tapmE huluP agiT

23.6K 1.8K 106
                                    

Jerry meradang saat mengetahui keponakannya itu malah tak ada di rumah. Saat ia bertanya pada salah seorang maid, mereka menjawab bahwa gadis itu sudah pergi sejak ia pergi ke rumah Arga tadi.

Alasannya karena ayah Luna sudah pulang jadi gadis itu juga harus segera bergegas untuk pulang.

Saat Jerry mengunjungi rumah kakaknya yang ia pikir keponakannya ada di sana, tapi ternyata Luna tetap tak ada. Clarissa berkata bahwa anak itu tengah menginap di rumah temannya untuk beberapa hari.

Dan dari sini lah Jerry tau jika Luna memang suka berbohong. Gadis itu terlalu mudah untuk dipercaya hingga gampang mendapat kepercayaan orang-orang.

Akhirnya Jerry memutuskan untuk pulang dan memilih mencari Luna esok hari.

***

Kuliah pagi ini terasa tenang menurut Lea, alasannya tak lain dan tak bukan adalah temannya sendiri yaitu Luna.

Biasanya jika mereka bersama, setiap ada Dosen yang memberikan penjelasan pastilah gadis itu terus berusaha berbicara dengan dirinya, apapun akan dibahas Luna agar bisa menghilangkan rasa bosan.

Berbeda dengan Luna, Lea malah selalu tertarik dengan hal baru yang selalu Dosen sampaikan, terkadang ia tak mendengar ocehan temannya itu karena sangking fokusnya.

Dan kali ini berbeda, Luna seakan menjauh darinya. Padahal, ia sudah menyiapkan kata-kata untuk mengusir Luna jika gadis itu dekat-dekat dengan dirinya.

Kata-kata yang persis di ucapkan sang kakak pagi tadi.

Tapi selain merasa tenang, ada juga kerugian jika tak bersama dengan Luna. Lea tak bisa lagi menikmati makanan manis yang selalu gadis itu bawa dari rumah. Padahal hari ini Lea ingin sekali makan siomay.

Istirahat kali ini Lea makan siang sendiri sebab ia tak lagi bersama Luna, karenanya Rena berinisiatif untuk membuatkan Lea bekal.
Selain sehat, itu juga murah.

Sesekali Lea harus diberi makanan bergizi agar otak gadis itu bisa sedikit berfungsi.

Cup

Lea seketika menoleh menatap seseorang yang sudah mencium pipinya sembarang. Ternyata itu Jerry, seharusnya Lea sudah bisa menebak jika itu adalah sang Om, sebab yang menciumnya seperti itu hanya Leo dan Om Jerry.

Tak tak mungkin Leo karena Abangnya itu masih ada kelas di jam seperti ini.

"Hai? Sendirian? Luna mana?" tanya Jerry ikut duduk di sebelah sang tunangan.

Lea mengangkat bahunya acuh seraya fokus dengan bekal dari Rena saja. Ia masih ngambek dengan Om nya tersebut. "Gak tau, cari aja sendiri pasti ada, kok."

Tangan lebar Jerry bergerak menggenggam tangan kosong Lea. Berusaha memberi kehangatan dengan cara membungkus tangan mungil itu. "Lea masih marah sama Om?"

"Masih, dong. Om Jerry kan belum minta maaf," jawabnya sok cuek.

Seketika Jerry terdiam, dalam hati pria itu membenarkan perkataan Lea. "Kalau gitu Om minta maaf, maaf karena udah tega ninggalin Lea di teras rumah sendirian. Maaf sudah buat Lea takut dan kedinginan di sana. Om Jerry nyesel karena udah percaya sama Luna," tutur Jerry dengan lembut.

"Lea mau maafin, tapi harus ada imbalannya," jelas Lea.

"Jadi Lea cuma mau maafin orang kalau ada imbalannya? Berarti itu gak tulus dari dalam hati Lea, dong?" balas Jerry.

"Bukan, bukan karena gak tulus. Tapi Abang bilang kalau Om Jer minta maaf harus ada imbalannya, kalau gak ada Lea juga gak mau maafin," jelasnya.

Jerry Seketika menghela nafas berat. "Emang Lea mau apa, hmm?"

"Mau siomay sama cake coklat," jawabnya dengan cepat. Kapan lagi bisa meminta tanpa rasa takut seperti ini.

"Boleh," tutur Jerry. Keinginan Lea ia turuti saja dulu, yang penting gadis itu memaafkannya, masalah Lea yang dilarang makan coklat bisa Jerry atur nanti.

Ia sudah meminta maaf pada Lea, sekarang waktunya untuk mencari keberadaan Luna. Dilihat dari jawaban Lea tadi sepertinya gadis itu hari ini masuk kuliah.

"Lea, Om Jer ke toilet sebentar, ya," pamitnya.

Lea mengangguk saja, rasa senang dihatinya karena akan dibelikan siomay serta cake oleh Jerry membuatnya tak peduli sekitar lagi, yang penting ia bisa makan cake sepuasnya.

Tanpa tau jika sebenarnya Jerry ingin menemui Luna.

***

"Luna!" panggil Pria itu dari Luar kelas.

Karena memang keadaan kelas tengah sepi serta hanya Luna satu-satunya yang berada di dalam sana, Jerry putuskan untuk masuk saja.

Kaki panjangnya melangkah lebar menghampiri sang keponakan. Dicengkeramnya dagu gadis itu kuat, Jerry tak peduli jika Clarissa akan marah, lagipula ini salah anak itu sendiri.

"Ada masalah apa kamu dengan Lea?! Kenapa malah berbicara bohong ketimbang harus jujur!" sidang Jerry.

Keponakannya itu meringis seraya berusaha menarik tangan Jerry dari wajahnya, hal itu pula yang membuat Luna susah berbicara.

Mengerti akan hal itu Jerry seketika menghempas wajah Luna dengan kasar, tangannya beralih menarik kuat rambut gadis itu.

"Aww, sakit," adunya dengan tangis. Ekspresi kesakitan yang Luna berikan sama sekali tak menggerakkan hati Jerry.

"Jawab, Luna!"

"Ampun, Om. Luna gak ada maksud apa-apa," bohongnya.

"Masih berani bohong, hmm?!" ancam Jerry dengan memperkuat cengkraman tangannya di rambut Luna. "Om bisa saja menghukum kamu lebih dari ini, jadi jujur sebelum saya beri hukuman yang lebih kejam!"

Tubuh Luna mendadak gemetar, aura Jerry benar-benar berbeda. Tak ada tatapan hangat yang selalu menatapnya lagi, hanya mata menusuk yang terus dilayangkan Jerry ke arah dirinya.

"Karena aku benci Lea!"

Jangan lupa votemen 🌟
Telat lagi up-nya😁🙏
Happy Reading ♥️
Jangan bosan-bosan baca cerita ini, ya💕💕

Salam
Rega♥️

5 Juli 2029

Why You, Om? (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang