saleB napaleD

19.1K 1.7K 194
                                    

Lea merenung, pikirannya masih tertuju pada Sabrina. Mengapa sahabatnya itu begitu tega membuat Kakaknya bersedih.

Hanya karena marah buku miliknya dibaca oleh Leo, Sabrina tega memutus hubungan mereka yang sudah berjalan hampir tiga tahun.

Sebenarnya ini juga salah Lea, andai ia tau akhirnya akan jadi seperti ini, mungkin Lea akan berpikir dua kali untuk memberikan buku itu pada Leo.

Buku itulah yang menjadi pemicu masalah, tapi Lea rasa tak ada yang mencurigakan di buku tersebut. Buku yang hanya berisi cerita hasil karya Sabrina.

Apa Sabrina malu? Masa hanya karena malu ia tega menghancurkan hati Kakaknya.

Lea harus menanyakan ini pada Sabrina langsung. Ia berjalan menuju balkon kamar seraya mencari kontak Sabrina di ponselnya.

Tubuhnya ia hempas di sofa, tangannya menggenggam telpon yang sudah menempel di telinga.

"Halo," sapa Lea langsung saat panggilan tersambung.

"Halo?"

"Sabrina? Ini Lea," ucapnya.

"Iya Le, tau kok. Nomor kamu kan sudah aku simpan."

"Hehe, ohiya ya."

"Ada apa?"

"Lea mau tanya, kenapa Sabrina putusin Abang? Abang jahat ya, sama Sabrina?" sedihnya.

"Gak kok, aku aja yang gak cocok buat Leo."

"Bohong, kenapa Sabrina putus? Padahal Lea suka Sabrina sama Abang, kalian cocok. Abang sayang tau sama Sabrina."

"Maaf ya, Le. Aku pun sama sayangnya tapi mau gimana lagi, aku terlalu takut."

"Sabrina takut sama Abang? Abang galak, ya?"

"Bukan gitu, maaf aku belum bisa cerita. Nanti kalau waktunya udah tepat baru aku cerita, ya. Lea jagain Leo, bilang ke Leo kalau aku bakalan tetep sayang sama dia."

Bibir Lea melengkung sedih. "Yaudah deh, tapi Sabrina bakal pacaran sama Abang lagi, kan?" tanya Lea.

"Hmm, kayaknya udah gak bisa."

"Yaudah, tapi Sabrina jangan lupain Lea sama Abang, ya," pamit Lea dengan mata berkaca.

"Iya, Le. Kalian berdua gak akan terlupakan."

"Huhu, makasih Sabrina. Dadah, Lea tutup, ya," izinnya.

"Iya."

Tuittt

Lea mengusap ujung matanya yang sedikit mengeluarkan air, hampir saja ia menangis lagi. Untung Lea sudah bisa menahannya, berusaha untuk tak cengeng ternyata sulit juga.

"Leaa?" panggil Jerry dari dalam kamar.

"Iya, Om? Lea di balkon," jawabnya.

Terlihat pintu balkon yang terhubung ke kamar terbuka, menampilkan Jerry yang tengah bertelanjang dada membawa selimut tebal.

"Kenapa di sini? Udara malam gak baik loh, Le," tutur Jerry menyelimuti tubuh gadis itu dengan selimut.

"Lea gak mau pakai ini, Om." Tangan Lea terulur melepasnya, memberikan benda itu pada Jerry. "Harusnya Om yang pakai, soalnya Om Jer suka gak pakai baju," ceramah Lea.

"Om Jer gak dingin, kok," bantah Jerry.

"Lea juga gak dingin, tuh," balasnya.

"Tapi tetap aja Lea harus pakai ini biar gak kedinginan. Ayo masuk, udah larut. Besok mesti kuliah pagi, kan?" Jerry menarik pelan tangan gadis itu, membantunya bangkit dari sofa.

Why You, Om? (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang