saleB auD

21.2K 1.9K 180
                                    

Jam sepuluh malam baru mereka pulang. Lea terlalu antusias ingin mencoba segalanya di pasar malam itu hingga lupa waktu.

Dan sekarang baru gadis itu mengantuk karena kelelahan, hingga harus di gendong sang Kakak mulai turun dari mobil hingga masuk ke dalam rumah.

Ternyata, di rumahnya pun sedang ramai. Ada para sahabat Ayahnya di sana. Apa mungkin Om Jerry masih belum ada kabar?

"Lea udah tidur, ya?" tanya Rena mendekati anak-anaknya.

"Udah, Mi. Udah tidur di mobil dari pulang tadi, mungkin Lea kecapean," jawab sang Kakak.

"Lea, beneran gak tau di mana Jerry, ya? Mami khawatir Jerry nyasar, loh, mungkin Jerry perginya jauh," panik Rena.

"Hem, udah kacau nih, otaknya," celetuk Dimas heran. Jika sedang panik pasti seperti itu, pemikirannya tak akan nyambung.

"Aduh, gimana, ya? Kita cari kemana lagi?" tanya Rena lagi.

"Besok kita cari Om Jerry sama-sama, ya, Mi? Udah gak usah panik," sela Leo menangkan sang Ibu.

Baru saja ingin melangkah menuju kamar sang adik, tiba-tiba Lea menangis di pelukannya. Semua mendadak panik, sebab berpikir ada yang sakit di tubuh gadis itu.

"Lea?" panggil Arga membangunkan sang putri. Tangannya menepuk pelan pipi basah itu.

Merasa tak ada hasil, Arga mengambil alih Lea ke dalam gendongannya. Menggoncang tubuh sang anak agar terbangun.

Gadis itu berhasil tersadar meski dengan nafas memburu, Arga dengan telaten mengusap air mata Lea yang terus mengalir deras. "Hei, kenapa nangis? Ada yang sakit? Bilang sama Papi, sayang," tanya Arga.

Lea menggeleng, memeluk leher sang Ayah dengan erat, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Arga. "Papi, Om Jerry mana hiks?"

Tangan Leo terulur mengusap punggung sang adik menenangkan.

"Kita belum ketemu Om Jerry. Masih belum ada kabar, Om Jerry gak bisa diketahui keberadaannya sampai sekarang," jelas Arga. "Emang kenapa? Lea mimpiin Om Jerry, ya?"

Gadis itu mengangguk, masih sesenggukan di dalam pelukan sang Ayah. "Lea mimpi Om Jerry mati," bisiknya.

Arga diam, membuat semua menatap penasaran pada pria itu sebab mereka tak mendengar ucapan Lea sama sekali.

Lea bangun, bergerak turun dari gendongan Ayahnya. Gadis itu berdiri mengusap air matanya di bantu dengan Leo. "Ayo, kita ke rumah Om Jerry," ajak Lea.

"Kata maid gak ada Om Jerry di sana," sela Rena.

"Ada, Mi. Om Jerry gak pernah jalan, kok. Om Jerry selalu di rumah. Ayo, Pi," ajaknya lagi.

Semua diam tak menanggapi, malah menatapnya dengan tatapan sendu, air mata Lea seketika mengalir kembali. "Abang, ayo ke rumah Om Jerry," ajaknya menarik-narik ujung baju yang dikenakan oleh Leo.

Sang Kakak mengangguk, berjalan di sebelah sang adik menuju ke arah mobil seraya merangkul Lea.

Melihat dua anak kembar itu menghilang dari balik pintu membuat semua ikut menyusul. Mungkin saja yang dikatakan Lea benar adanya.

***
Pintu gerbang rumah besar itu terbuka lebar di tengah malam seperti ini karena kedatangan Rena, Arga, dan yang lainnya.

Mobil-mobil mereka sudah terparkir rapi, sedangkan Lea kini tengah membuka pintu rumah yang terkunci menggunakan scan sidik jari miliknya.

Pintu berhasil terbuka, mereka masuk setelah Lea sudah masuk lebih dulu.

"Om Jerry?" panggil Lea. "Om Jer, ini Lea. Om Jer di mana?" sambungnya.

Kepala maid di rumah itu datang menghampiri sang Nona. Ia membungkuk sejenak sebelum berbicara pada sang majikan. "Tuan sudah tidak pulang beberapa hari ini, Nona," ucap si kepala maid.

"Gak, Om Jerry pasti pulang. Emang Om Jerry mau tidur di mana kalau gak pulang?" sebalnya. Ia tak suka sang Om di tuduh tak pernah pulang.

Gadis itu kembali melangkah, kali ini menuju kamarnya dengan Jerry. "Om Jer?"

"Le, udah. Yuk, pulang. Kita cari Om Jerry besok aja, ya. Lea tadi capek, kan? Ayo kita pulang, Lea istirahat dulu baru bisa cari Om Jerry lagi," bujuk Leo. Ia tau Lea mengantuk, tadi adiknya sesekali menguap dengan mata berair.

Bibir Lea Seketika melengkung menahan tangis. "Gak, Lea tetep mau cari Om Jerry." Tangisnya lagi-lagi pecah, mimpinya begitu buruk tadi. "Om Jerry pasti lagi sedih hiks, pasti Om Jerry hiks sendirian. Kalau gak ada yang mau temenin Lea cari Om Jerry, biar Lea aja yang cari sendiri."

"Iya, Abang temenin Lea cari Om Jer. Udah, jangan nangis lagi," pinta Leo menghapus air mata itu.

Lea mengangguk kemudian membuka pintu kamarnya. Dan yang mereka lihat adalah tempat yang kosong, bahkan selimut masih terlihat rapi seperti tak tersentuh.

"Om Jer?" panggil Lea. Tangan mungilnya mengetuk-ngetuk tembok yang berada di samping tempat tidur.

"Le, ngapain cari Jerry di tembok?" tanya Dimas penasaran. Apa gadis itu pikir sahabatnya adalah cicak?

"Barangkali Om Jer di dalam," jawab Lea, membuat semua mengerut bingung.

Gadis itu membuka penutup stop kontak, mendekatkan wajahnya ke arah sana.

"Ehh mau ngapain? Kalau kesetrum gimana?" panik Ian.

"Udah kita pulang aja. Lea istirahat dulu, ini pasti karena kecapekan," putus Arga.

"Gak mau!" bantah gadis itu dan masih kekeuh mendekatkan wajahnya ke arah sana.

"LEA!!"

Tangan gadis itu ditarik paksa oleh Rena, hampir saja ia terjatuh sangking terkejutnya. Untung ada sang Abang yang langsung menahan dirinya.

Semua mendadak diam saat merasa tembok di hadapan mereka bergerak sendiri. Mata Rena yang sudah bulat kini semakin membulat.

Yang lain hanya mematung melihat lorong panjang menuju satu pintu di ujung sana setelah tembok selesai terbuka.

Ternyata itu bukan stop kontak, melainkan sebuah alat sensor retina yang sudah menjadi keamanan untuk membuka pintu tersebut.

Lea segera berlari menggapai pintu terujung itu. Bibirnya masih meneriakkan nama sang Om dari luar sana.

Ceklek

Pintu terbuka, memperlihatkan betapa gelapnya ruangan tersebut.

Lea menepuk tangannya sekali, membuat lampu seketika menyala menerangi seluruh penjuru ruangan.

Dan benar, ternyata ada Jerry di sana. Duduk dengan tatapan kosong di atas sofa. Hening, keadaan yang begitu hening membuat suasana begitu mencekam.

"Om Jer?" panggil Lea memastikan. Sebab pria itu berbeda, Om Jerry yang biasanya pasti akan langsung memeluk dirinya saat bertemu.

"Jerry? Lo gak apa-apa?" tanya Ian yang notabenenya adalah sahabat terdekat Jerry.

Lea bergerak maju. "Om Jerry, ini Lea," panggilnya.

"JANGAN MENDEKAT!"

Lea beringsut takut, bersembunyi dengan tubuh gemetar di balik tubuh sang Kakak.

Mengapa Om Jerry berubah.

Jangan Lupa votemen 🌟
Om Jerry udah kambek😁
Enaknya dia diapain, nih?

Salam
Rega♥️

13 Juni 2020

Why You, Om? (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang