Untuk pertama kalinya Leo menginjakkan kaki di sini. Padahal, gedung fakultas kedokteran cukup jauh.
Alasan mengapa ia rela jauh-jauh ke tempat ini adalah untuk menemui seseorang yang memang sangat ingin ia temui.
Beberapa mahasiswi memperhatikannya secara terang-terangan karena yang mereka tau Leo berasal dari fakultas kedokteran, tumben sekali mampir ke gedung ini. Orang-orang sering beranggapan bahwa memiliki wajah tampan pasti tak begitu baik dalam hal ber-etika.
Kadang, ada yang tampan tapi berandal. Ada juga Playboy yang suka berganti-ganti pasangan atau bahkan ada yang tak bermodal, hanya mengandalkan wajah saja sudah bisa menarik perhatian wanita berduit.
Tapi semua itu ditepis saat Leo datang sebagai mahasiswa baru, sejak pertama menjalani ospek ia sudah banyak dikenal oleh orang-orang kampus.
Wajah tampan, tegas, berotak cerdas, kaya, dan yang terpenting ia baik, penyabar, sopan, dan penyayang.
Segala persepsi buruk tentang cowok tampan langsung lenyap sejak kehadirannya.
Sempurna memang, tapi tak ada yang tau ada hal apa di balik kesempurnaan itu. Mulai dari kisah cinta hingga dosa di masa lalunya, semua tak ada yang mengetahui.
Leo tetaplah manusia biasa.
Cowok itu tersenyum ramah kala matanya menangkap sosok yang ia cari. Semakin dekat, senyum itu jadi semakin berbeda.
BUGHHH
BUGHHH
BUGHHH
Tak peduli orang-orang memandangnya aneh, tak peduli lagi tentang image baiknya di depan semua, yang penting emosinya bisa segera terlampiaskan.
Ditariknya kerah baju cowok yang menjadi tempat pelampiasan emosi itu sekaligus sumber dari segala penderitaan adiknya akhir-akhir ini.
Nathaniel Steven Bechiem, atau yang biasa Lea panggil Kak Stev. Dialah pengecut yang telah membuat adiknya ketakutan hingga harus dirawat di rumah sakit.
Beberapa mahasiswi menahan pergerakannya. Mereka memandang tak percaya melihat seorang Leonard Andreas Stevano menjadi se-brutal itu menghajar seseorang.
"Apa masalah, Lo?!" geram Stev.
"Pertanyaan itu lebih cocok untuk Lo! Apa masalah Lo sampai-sampai berani mengganggu Lea!" balas Leo.
Stev diam, matanya meneliti Leo dengan perasaan gugup. Pantas saja cowok itu bisa lepas kendali. Perlahan tapi pasti, Stev mundur kemudian berbalik dengan cepat dan berlari.
Bukannya mengejar, Leo malah tertawa sinis kemudian menghempas tangan-tangan yang menahan tubuhnya. Ia berbalik, berjalan dengan pandangan lurus ke arah yang berlawanan dari arah perginya Stev.
Cowok brengsek itu tak tau sedang berhadapan dengan siapa!
***
Ruang bawah tanah, ruangan tempat segala koleksi senjata milik Jerry yang telah dipindahkan dari tempat penyekapan Ken dahulu.Pria itu berjalan mengitari beberapa pistol yang tergantung, berpura-pura memeriksanya dengan mengarahkan moncong senjata itu ke arah Stev yang kini tergeletak lemah.
Ia sudah mendapat hukumannya dari Arga dan sedikit dari Leo di kampus tadi, tapi menurut Jerry itu masih kurang. Setidaknya, atau minimal tangan Stev lepas dulu dari tempatnya baru bisa disebut hukuman.
Sayang, Jerry tak bisa melakukan itu. Selain karena cowok pengecut itu masih diintrogasi oleh yang lainnya, Jerry juga takut masuk penjara lagi.
Bukan masalah pedihnya mendekam di jeruji besi, tapi bagaimana dengan Lea. Saat itu saja, baru beberapa hari ia tinggal, gadis itu sudah berani berpacaran dengan pria lain.
Lalu bagaimana jika ia benar-benar mematahkan tangan cowok itu kemudian dirinya masuk penjara. Hal itu pasti akan membutuhkan waktu yang lama, bukan hanya berminggu-minggu tapi bertahun-tahun. Ia tak tau sudah jadi apa tunangannya yang lugu itu jika diperdaya lagi oleh laki-laki di luaran sana.
DORR
"WOY BANGSAT!" kaget Dimas setelah Jerry menarik pelatuk senjata tanpa pelurunya itu. Wajah serius yang terlihat garang saat ikut mengintrogasi Stev kini lenyap sudah.
Dilemparnya tongkat baseball yang ia pegang untuk mempermainkan Stev tadi ke arah Jerry. Sedangkan si pelaku sama sekali tak terpengaruh dengan kekesalan sahabatnya itu.
Tangan kokoh itu masih sibuk mengotak-atik senjata laras panjangnya tanpa perduli sama sekali dengan tongkat yang mendarat tepat di sebelah sepatunya.
"Wajah Lo kalau lagi serius- "
"Kenapa? Ganteng, ya?!" potong Dimas dengan sinis sekaligus sombong.
"Mirip gorila yang lagi nahan boker, mending gak usah sok galak. Dia juga gak bakal takut, jatuhnya malah Lo yang minta di tembak mati," sambung Jerry tanpa mau susah-susah menatap Dimas.
"Sialan Lo! Gini-gini gue yang bawa ni bocah!" balas Dimas dengan bangga.
Memang benar ia yang membawa Stev, sebab ia dan Leo sudah merencanakan hal ini. Mereka sudah menyebar beberapa orang di sekeliling kampus untuk menahan Stev jika sewaktu-waktu kabur.
Ternyata dugaan mereka benar, Stev kabur dan kebetulan melewati jalan di mana ada Dimas yang juga ikut berjaga-jaga.
"OM JERRY," panggil Lea dari depan pintu sana.
"JAWAB!" bentak Arga pada Stev.
"Dia yang salah!" kekeuh Stev dengan nafas memburu menahan sakit di tubuhnya.
"Lo yang bodoh! Udah berapa lama Lo kenal Lea?!" sinis Leo.
Stev mengalihkan pandangannya, jujur ia pun salah. Dirinya terlalu terobsesi pada Lea sejak pertama kali bertemu, tanpa mau susah-susah mencari tahu latarbelakang gadis itu ia langsung saja menyatakan perasaannya pada Lea.
Yang Stev tau adalah Lea anak dari Arga Stevano, teman bisnis Ayahnya yang juga telah sukses menjalankan perusahaan sejak usia muda.
"Baru beberapa bulan yang lalu," jawabnya.
"Itu dia! Bertindak tanpa pikir panjang! Hebat!" sinis Aldo.
"Lea ketakutan, sampai sakit! Itu semua karena ulah kamu yang tanpa dasar! Jika bukan karena Ayahmu adalah orang terpandang, mungkin kamu sudah mendekam di penjara!" tutur Arga.
"OM JERRY! LEA CAPEK NIH TERIAK MULU!"
Jerry seketika tersadar dan memilih mengabaikan Stev untuk menghampiri gadisnya.
"Ada apa, By?" tanya Jerry berusaha menyembunyikan pemandangan di balik pintu yang ia buka, meski ruangan itu kedap suara tapi tetap saja bisa terdengar jika pintu dibuka lebar.
Ditariknya tangan sang tunangan agar menjauh. "Ada apa? Lea butuh apa?" tanya Jerry lagi.
Lea menggeleng. "Di luar ada Tante cantik yang cari Om."
Kening Jerry mengerut bingung. "Siapa?"
Gadis itu mengangkat bahunya tak tahu. "Lea lupa, tapi Lea pernah liat Tante itu di kantor Om Jer," balasnya.
Jerry mengangguk kemudian menggandeng tangan kecil Lea menuju ruang tamu di mana Tante yang di sebut Lea berada.
Sampai di sana, Tante itu langsung berlari memeluk Jerry seraya merengek manja.
Membuat Lea melepas genggaman tangan lebar itu secara sepihak.
Jangan lupa votemen 🌟
Udah ketahuan nih pelakunya 😂
Selamat bagi yang jawabannya benar😁Salam
Rega♥️26 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Why You, Om? (Selesai)
RandomSERIES #4 Highest Rank : #1 of 25 in Sibbling [22/01/22] #44 of 53,1k in teen [16/1/2021] #18 of 36,9k in random [16/1/2021] #213 of 324k in romance [16/1/2021] #143 of 223k in love [16/1/2021] #1 of 5,03k in twins [11/1/2021] Ternyata semua tak sem...