saleB manE

21.2K 1.8K 192
                                    

"Om Jer, gak usah anterin Lea sampai kelas, Lea bisa sendiri, kok," rajuknya.

Jerry menggeleng tegas, masih setia menelusuri koridor kampus Lea dengan tangan yang bertengger di pinggang gadisnya. "Om mau ketemu si Stev Stev itu."

"Kak Stev bukan di kelas Lea. Kak Stev ada di gedung sana," tunjuk Lea pada bangunan universitas yang lumayan jauh jika di tempuh dengan berjalan kaki.

"Terus, kenapa bisa saling kenal?" bingung Jerry.

"Lea, kan, dulu ketemu Kak Stev di pesta temannya Papi," jujur gadis itu.

Jerry mengangguk paham, langkahnya terhenti saat sampai tepat di depan kelas Lea.

"Om Jer, Lea masuk dulu, ya. Jangan lupa jemput Lea nanti sore, daahhh," pamitnya memeluk sebentar sang Om kemudian pergi.

Ia masuk ke dalam kelas, memilih bangku ketiga dari depan. Gadis itu mengeluarkan laptopnya untuk memeriksa tugas yang akan dikumpulkan hari ini.

Tak lama, samar-samar Lea mendengar suara Luna. Alisnya menyatu bingung saat merasa tak ada langkah yang masuk ke dalam kelas. Pandangannya seketika ia alihkan dari laptop menuju pintu masuk.

Ternyata di sana masih ada Jerry, dengan Luna yang begitu asik berbincang. Lea senang, tak menyangka jika Luna adalah keponakan Om Jerry yang akhirnya dipertemukan setelah bertahun-tahun.

Itu menakjubkan.

"Yeyy, makasih, Om."

Lea mengerut penasaran. Apa yang telah diberikan oleh Jerry hingga membuat Luna begitu senang.

Karena Lea adalah manusia terkepo, akhirnya ia mempertajam pendengaran hingga melupakan tujuan awalnya membuka laptop.

"Sama-sama, jadi maunya kapan?" Bisa Lea tebak itu suara Jerry.

"Secepatnya, Om. Aku izin sama Mama dulu." Dan yang ini suara Luna.

"Gak izin juga pasti boleh." Telinga gadis itu kembali menangkap suara Jerry yang diiringi kekehan pelan.

"Tapi sama Papa juga harus izin."

"Ohiya, Om belum ketemu Papa kamu."

"Nah, gimana kalau pulang kuliah nanti Om Jerry ke rumah. Kebetulan Papa udah pulang dari luar negeri, mau ya, Om?"

"Iya, Om cek jadwal dulu."

Lea dengan sigap kembali berpura-pura mengotak-atik laptop saat melihat Luna mulai berjalan ke arahnya. Seolah tak tau apa-apa gadis itu bertanya, "Luna baru datang?"

Luna menggeleng, senyum di wajahnya belum luntur sejak pertama Lea lihat tadi. "Udah daritadi, kok. Tapi mampir dulu ngobrol bareng Om Jerry. Aku seneng, deh, bisa jadi keponakannya Om Jerry," jelas Luna.

Lea ikut tersenyum. "Lea seneng liat Luna seneng."

"Ohiya, Om Jerry kan Omnya Lea juga, tapi kata Mama Om Jerry cuma punya satu saudara yaitu Mama aku, artinya cuma aku satu-satunya keponakan Om Jerry dan kamu bukan keluarganya Om Jerry. Jadi, kalian punya hubungan apa sampai sedekat itu?" tanya Luna.

"Lea tunangannya Om Jerry. Ini buktinya," jelas Lea seraya menunjukkan kalung berbandul cincin pertunangan yang ia kenakan di lehernya.

Mata Luna membola seketika. "Berarti, kamu calon Tante aku?"

Alis Lea menyatu bingung. "Oh ya? Kok bisa? Lea kan lebih muda dari Luna, masa Lea udah jadi tante-tante, sih?"

"Cuma beda beberapa bulan doang, kok," rajuk Luna.

"Gak apa-apa, yang penting Lea lebih muda," ledeknya.

"Kok mau sih sama Om Jerry? Kan, dia udah Om Om," penasaran Luna.

"Luna juga pernah minta dikenalin sama Om Jerry, kan? Kok Luna mau, sih? Kan, dia udah Om Om?" tanya Lea balik.

Mendadak gadis itu diam, dalam hati membenarkan apa yang telah dikatakan Lea. Awal-awal mengenal Jerry, Luna pikir pria dewasa itu adalah Kakak dari Lea selain Leo.

Lea sungguh beruntung.

***
Jam pulang tiba, Lea segera merapikan kembali alat-alat belajarnya. Hanya tersisa beberapa orang di sini, Luna pun sudah pulang lebih dulu karena buru-buru ingin bertemu Mamanya. Lea tak mengerti, padahal ia yakin gadis itu bertemu Mamanya setiap hari.

Kakinya melangkah keluar kelas. Namun, saat tepat sampai di depan pintu ia mendadak diam, mengapa suasana begitu mencekam.

Leo yang berdiri lebih dekat dengan sang adik segera meraih pergelangan gadis itu, memeluknya hingga mengecup pipi Lea dengan lembut dan dibalas pelukan serta kecupan hangat dari Lea di dagunya. Sang Kakak masih belum terbiasa dipisahkan seperti ini.

"Lea, janji Lea semalam masih ingat, kan?" tanya Jerry yang masih terus memandang Lea teduh, mengabaikan seorang cowok yang masih terlihat bingung dengan posisinya.

"Janji yang mana? Lea lupa, deh?" jawab gadis itu masih menatap Stev dengan senyum manis.

"Hai, Sayang? Kenapa chat aku gak pernah di balas?" tutur Stev, cowok yang tadi sempat bingung dengan posisinya.

"Ponsel Lea di sita Om Jerry, Sayang," balas Lea.

Membuat Jerry melotot horor. "Lea," tegurnya.

"Lea, panggilan sayang itu hanya ditujukan untuk orang-orang yang berarti dalam hidup Lea. Lea gak boleh manggil orang dengan sebutan itu sembarangan," nasihat Leo.

"Gak apa-apa, Le. Itu gue yang suruh, kan kita udah jadian sejak semalam. Emang Lea gak cerita? Kita udah pacaran," jujur Stev merangkul bahu sang kekasih. Namun, tangannya langsung ditepis kuat oleh Jerry.

"Ohiya!" pekik Lea baru teringat. "Kak Stev, Lea mau bilang kalau kita putus," ucapnya tanpa beban.

Stev mendadak diam, Leo pun ikut menyaksikan reaksi cowok itu dengan tangan terlipat di depan dada. Sedangkan Jerry, kini tersenyum sinis. Merasa puas hanya dengan melihat ekspresi terluka cowok itu.

"Ke-kenapa? Kemarin kamu sendiri yang nerima aku," bingung Stev.

"Lea sudah tunangan, jadi Lea gak boleh pacaran. Itu namanya selingkuh," tutur Lea.

Setelah Lea menjelaskan, Jerry langsung merangkul pinggangnya pergi. Membiarkan cowok itu terdiam mematung di sana. Leo menepuk pundak Stev menguatkan. "Sorry, Lea gak tau apa-apa," ucapnya kemudian ikut berlalu meninggalkan Stev sendiri.

Lea dan Jerry tiba di mobil,nl memikirkan tujuan mereka akan ke mana sekarang.

"Mau makan, gak?" tawar Jerry.

"Lea gak mau makan makanan berat, maunya makan cheesecake," jawabnya.

"Cheesecake? Mami kamu tadi siang bikin itu di rumah. Lea mau beli yang lain aja, gak, kalau gak kita langsung pulang," tawar Jerry lagi.

Lea menggeleng. "Gak ada, Lea cuma pengen cheesecake," balasnya.

Jerry tersenyum manis, mengecup gemas pipi gembul itu. "Lea jangan dekat-dekat cowok lain lagi, ya. Masalah Stev ini yang terakhir! Janji sama Om buat gak macam-macam lagi," perintah Jerry.

Lea mengangguk mantap. "Om Jerry juga, ya. Jangan deket-deket cewek lain, kalau melanggar bakal Lea hukum," ancamnya dengan lucu.

"Emang Lea mau kasih hukuman apa?"

"Cium! Papi kalau lagi marahin Mami pasti Papi bilang hukumannya bakal dicium, habis ngomong gitu Mami langsung nurut. Padahal, cium kan gak sakit," bingung Lea.

Jerry terkekeh. "Itu bukan sekedar cium, pasti ada sesuatu yang lebih," jelas Jerry.

"Apa? Serem, gak? Lea boleh coba?" penasarannya.

"Lea mau? Nanti sampai rumah Om kasih tau," ucapnya misterius.

Jangan lupa votemen 🌟
Cuma mau bilang makasih atas dukungannya ♥️♥️ tanpa kalian cerita ini gak bakal ada😊

Salam
Rega💙

17 Juni 2020

Why You, Om? (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang