auD huluP auD

18.7K 1.7K 128
                                    

Karena kejadian kemarin, Lea kini di rawat inap. Sudah sejak semalam gadis itu belum juga membuka mata, membuat semua menjadi semakin khawatir.

Kali ini Lea di rawat di rumah sakit milik Sean, jadi sahabat Arga itu lah yang langsung menangani Lea.

Ruang rawat Lea sudah penuh dengan para keluarga, ada juga Sheila, Dino, dan Luna. Sambil menunggu Lea sadar, mereka kini membicarakan pelaku yang sudah berani meneror anak dari Arga itu.

Jerry beberapa kali menelpon orang kepercayaannya agar segera mempercepat proses penyelidikan. Arga pun sama, pikirannya masih menerawang jauh memikirkan sang putri.

"Apa Lea pernah cerita tentang teman-temannya pada kalian? Mungkin aja di antara mereka ada yang membenci Lea," tanya Ian pada Sheila, Dino, dan terutama Luna yang memang satu kampus dengan Lea.

Sheila dan Dino menggeleng menandakan jika Lea tak pernah membicarakan hal tersebut pada mereka.

"Gak pernah, Om. Lea jarang cerita tentang temennya," jelas Luna.

"Mungkin aja yang punya masalah itu kalian," celetuk Dimas. "Maksud gue, misalnya, nih, Leo punya temen yang gak suka sama dia karena temennya Leo itu takut berurusan sama Leo jadi dia balas ke orang terdekat Leo yaitu Lea yang memang adalah adiknya Leo. Kalian paham gak maksud gue?" tambah Dimas panjang lebar. Setelah menjelaskan itu, ia jadi ngos-ngosan sendiri.

Ian mengangguk setuju, Jerry, Leo, dan Arga malah diam. Kepala mereka masing-masing berkecamuk mencari seseorang yang mungkin pernah mereka perlakukan tak baik.

"Sabrina mana, Shei?" tanya Dino.

"Dia lagi kerja jadi belum bisa datang, selain itu ... dia gak mau ketemu mantannya dulu," bisik Sheila di kalimat terakhir.

Tapi memang dasarnya suara Sheila tak bisa diperkecil, jadi semua yang ada di ruangan ini pun mendengarnya.

"Kamu udah putus sama Sabrina, Le?" serobot Rena.

Leo menghela nafas pasrah kemudian mengangguk mengiyakan. Padahal ia belum mau memberitahukan kabar ini kepada keluarganya dulu.

"Ada apa? Bukannya selama ini kalian baik-baik aja?" bingung Arga.

Leo menggeleng. "Udah lama dia berubah, Pi. Akhirnya kita milih buat masing-masing dulu biar bisa menjernihkan pikiran," jawab Leo.

"Jangan-jangan," sela Dimas.

"Jangan ngaco! Dia gadis baik-baik," elak Rena.

Dimas mengangkat bahunya acuh. "Who knows."

Leo menggeleng menolak pikirannya. Tak mungkin Sabrina pelakunya, apa juga yang mendasari gadis itu melakukan hal ini pada sang adik.

"Kadang aku sebel kalau kamu selalu bahas tentang Lea di saat kita lagi berdua kayak gini, tapi mau gimana lagi. Dia adik yang paling kamu sayang, kan?"

Mengapa perkataan Sabrina tiba-tiba terlintas di pikirannya. Sabrina memang pernah mengeluhkan dirinya yang terus menyelipkan nama sang adik di setiap pembicaraan mereka saat berdua.

Tapi Sabrina tak mempersalahkan itu lagi karena sudah mulai terbiasa. Jadi tak ada alasan untuk menuduh sang mantan kekasih dalam hal ini.

"Hai, little girl? Gimana keadaannya?"

Semua kompak menoleh saat tiba-tiba Sean berdiri menghampiri dipan di mana Lea terbaring. Rupanya gadis itu sudah sadar tanpa diketahui yang lainnya, untung pandangan Sean sempat mengarah pada gadis mungil itu.

"Baik, Om. Lea udah sembuh," jawab Lea dengan lemas.

"Om periksa dulu, ya," izin Sean yang langsung diangguki oleh Lea.

Why You, Om? (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang