hulupeS

22.2K 1.8K 108
                                    

Sudah tiga hari sejak kejadian itu, Lea tinggal bersama orang tuanya dan tiga hari pula ia tak pernah berhubungan lagi dengan Jerry.

Lea masih belum membahas apapun tentang Jerry, jadi orang-orang rumah pun tidak akan ada yang membahasnya.

"Abang, Lea boleh pinjam laptop?" izin Lea.

Sejak pulang kuliah tadi ponselnya tak berhenti bergetar, ternyata teman-teman semasa sekolahnya yang berisik di grup.

Di sana, Sheila meminta mereka melakukan video call melalui suatu aplikasi dan lebih bagus jika menggunakan laptop. Berhubung laptop Lea sedang di charge jadi ia ingin meminjam laptop sang kakak.

"Boleh. Itu," tunjuk Leo pada laptop yang terletak di atas meja belajarnya, sedangkan ia masih sibuk merapikan rak buku.

"Laptopnya gak lagi mau di pake kan, Bang?" tanya Lea, mungkin saja Leo ingin mengerjakan tugasnya.

"Gak, Lea pakai aja dulu. Tugas Abang udah selesai semua," jawabnya memilah antara buku yang tak terpakai dan yang masih terpakai.

Tapi ada satu buku yang tak dikenalnya di sana. Leo meraih buku itu, membolak-balikkannya memastikan jika ia benar-benar bukan pemilik buku tersebut.

Buku berwarna putih dengan coretan tangan yang indah di sampulnya. Leo membuka lembar pertama, hanya tampak tulisan rapi yang mengisi kerja putih itu.

"Abang?" Lea berbalik, ingin menanyakan cara menggunakan aplikasi tersebut, jujur ia tak pernah menggunakannya. Namun, matanya malah menangkap sebuah buku yang ada di genggaman Leo. "Loh, itu kan buku ceritanya Sabrina yang Lea cari-cari. Abang dapat di mana?"

Gadis itu berjalan mendekat, memeriksa buku yang ditemukan Leo. Untung saja tak ada yang robek ataupun rusak, bisa marah Sabrina jika tau.

Sudah sekitar satu bulan Lea meminjam buku itu, ia penasaran mengapa Sabrina selalu membawanya kemana-mana, sudah sejak SMA gadis itu membawanya.

Lea jadi ingin meminjam itu. Awalnya Sabrina tak ingin, tapi dengan jurus memelasnya Lea berhasil. Dan yang gadis itu baca di buku tersebut hanya sebuah cerita yang ditulis oleh Sabrina sendiri, di sanalah Lea tau jika sahabatnya ternyata berbakat.

Cerita itu tentang seorang anak bernama Rina, ia tinggal bersama orang tua yang sangat menyayanginya. Ayah Rina adalah seorang Dokter ternama dan Ibu Rina hanya di rumah selayaknya Ibu rumah tangga lainnya.

"Ini buku punya Sabrina, kok bisa sama Abang?" bingung Lea.

Leo menggeleng. "Gak tau, Abang nemu di rak ini," jawabnya.

Lea mengangkat bahunya acuh. "Mungkin keselip di buku Abang waktu Lea lagi belajar bareng Abang. Soalnya buku ini Lea bawa kemana-mana, ceritanya bagus, tapi kadang juga sedih," jelas Lea.

"Ohiya? Emang itu cerita apa?" penasaran Leo.

Ia paham semua tentang Lea, adiknya tak mudah terbawa perasaan. Apalagi jika hanya cerita di buku-buku semacam itu. Lea tak akan terpengaruh mau bagaimanapun alurnya. Adiknya selalu berkata jika itu hanya fiksi belaka, tak akan terjadi di dunia nyata.

"Ceritanya tentang seorang cewek yang namanya Rina. Nah, Rina itu punya Papi seorang Dokter. Orang tuanya sayaaaaang banget sama Rina, tapi suatu saat Papi Rina meninggal dan bikin Rina trauma," jawab Lea.

"Rina?" Alis Leo menyatu bingung, cukup penasaran dengan isi buku itu. Apalagi saat tau jika buku tersebut milik Sabrina, yang tak lain adalah kekasihnya.

Lea mengangguk. "Iya, Rina. Namanya bagus, kan, Bang? Tapi sayang, kisah hidupnya gak sebagus namanya," iba Lea.

"Boleh Abang pinjam bukunya? Dengar cerita itu dari Lea bikin Abang jadi penasaran," ucap Leo.

Lea mengangguk. "Boleh, tapi Abang harus simpan bukunya baik-baik. Sabrina pernah bilang kalau buku itu penting buat dia, jadi jangan dikotorin apalagi dirusak, nanti Sabrina sedih."

"Iya," janji Leo.

Gadis itu memberikan kembali buku milik Sabrina pada sang Kakak. "Abang," bisik Lea. "Sabrina bilang ini rahasia, cuma Lea yang boleh tau, Sheila sama Dino aja gak tau. Jadi Abang jangan bilang siapa-siapa, ya."

Dan perkataan Lea berhasil membuat Leo menjadi semakin penasaran.

***
Pagi ini Lea bosan, ia sedang tak ada mata kuliah sedangkan Leo sudah berangkat sedari pagi.

Akhirnya ia memutuskan untuk berkunjung ke rumah Rio, hanya berjalan beberapa langkah hingga sampai ke sana.

Gadis itu berteriak di depan pintu memanggil nama Ibu Rio, setelah terdengar sahutan dari dalam sana ia pun masuk.

"Tante, Rio nya mana?" tanya Lea pada Alya, Mama Rio.

"Ada di kamarnya, paling main game," jawab Alya.

"Papi bilang Rio habis jatuh dari motor, emang bener ya, Tan?" tanyanya lagi.

Alya mengangguk. "Biasa, bawa motor sambil merem ya gitu," canda Alya seraya terkekeh kecil.

Lea pun ikut tertawa. "Pantesan jatuh, siapa juga yang bisa bawa motor sambil tutup mata."

Alya terperangah, rupanya gadis itu mempercayai candaannya. "Heh, Tante bercanda. Percaya aja kamu ini," ucapnya.

Lea menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Lea pikir beneran," gumamnya.

"Ehh, ada Lea," sela Ian yang baru datang.

"Om Ian? Om dari resto, kan? Bawa makanan, gak?" tanyanya cengengesan. Biasanya memang jika pulang bekerja Ian selalu membawa makanan setiap harinya, apalagi dengan menu yang berbeda-beda membuat Lea seketika ingin menjadi seorang koki seperti sang Om.

Tapi apalah daya, memasak telur ayam pun tak tega. Bagaimana jika sewaktu-waktu telur itu menetas dan tumbuh menjadi anak ayam yang lucu. Kalau ia goreng pasti mereka akan mati.

"Ada, dong. Om bawain buat Lea sama orang rumah juga," balas Ian seraya membuka paper bag berisi berbagai macam makanan yang terbungkus styrofoam.

"Terima kasih, Om. Om Ian emang yang terbaik," ucapnya seraya mengecup pipi sahabat Ayahnya itu. "Lea mau jenguk Rio dulu, ya," tambah Lea kemudian berlalu pergi menuju kamar Rio setelah mendapat anggukan dari Ian dan Alya.

Ceklek

Pintu terbuka tiba-tiba, di sana tenyata ada Arga yang terlihat berjalan terburu-buru seraya berbicara dengan seseorang di telepon.

Alya dan Ian menatap pria itu dengan alis menyatu. Setelah Arga menyelesaikan panggilannya barulah Ian bertanya, "Ada apa, Ga?"

"Apa Jerry pernah hubungi Lo belakangan ini?" tanya Arga.

Ian menggeleng, masih mengerut bingung. "Sejak kejadian itu dia udah gak pernah contact gue lagi," balas Ian. Ia memang sudah tau kejadian di rumah sakit, itu karena Arga yang menceritakan padanya. "Emang kenapa? Jerry kenapa?"

"Regina tadi telpon gue, dia bilang Jerry udah gak pernah masuk kantor selama tiga hari, ponselnya juga gak aktif. Maid di rumah dia juga gak ada yang tau Jerry di mana, mereka udah gak pernah liat Jerry di rumah itu," jelas Arga.

"Mungkin dia ke apartemennya atau dia di rumah Clarissa," ucap Ian coba menebak.

"Apartemen Jerry udah dijual sejak pindah ke rumah itu. Kalau Clarissa, gue udah hubungi dia dan dia bilang mereka udah gak pernah ketemu sejak di rumah sakit itu," balasnya.

"Shit, Jerry kemana?! Dia gak pernah kaya gini sebelumnya!" bingung Ian mengacak rambutnya kasar.

"Jerry pasti baik-baik aja," sela Alya menenangkan.

"Ya, semoga."

Jangan lupa votemen 🌟
Thanks semangatnya ♥️♥️
Jerry nya dihilangin dulu ya😂

Salam
Rega♥️

10 Juni 2020

Rega♥️

Why You, Om? (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang