"Kenapa, Lo?!" tanya Jerry malas.
Tingkah sepupunya memang terkadang berlebihan, jika sudah seperti ini pasti ada saja yang ia inginkan dari Jerry.
"Tante jangan nangis," ucap Lea seraya mengusap punggung wanita itu. Ini pula alasannya melepas genggaman Jerry, Lea ingin membantu menenangkan Tante itu.
"Kenapa, sih, Re?!" Lelah Jerry, dilepasnya tangan Regina yang melingkar di pinggang kemudian menatap wanita itu dengan jengah. "Kali ini apa lagi?!"
Seketika Regina menghentikan tangisnya, tangis kebohongan yang ia lakukan hanya untuk membuat Jerry terganggu dan segera memenuhi keinginannya.
"Gue mau cuti!" pinta Regina.
Dia ini adalah Regina, sepupu Jerry yang merangkap menjadi sekertaris pria itu.
"Hah?! Ngapain cuti? Kerjaan masih numpuk, tuh!" sinis Jerry.
"Salah Lo yang jarang masuk kantor, sialan!" kesal Regina.
Yang menjadi pemimpin adalah Jerry, tapi segala pekerjaan dilimpahkan pada Regina, pria itu hanya cukup memberi tanda tangan dan selesai.
"Jangan ngomong kasar kalau di depan Lea," tegur pria itu.
"Yaudah, kalo gitu kasih gue cuti. Seminggu doang, Jer," mohonnya.
Mata Regina mengedip beberapa kali bermaksud meminta Lea juga ikut membantunya, pasti Jerry akan setuju jika gadis itu yang sudah meminta.
"Tante matanya kenapa? Kelilipan, ya? Sini Lea bantu liat, mungkin aja ada sesuatu di mata Tante," tutur gadis itu mendekati Regina.
"Ada belek nya, By. Gak usah deket-deket dia." Jerry menarik tangan kekasihnya dengan lembut agar menjauh dari sepupu pengganggu itu.
Regina menatapnya sinis. Otak wanita itu seketika mendapat sebuah ide cemerlang. "Oh iya, tadi ada perusahaan lain yang hubungin gue, katanya mereka lagi butuh sekretaris profesional untuk bos mereka. Gajinya juga lumayan, sih. Sedikit lebih tinggi daripada di kantor Lo, kerjaannya juga cum- "
"Jadi maksudnya Lo mau pindah? Silahkan, tapi ingat! Koleksi tas-tas Lo gue sita karena itu berasal dari hasil morotin gue diluar gaji Lo!" ancam Jerry.
Jujur Regina sangat berguna untuknya. Sepupunya itu bisa di sogok dengan mudah, setelahnya Jerry akan meminta Regina untuk mengurus semua pekerjaan kantor. Ia tinggal duduk santai dan bisa meluangkan lebih banyak waktu bersama Lea.
"Ya, gak gitu. Gue cuma mau cerita aja," alasan Regina, bisa habis dia jika seluruh koleksi tas-tas nya disita oleh Jerry.
"Tante koleksi tas juga?" antusias Lea.
"Iya, kamu juga koleksi tas, ya?" tebak Regina.
Lea mengangguk cepat mengiyakan, membuat Jerry mengerut bingung. Sejak kapan gadis itu mengoleksi tas juga, beberapa tas branded yang ia beli untuk Lea saja belum gadis itu sentuh sampai sekarang.
"Iya, Tante," jawab Lea senang.
"Wah, kalau gitu boleh dong kapan-kapan ajak Tante liat-liat tas kamu. Oh iya, kamu biasanya beli di mana?" tanya Regina mulai rumpi.
Lea mengangkat bahunya tak tahu. "Lea gak tau, yang beliin Mami."
"Loh, emang Rena tau selera kamu?" tanya Regina ikut bingung.
"Tau, dong. Dari Lea TK sampai kuliah, semua tas-tas nya Lea, Mami yang beliin. Lea suka, tasnya lucu-lucu jadi Lea simpan jadiin koleksi, deh. Sekarang lemari Lea yang di rumah udah hampir penuh, loh."
Ekspresi sumringah Regina seketika berubah menjadi datar. Jadi yang gadis itu maksudkan adalah koleksi tas sekolah. Regina pikir adalah tas yang dirancang oleh rumah mode ternama seperti tas tas koleksinya.
Wanita itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ohh gi-gitu, ya?" canggungnya, ia bingung harus mengatakan apa.
Sedangkan Jerry sudah terbahak menatap wajah melongo sepupunya. Regina memang baru beberapa kali bertemu Lea, jadi wanita itu belum begitu mengenal sang tunangan dengan baik.
BUKK
Seketika sebuah pukulan kuat mendarat di lengan Jerry. Tas kesayangan milik Regina rela ia rusak demi melampiaskan emosinya pada pria itu.
Terbukti saat tasnya mendarat di lengan Jerry, bukannya Jerry yang kesakitan tapi malah tas Regina yang copot.
"Le, Mama kamu mana?" tanya Regina.
"Mami ada di dapur."
Regina segera meninggalkan sepasang kekasih itu guna menemui Rena. Otaknya bisa mendadak tak berfungsi jika terus di sana.
"Om Jer, di dalan ruangan tadi, Om Jer sama Papi, Abang, dan Om-om yang lainnya lagi ngapain?" kepo Lea.
"Lagi kerja, By," jawab Jerry seraya berjalan kembali menuju ruangan semula.
Tangannya masih terus bertengger manis di pinggang Lea. "Kok, kerja? Bukannya Om Ian sama Om Sean kerjanya beda, ya? Om Ian koki sedangkan Om Sean dokter," bingung Lea.
Sampai di depan pintu langkah Jerry terhenti. Lea ia bawa masuk ke dalam pelukan hangatnya. Dua tangan lebar itu terus mendorong tubuh mungil Lea agar merapat.
Dikecupnya pipi gadis itu beberapa kali dengan gemas. "Ada yang mau ketemu sama Lea," tutur Jerry mengalihkan pembicaraan semula yang tak akan ada habisnya.
"Oh ya? Siapa?" penasaran Lea dengan ekspresi lugunya. Hal itu berhasil membuat Jerry gemas sendiri, segala sesuatu yang ada di wajah Lea dari hidung mungil, pipi bulat, hingga bibir itu tiba-tiba ingin ia gigit. Tapi tidak sekarang, bisa-bisa gadis itu marah padanya.
Jerry segera membawanya masuk. Hal pertama yang Lea lihat adalah para Omnya yang tengah mengelilingi seseorang.
"Om Om lagi pada ngapain?" tanya Lea.
Semua seketika mundur, memperlihatkan seseorang yang sudah hampir tak sadarkan diri di lantai.
"Dia kan, perlaku nya?!" ucap Arga menatap tegas anaknya.
"Papi! Kenapa Papi pukul dia!" marah Lea.
"Karena dia bersalah!" sinis Arga menatap manusia lemah di bawah kakinya.
"Tapi jangan begitu! Liat, kak Stev sekarang sakit, kan?!" geram Lea.
Arga mengusap wajahnya kasar, mengajarkan Lea menjadi gadis pemaaf juga tak begitu baik, inilah hasilnya.
"DIAM SAJA!" bentak sang Ayah lelah.
"ARGA!!"
Jangan lupa votemen 🌟
Akan ada sedikit baku hantam nanti, harap jangan ditiru ya😂😂Sebelumnya maaaaaaf banget karena updatenya terlambat parah😇
Salam
Rega♥️26 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Why You, Om? (Selesai)
RandomSERIES #4 Highest Rank : #1 of 25 in Sibbling [22/01/22] #44 of 53,1k in teen [16/1/2021] #18 of 36,9k in random [16/1/2021] #213 of 324k in romance [16/1/2021] #143 of 223k in love [16/1/2021] #1 of 5,03k in twins [11/1/2021] Ternyata semua tak sem...