2 artxE traP

28.1K 1.9K 98
                                    

"Om Jer, Lea udah cantik, belum?" tanya Lea.

Mereka sudah berada di dalam mobil, tapi gadis itu masih terus saja mempertanyakan penampilannya.

Padahal, kalaupun penampilannya tak sebaik yang ia bayangkan akan tetap sama saja, ingin memperbaikinya pun tak bisa sebab sudah berada di mobil.

"Sudah, Lea selalu cantik," jujur Jerry mulai menjalankan mobil yang sebelumnya berhenti di lampu merah.

"Oh ya? Makasih, hehe."

"Lea mau bawa hadiah gak buat Leo?" tanya Jerry. "Mau mampir dulu? Kita beli kado," tawarnya.

Gadis itu mengangguk setuju karena memang ia tak membawa apapun, beruntung Jerry mengingatkannya.

Hari ini adalah hari pernikahan Leo dan Sabrina. Cowok itu sudah lulus dengan gelar Dokter, Lea yang sebagai adiknya pun cukup bangga dengan itu.

Sedangkan dirinya, ia sudah membuka butik kecil-kecilan. Usaha itu berdiri berkat bantuan sang suami.

Sesampainya mereka di toko perhiasan, mata Lea langsung tertuju pada sebuah kalung yang terpajang di tengah-tengah ruangan.

"Om Jer, beli ini aja Lea suka," tuturnya.

"Emang yang mau pakai siapa? Lea apa Sabrina?" tanya Jerry diselingi kekehan kecil.

Pasalnya mereka ke sini ingin membeli hadiah pernikahan untuk Leo dan Sabrina, disaat Jerry masih mencari-cari gadis itu malah telah menemukan pilihannya.

Tapi terdapat dua makna dibalik pernyataan Lea tadi, antara gadis itu ingin membeli kalung tersebut untuk Sabrina atau ingin membeli untuk diri sendiri sebab terseling kata 'Lea suka' di sana.

"Sabrina, dong."

"Terus kenapa Lea pilihin barang yang malah Lea suka?" balas Jerry.

"Ya karena bagus, kalau jelek gak bakal mau Lea beli." Fokus gadis itu masih tertuju pada kalung tersebut.

Benar juga

"Lea mau, gak?" tanya Jerry lagi.

"Mau apa?"

"Kalung itu," balas Jerry. "Kalau Lea mau, Lea ambil yang ini. Untuk Sabrina dan Leo kita cari yang lain."

Lea menggeleng. "Lea sudah punya banyak kalung, nih." Tunjuknya pada benda yang menggantung di leher gadis itu, tak hanya satu tapi ada tiga. Satu dari Leo, satu lagi dari orangtuanya, dan terakhir dari Jerry.

Jerry mengangguk membenarkan, Lea tak akan membiarkan barang pemberian orang dipajang begitu saja. Gadis itu pasti akan memakainya meski hanya sebatas sendal jepit.

"Yasudah kita ambil yang ini. Ada lagi yang mau Lea beli?" tanya sang suami.

"Sudah, Lea pengen cepet-cepet ketemu Abang aja," ungkapnya tak sabar.

Jerry mengangguk seraya mengusap rambut istrinya sambil tersenyum manis. Jika saja ini bukan tempat umum, sudah ia gigit pipi gembul itu hingga memerah.

"Apa liat-liat!" sinis Lea tiba-tiba.

"Gak apa-apa, emang gak boleh ya liatin Lea?" bingung Jerry.

Mengapa gadis itu tiba-tiba berubah, perasaan tadi baik-baik saja.

Aneh.

***
"Ihh, Abangnya Lea ganteng banget," puji gadis itu kemudian memeluk sang Kakak.

"Makasih," balas Leo tersenyum membalas pelukan adiknya. "Lea juga cantik."

"Hehe, Lea emang selalu cantik," pedenya. "Lea doain semoga Abang bahagia selalu, Abang yang sehat ya, jangan kangen kangen lagi sama Lea, Jagain Sabrina, jangan bikin Sabrina nangis kayak Om Jer yang suka bikin Lea nangis," curhatnya.

Why You, Om? (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang