya yang ia rasakan saat bekerja hilang begitu saja.

Di pikirannya hanya menyusul mereka semua di rumah sakit.

Kurang dari satu jam Jerry sampai di sana. Kakinya melangkah cepat memasuki rumah sakit, tak perlu banyak bertanya lagi sebab Arga telah memberitahukan letak ruangan itu.

Langkah Jerry melambat saat melihat orang-orang di ruangan tersebut saling memeluk dan menangis.

Apa yang telah terjadi?

Lea yang menyadari kehadiran Jerry lebih dulu, gadis itu berjalan dengan tangisannya kemudian memeluk tubuh tinggi sang Om.

"Om Jer hiks," adu Lea.

Tangan Lebar Jerry tergerak mengusap pipi basah itu, hatinya ikut sakit melihat Lea menangis pedih seperti ini. "Sudah, Lea gak boleh nangis, Om gak suka," lirihnya.

Lea menggeleng, kepalanya ditenggelamkan di dada sang Om dengan tangisan yang semakin deras. "Opa pergi hiks. Opa ninggalin Lea, Om. Opa gak sayang Lea hiks, Lea gak mau ditinggal Opa."

"Ma-maksudnya?" tanya Jerry seraya menggeleng, jangan bilang apa yang ada dipikirannya benar.

Ia segera menggendong Lea, kakinya melangkah cepat mendekati Arga. "Ga, Papa gak apa-apa, kan? Dia baik-baik aja, kan? Jawab, Ga?!" tanyanya dengan suara bergetar.

Dugaannya semakin kuat saat melihat Arga diam dengan air yang turun begitu saja dari mata hijaunya, serta Mama Rose yang menangis di pelukan anaknya.

Jerry menggeleng, matanya pun ikut memerah sebab menahan sesuatu yang akan keluar dari sana. "Gak mungkin, Papa sebelumnya baik-baik aja, kenapa tiba-tiba jadi begini?!"

Tangan Rena terulur untuk mengusap punggung Jerry dan sang suami, berusaha menguatkan kedua pria itu di tengah kesedihannya sendiri.

"Tuhan lebih sayang Papa, dengan begini beban Papa sudah terangkat. Papa pergi pasti karena udah merasa bahagia melihat anak-anaknya sukses, jadi tujuan Papa selama ini telah tercapai dan akhirnya pergi dengan rasa lega."

Tangan Rena beralih mengusap kepala putrinya yang kini tenggelam di ceruk leher Jerry. "Opa ada pesan terakhir untuk Lea, Opa bilang Lea harus tetap sama Om Jerry. Apapun yang terjadi Lea gak boleh pergi dari Om Jerry. Om Jerry sudah banyak menderita selama ini, yang bisa buat Om Jerry bahagia cuma Lea. Jadi, Lea mau gak menuruti permintaan terakhir Opa?"

Tak ada balasan apapun, gadis itu diam dengan tangan menggantung di bahu Jerry.

"Lea?" panggil Jerry.

Gadis itu masih tak bergerak, Jerry menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Lea dan terkejut bukan main saat melihat wajah pucat gadisnya.

Lea pingsan.

Jangan lupa votemen 🌟
Ada yang tau foto siapa yang dipajang Aldo?😂

Yang pernah baca Annoying Girl pasti tau😳

Salam
Rega♥️

6 Juni 2020

Why You, Om? (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang