saleB amiL

22.5K 1.9K 118
                                    

"Lea, bangun. Hari ini ada kuliah pagi, kan?" tanya Leo.

Semua sudah siap di meja makan kecuali sang adik. Inilah mengapa Lea dilarang keras untuk begadang, gadis itu pasti susah sekali dibangunkan.

"Le? Bangun," panggil Leo lagi, kali ini disertai dengan guncangan pelan di bahu sang adik.

Namun, Lea masih sangat nyenyak di dalam gulungan selimut tebal. Leo yakin adiknya tak akan bangun hingga siang jika tak dipaksa.

Cowok itu melangkah menuju jendela, menyibak tirai hingga sinar matahari yang begitu menyilaukan langsung terarah pada wajah Lea.

Akhirnya upaya Leo berhasil, gadis itu jadi terusik. Sang Kakak berjalan lagi mendekati adiknya, menarik selimut itu agar terlepas dari pelukan Lea.

"Ayo bangun, Lea harus kuliah," tutur Leo.

Mata bulat itu mengerjap beberapakali, memperjelas penglihatannya agar bisa melihat wajah sang Kakak.

"Abang? Ini udah jam berapa?" tanyanya. "Lea masih ngantuk, tau," lanjut Lea merajuk.

Tubuhnya berguling malas di kasur, enggan bangkit karena masih terlalu nyaman berbaring.

"Lea, mau Abang aduin Papi aja, nih?" ancam Leo.

Gadis itu berdecak kesal, dengan setengah hati bangkit dari posisi ternyaman nya, menatap Leo seraya melengkungkan bibirnya sebal.

"Lea ngantuk, Bang. Kuliahnya libur dulu, ya? Pliss," mohon nya.

"Tapi Lea mandi dulu. Setelah mandi langsung turun ke meja makan, ya," jawab Leo.

Gadis itu mengangguk mengecup kedua pipi sang Kakak kemudian berlalu menuju kamar mandi. Mungkin ia pikir Leo menyetujuinya padahal tidak. Cowok itu kembali berjalan menuju meja makan di mana semua berkumpul.

"Lea mana?" tanya Rena.

"Masih mandi, Mi," jawab Leo.

Rena mengangguk. "Yaudah, kamu mau makan apa? Biar Mami ambilin," tawar Rena.

"Roti aja," balas Leo.

"Jer, kenapa Lea gak Lo nikahin aja? Lagian, kan, dia udah kuliah. Gak apa-apa kali dijadiin istri," usul Dimas.

"Gak," sela Arga. " Lea belum boleh menikah," tambah Arga.

"Kenapa? Lebih bagus kalau menikah muda, anak selugu Lea mudah dikibulin jadi harus ada yang jaga. Takutnya di luar sana ada yang ngajarin dia hal-hal buruk. Lea kan enak banget di manfaatin," ucap Dimas lagi.

"Dia masih terlalu muda, gue juga belum bisa melepas Lea. Gue gak tau, ini terlalu cepat. Gue masih butuh waktu buat melepas tanggung jawab gue sebagai seorang Ayah," jujur Arga.

"Bener, lagian harusnya Leo duluan yang nikah. Tapi kayaknya dia masih digantung sama Sabrina, deh," canda Rena.

"Leo belum mau nikah, Mi. Leo mau sukses dulu jadi Dokter biar bisa menghasilkan uang sendiri. Baru Leo bakal mikirin nikah," balas Leo.

"Iya deh, tapi jangan lama-lama, ya? Kasian Jerry," ledek Rena melirik pria itu. Sebab mestinya harus Leo dulu yang menikah baru Lea menyusul.

"Om Jerry kasian kenapa, Mi?" sela Lea yang baru saja datang.

"Gak kenapa-napa, mending Lea sarapan aja," jawab Dimas.

Lea mendelik sebal kemudian duduk di sebelah Jerry dan Leo tepat di depan Arga.

"Pi, hari ini Lea gak kuliah boleh, gak?" izin Lea.

Dua alis tebal Arga mencuram tajam. "Kenapa?"

Why You, Om? (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang