"Leaaaaaaa!"
Teriakan Rena yang menggelegar nan cempreng itu berhasil membuat telinga Lea berdengung, obrolan serunya bersama Rio jadi terganggu.
Dengan terpaksa Lea berdiri, berkata pada Rio akan segera kembali setelah menemui Ibunya kemudian berlalu pergi.
"Ada apa, Mi?"
"Lea tau gak Om Jerry di mana?" sela Arga.
Kening gadis itu menyatu seraya menggeleng. "Gak tau, Emang ada apa, Pi?"
Tidak ada yang menjawab, semua malah diam menatapnya. Arga mendekat, mengusap puncak kepala sang anak dengan begitu lembut.
"Lea, Papi tau Lea marah, Lea kecewa sama Om Jerry. Tapi Om Jerry sudah dihukum berkali-kali karena kesalahannya, Om Jerry sudah mendapat ganjarannya. Tugas Om Jerry sekarang cuma harus jadi orang yang lebih baik lagi," ucapnya mencoba meyakinkan Lea. "Papi tau Lea mau hukum Om Jerry dengan cara seperti ini, tapi tau gak? Hati dan pikiran itu bisa saja tidak sinkron. Om Jerry selama ini gak pernah hubungi Lea bukan karena dia baik-baik saja tanpa Lea, tapi malah sebaliknya, Om Jerry pasti sedih, dia pasti terluka liat Lea menjauh," jelasnya lagi.
"Om Jerry gak akan sedih, kan Om udah punya Kakak yang bisa hibur Om Jer, kayak Bang Leo yang selalu hibur Lea kalau lagi sedih," balasnya.
Arga menggeleng, bibirnya menampilkan senyum menenangkan. "Selama kejadian di rumah sakit, Om Jerry sama sekali gak pernah ketemu sama Kakaknya lagi. Om Jerry pasti lagi sedih ... dan sendirian."
"Ohya?" Gadis itu diam, ia bimbang antara memaafkan atau tidak. Gadis itu mengigit kukunya bingung, ternyata memilih sesulit ini.
"Iya, Lea mau kan hubungi Om Jerry, sebentaaaar aja. Kalau Lea gak mau ngomong lama-lama sama Om Jerry, Lea bisa tanya keadaannya aja terus matiin," tawar Arga.
Lea berpikir sejenak, tapi tangannya sudah mengotak-atik ponselnya mencari kontak Jerry. Setelah ketemu, dengan ragu ia menekan tombol call di sana.
Ternyata ponsel Jerry tak aktif, membuat semua menghela nafas lelah. Kemana pria itu sebenarnya.
"Gak aktif, Pi. Emang Om Jer kemana?" bingungnya.
Arga menggeleng. "Gak tau, Om Jerry sama sekali gak ada kabar dan gak bisa dihubungi. Kira-kira Lea tau gak tempat yang sering Om Jerry kunjungi?"
"Om Jerry kan di rumah terus, jalannya kalau lagi mau kerja aja," jawab Lea.
Lagi-lagi mereka tak mendapat petunjuk di mana keberadaan Pria itu. Bahu mereka meluruh begitu saja, sudah tak tau harus mencari ke mana lagi.
Jerry benar-benar seperti hilang ditelan bumi.
***
"Wow."Gadis itu melompat kegirangan saat Abangnya menuruti keinginan Lea yang selalu ingin pergi ke pasar malam dan akhirnya baru terwujud malam ini.
Leo pun turut bahagia mendengar keantusiasan gadis itu. Mereka berdua baru kembali berjalan setelah gadis itu selesai dengan kekagumannya.
"Lea emang mau beli apa di sini?" tanya Leo menggenggam tangan adiknya. Takut-takut gadis itu hilang di tengah keramaian.
"Lea mau beli itu," tunjuknya pada sebuah stand sosis panggang. "Lea mau yang besar."
Leo mengangguk mengiyakan. "Duduk di sini aja dan jangan kemana-mana. Biar Abang yang beliin," putus Leo tak terbantahkan, sebab di sana antriannya cukup panjang.
Lea mendengus kemudian menurut dan duduk di sana. Tak lupa Leo meninggalkan ponselnya agar Lea tak bosan, demi sosis panggang gadis itu rela menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why You, Om? (Selesai)
RandomSERIES #4 Highest Rank : #1 of 25 in Sibbling [22/01/22] #44 of 53,1k in teen [16/1/2021] #18 of 36,9k in random [16/1/2021] #213 of 324k in romance [16/1/2021] #143 of 223k in love [16/1/2021] #1 of 5,03k in twins [11/1/2021] Ternyata semua tak sem...