saleB tapmE

22K 1.9K 196
                                    

"Leaa!" tegur Rena melotot pada sang putri, tapi Lea tak lihat, ia telah larut dalam mimpinya.

Rena memandang sebal, bisa-bisanya anak perempuannya itu tertidur nyenyak saat belum selesai menjelaskan segalanya. Apa ia tak lihat wajah Jerry yang berubah murung.

"LEAA!"

Seketika gadis itu tersentak bangun, langsung terduduk mengusap dadanya yang berdegup-degup dengan nafas ngos-ngosan.

Ternyata bukan hanya Lea yang terkejut, Dimas yang asik mengobati lebam di pipinya akibat amukan Jerry tadi ikut terkejut hingga hampir terjerembab ke belakang sebab ia duduk di atas senderan sofa.

Sedangkan Lea kini tengah menahan tangis sebab masih syok, bayangkan saja jika kalian sudah mulai larut dalam mimpi tiba-tiba terbangun karena dikejutkan. Nyawa yang baru saja melayang bagai ditarik kembali.

Melihat itu Leo langsung memeluk sang adik, mengusap punggung gadis itu agar tenang. Meski sebenarnya ia pun penasaran bagaimana sang adik bisa tiba-tiba berpacaran dengan Stev.

"Renaa," tegur Arga.

"Jelasin, gak?!" geram Rena yang masih melotot pada Lea.

"Jelasin apa?" tanya gadis itu sebal, masih dengan mata berkaca nya.

"Jelasin kenapa kamu bisa pacaran?!" jawab Rena.

"Kan, Kak Stev mau jadiin Lea pacar, jadinya Lea terima aja," balasnya.

"Lea, Papi udah pernah bilang kalau Lea gak boleh pacaran, kan?" sela Arga. "Kenapa sekarang Lea malah pacaran? Padahal Lea sudah tunangan."

"Emang kalau tunangan gak boleh pacaran, ya?" bingung Lea. Bukannya tunangan dan pacaran itu berbeda.

"Ya gak boleh, dong," balas Rena.

"Kenapa? Lea, kan, gak punya pacar. Sheila pernah bilang kalau Lea lagi gak punya pacar, Lea boleh pacaran," jawabnya dengan jujur sejujur-jujurnya.

"Tapi Lea sudah punya tunangan," sela Dimas dengan tangan mengepal gemas.

"Kalau Lea pacaran, itu artinya Lea selingkuh. Selingkuh itu gak baik," sambung Ian berusaha memberi pengertian pada anak dari sahabat itu.

"Lea gak selingkuh, Om. Kalau selingkuh itu berartinya Lea punya tunangan lagi selain Om Jer. Kan, Lea cuma pacaran gak tunangan," tutur Lea.

"Aduhh, udah dah. Gue mau balik aja." Dimas berdiri menggaruk-garuk kepalanya, pusing sendiri dengan gadis itu.

"Om Jer, tonjok lagi aja Om Dimas nya. Gak sopan, orang lagi ngobrol serius malah mau pulang," lapor Lea menyipit sinis pada Dimas.

Jujur saja, di antara para sahabat Ayahnya. Lea dan Dimas lah yang sering sekali beradu tatapan sinis, keduanya tak bisa akur barang sejenak. Pemicunya tak lain dan tak bukan adalah Lea sendiri.

"Boleh, Om bakalan tonjok Dimas lagi khusus buat Lea, asal Lea mau jawab jujur pertanyaan Om," pinta Jerry.

"Oke," jawab Lea menjulurkan lidahnya meledek Dimas. "Om Jerry mau tanya apa?" sambungnya.

"Lea udah sejak kapan pacarannya?" tanya Jerry.

"Tadi, waktu di pasar malam," jujur Lea.

Semua mengerut bingung, pandangan mereka berpindah menatap Leo sebab cowok itu yang menemani adiknya ke pasar malam.

Yang ditatap seperti itu akhirnya memilih bertanya langsung pada Lea. "Kapan? Bukannya Abang bareng Lea terus, tadi. Tapi Abang gak ketemu Stev sama sekali."

"Itu loh, waktu Abang beli sosis. Waktu itu Kak Stev datang, nemenin Lea nungguin Abang. Lama-lama Kak Stev ajak Lea pacaran, terus Lea bilang, mau. Kasian Kak Stev sendiri, gak punya teman."

Jerry menghela nafas lega, ia pikir gadisnya itu memiliki perasaan pada cowok yang bernama Stev.

Berbeda dengan Jerry, Rena malah mendengus kasar. Andai ini serial kartun, mungkin kepalanya sudah keluar asap dengan telinga berapi.

"Arga, Rena, kalian gak puyeng punya anak nyebelin macam itu? Kalau gue sih udah gue buang ke hutan," tutur Dimas.

Lea seketika meraih bantal sofa, melempar pria yang telah mengejeknya itu tanpa bekas kasihan. "Lea bukan monyet yang harus dibuang di hutan! Kalau Lea monyet, berarti Mami juga monyet," sebal Rena.

"Kenapa jadi bawa-bawa Mami, sih?"

"Udah-udah, kenapa malah berantem?" lerai Ian. "Sekarang Lea harus bisa pilih, Om Jerry atau si Stev. Tunangan itu artinya Lea sama Om Jerry sudah jadi segalanya, jadi keluarga, sahabat, teman, maupun pacar. Lea gak boleh deket-deket cowok lain lagi selain Om Jerry, ya?" jelas Ian.

Lea mengangguk paham, menunduk dengan rasa bersalah. "Maaf, nanti Lea suruh Kak Stev ulang lagi, deh. Biar ajakan Kak Stev buat pacaran bisa Lea tolak," jawabnya.

"Hedeh, emang mending bagusnya Lea tidur aja, deh. Pusing gue pusing!" Dimas berdiri, berjalan menuju kamar tamu tempatnya untuk tidur malam ini. Ia sudah tak sanggup.

"Om Dimas kenapa, sih? Kok nyebelin," rajuk Lea.

"Lea kalau gak mau pacaran sama Stev, Lea bisa putusin dia. Caranya cukup bilang kita putus setelah itu kalian udah gak pacaran lagi," saran Leo.

"Ohhh," Lea mengangguk-angguk paham, maklum ia tak pernah pacaran sebelumnya.

"Sudah, sekarang waktunya tidur. Lea masuk kamar," perintah Arga. "Kamu juga," tambahnya seraya menatap Rena.

"Ini udah pagi, Pi," sela Lea.

***
Akhirnya mereka tidur, terutama Lea yang katanya sudah tak bisa tidur karena tak merasa ngantuk lagi. Itulah mengapa ia berkata jika sudah pagi, padahal matahari masih butuh lima jam lagi untuk terbit.

Namun, berkat usapan lembut serta pelukan hangat dari Jerry akhirnya ia bisa tertidur.

Sekarang hanya tinggal Arga, Jerry, dan Leo. Mereka bertiga terlihat berbicara serius, tak merasa mengantuk sama sekali.

"Stev? Siapa dia?" tanya Jerry.

"Teman kuliah Lea," jawab Leo.

"Stev itu anaknya William Bechiem," tambah Arga.

"Jadi dia orang yang udah berani nyium pipi Lea di pesta itu?!" geram Jerry.

Ia hanya tau wajah anak dari William Bechiem, tapi tak sampai mengetahui namanya.

Ternyata anak itu?! berani sekali dia menantangnya!

Jangan lupa votemen 🌟
Maunya Stev diapain sama Jerry, nih?

Terus menurut kalian part ini gimana? Terbaik, kah? atau Terbiasa aja, atau tergaje atau ter ter lainnya? Komen ya, biar aku bisa introspeksi dan mungkin jadi termotivasi😁

Salam
Rega♥️

15 Juni 2020

Why You, Om? (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang